Biografi Abuya Damanhuri Arman Gurunya para Ulama

 
Biografi Abuya Damanhuri Arman Gurunya para Ulama

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak
3.4  Murid-murid

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mengasuh Pesantren
4.2  Karier Beliau
4.3  Karya-karya Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Damanhuri atau biasa dipanggil orang Pandeglang Abuya Daman lahir di Kp.Cidahu Cadasari, Pandeglang, Banten pada tahun 1920. putra kedua Atau adik dari Hj.Siti Badriah dari pasangan yang bernama Arman bin Armani dan seorang ibu bernama Nyai Sanami. Selain itu, KH.Damanhuri juga memiliki saudara lain dari pernikahan ibundanya yakni Nyai Sanami dengan Abuya Jassir yang tinggal di Makkah, Arab Saudi. diantaranya adalah Hj.Asmah (Isteri Abuya Dimyati Cidahu), Hj. Khodijah, dan H. Muhammad Arif.

1.2 Wafat
Abuya Damanhuri tutup usia pada bulan Jumadil Awal tahun 1427 H/tahun 2005 di Rumah sakit dan di makamkan di Pemakaman Ma'la dalam usia 85 tahun. Empat puluh hari sebelum Abuya Daman wafat guru beliau Syech Zain Bawayan wafat, setelah itu Abuya Daman merasakan duka yang amat dalam, karena Syech Zain Bawayan merupakan guru yang amat ia segani.

1.3 Riwayat Keluarga
Selesai mondok beliau menikah dengan Hj.Fidhoh, Putri ke empat KH.Zuhri, seorang kyai besar di Cikadueun Pandeglang Banten, Dari pernikahannya ini Abuya Damanhuri dikaruniai enam orang anak, di antaranya:
1. Fauziyah
2. Hj. Afifah
3. Hj. Muti'ah
4. Hj. Enok Mariyam
5. Hj. Solehah
6. Muhammad
Taqdir tak dapat dipungkir Hj. Fidhoh meninggal dunia ketika anak-anaknya masih kecil. tak berselang lama, Abuya Damanhuri menikah kembali dengan perempuan yang bernama Faizah dari Kp.cihideung Pandeglang, Banten. Dari pernikahan ini Abuya Damanhuri tidak memiliki keturunan.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

Masa kecil Abuya Damanhuri di habiskan Di Mekkah Arab Saudi, menginjak remaja beliau belajar di pondok pesantren Abuya Abdul Halim Kadu Peusing Pandeglang Banten (ahli Jamur Jawami').

2.2 Guru-Guru:

1. KH. Arman bin Armani
2. Abuya Abdul Halim
3. Syekh Yasin Al-Fadani
4. Syekh Zain Bawayan
5. Syekh Sayyid Alawi
6. Syekh Sayyid Muhammad
7. Syekh Muhammad
8. Syekh Ismail Al Yamani
9. Syekh Ahmad Jabir
10. Syekh Habib Al Kaff

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak-anak
1. Fauziyah
2. Hj. Afifah
3. Hj. Muti'ah
4. Hj. Enok Mariyam
5. Hj. Solehah
6. Muhammad

3.2 Murid-murid

1. KH. Ibrohim bin H Ahmad  bin Rakam (Abuya Ibrohim)
2. KH.Ujang Said Al-Khudri
3. Abuya Otong Nawawi

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Pada tahun 1975 di usia 56 tahun, Abuya Damanhuri pergi kembali ke Mekkah. Pesantren dan Madrasah diserahkan pada besannya KH. Memed, menantu-menantunya  KH. Juned dan KH. Uding, juga kepada saudara iparnya KH. Seafulloh. Ketika pergi ke Mekkah, anak-anak Abuya Damanhuri sudah berusia dewasa. Bahkan semuanya sudah berumah tangga.

Kepergian Abuya Damanhuri ke Mekkah untuk yang kedua kalinya ini untuk menunaikan ibadah haji, dan akhirnya bermukim di sana selama 30 tahun. aktifitas barunya disana untuk belajar dan mengajar juga membuka usaha penjualan cinderamata bagi jamaah haji tanah air.

Di Mekkah beliau tinggal di Jabal Gubes lalu pindah ke Samiyah, dan terakhir ke Jumaidah. Selama  di Mekkah, Abuya Damanhuri belajar kepada banyak guru. diantaranya kepada ayahandanya Abuya Jassir, Syech Yasin Padang, dan Syech Zain Bawayan. Kemudian guru-gurunya yang berasal dari Mekkah diantaranya adalah; Syech Sayyid Alawi, Syech Sayyid Muhammad, Syech Muhammad, Syech Ismail Al Yamani, Syech Ahmad Jabir, Syech Habib Al Kaff.

Ada hari khusus dimana Setiap hari kamis Abuya Daman bersama cucunya pergi mengaji ke rumah Syech Zain Bawayan yang keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, yang dikenal memiliki suara yang sangat indah. setiap hari Jum'at beliau mengadakan pengajian rutin bersama.murid-nya. Dalam mengajar abuya bisa menggunakan empat bahasa sekaligus, bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Arab. Pengajian umum Abuya Damanhuri ini banyak dihadiri oleh para mukimin asal Indonesia dan beberapa ulama besar Indonesia, khususnya Banten banyak yang belajar padanya. Salah satunya adalah Abuya Otong Nawawi, Ciandur Saketi Pandeglang Banten.

Adapun pengajaran secara khusus abuya berikan pada cucu-cucunya dengan waktu yang ia kehendaki sendiri. Selain rutinan di rumahnya diketahui pula bahwa Abuya Damanhuri mengajar di salah satu sekolah bernama Darul 'Ulum di Quday.

Dalam mendidik anak cucunya  beliau terkenal tegas, bila ada sesuatu yang salah pada anak-anak atau cucu-cucunya, ia selalu menasihati dengan cara yang halus. Ketika memberikan teguran abuya selalu menggunakan matsal atau perumpamaan, misalnya ketika sedang mengaji cucunya mengantuk sampai tertidur, ketika cucu-cucunya pintar atau bodoh atau sering berbohong dan tidak menulis atau mendengarkan ketika mengaji, maka abuya akan menegurnya dengan perumpamaan yang diucapkan dalam bahasa Arab. Misalnya ketika cucu-cucunya suka berbohong abuya akan berkata "Idza 'urifal insanu bil kibti lam yazal ladzannaas kaddzaban walau kana thoriqon".

Juga nasihat yang selalu diberikan adalah perintah untuk memperbanyak membaca sholawat "Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammaddin, 'adada ma fi 'ilmillahi solatan daimatan bidawami mulkillah". Selama di Mekkah, untuk menu sarapan makanan kesukaan Abuya Damanhuri adalah roti dan zaitun.

4.1 Mengasuh Pesantren
Setelah menikah dengan Ibu Hj. Fidhoh Abuya Damanhuri membantu mertuanya KH. Zuhri untuk sama-sama mengajar di Pondok Pesantren Nurul Huda. jumlah santrinya ratusan. Selain itu areal pesantrennya juga cukup luas. sekarang ponpes ini di bawah asuhan KH. Memed saudara ipar sekaligus besan Abuya Damanhuri.

Abuya Damanhuri dalam mencetak kitabnya  mendirikan Percetakan yang bernama Al-Falah. Orang-orang di sana sering menyebutnya dengan Stensil Al-Falah. sayangnya percetakan tersebut keberadaannya tidak bisa dipertahankan.

Dengan kemajuan Pondok Pesantren yang cukup pesat, sekitar tahun 1960 beliau mendirikan sebuah Madrasah Diniyah Awaliyyah Nurul Huda. sebagai sarana untuk pendidikan bagi anak-anak di wilayah Cikadueun Pandeglang. Madrasah ini terdiri dari empat kelas. Materi yang diajarkannya beragam. di antaranya ilmu tauhid, aqidah, fiqih, Nahwu Sharaf, bahasa, qiraat, dan yang utama adalah tafsir, karena abuya sendiri lebih dikenal dari keahliannya dalam bidang ilmu tafsir.

Mulai tahun 1960 Abuya Damanhuri membuka pengajian pasaran bagi para santri dari dalam maupun dari luar. kitab yang dikaji yaitu Tafsir Jalalain yang diadakan setiap bulan Romadhon dan Kitab Tafsir Munir setiap bulan Robi'ul Awal. tapi sepeninggal beliau yang masih berjalan sampai saat ini adalah pengajian pasaran Kitab Tafsir Jalalain yang diadakan setiap bulan Sya'ban.

4.2 Karier Beliau
Pengasuh pesantren Nurul Huda

4.3Karya-karya beliau
Abuya Damanhuri juga merupakan ulama yang cukup produktif. Di sela-sela waktu senggangnya beliau menyempatkan diri untuk menulis atau menuqil. ada beberapa buah kitab yang beliau kutip dari berbagai kitab yang beliau hasilkan, di antaranya adalah:
1. Kitab Majmu'atul 'Ad'iyyah, kitab kumpulan do'a-do'a yang beliau tuqil langsung dari beberapa kitab.
2. Kitabul Aurad
3. Hizib dan wiridan.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
1. https://gentongpusaka.wordpress.com
2. https://muhtadiblog.blogspot.com
3. https://www.kompasiana.com

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya