Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Berdasarkan Pandangan Islam

 
Kisah Nabi Nuh AS dan Kaumnya Berdasarkan Pandangan Islam
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Perihal kisah yang terjadi antara Nuh dan kaumnya berdasarkan penjelasan Al-Qur’an, sunnah, atsar, seperti yang telah disebutkan di dalam buku Qishashul Anbiya’ karya Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin Katsir Al-Quraisyi Ad-Dimasyqi melalui riwayat Ibnu Abbas, rentang waktu antara Adam dan Nuh terpaut sepuluh generasi, mereka semua memeluk Islam, seperti yang diriwayatkan Imam Bukhari. Juga sudah pernah disampaikan, qarn yang dimaksud dalam hadis ini adalah generasi atau masa lalu.

Setelah generasi-generasi saleh berlalu, terjadi sejumlah hal yang pada akhirnya memicu manusia yang ada pada saat itu menyembah berhala.

Pemicu penyembahan berhala ini disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari dari hadis Ibnu Juraij, dari Atha’, dari Ibnu Abbas saat menafsirkan firman Allah SWT, “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr’.”

Ibnu Abbas mengatakan, “Ini adalah nama-nama orang saleh di antara kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, setan membisikkan pikiran jahat kepada kaum mereka untuk membuat sejumlah patung yang diberi nama-nama mereka di majlis-majlis yang dulunya biasa mereka hadiri. Mereka mewujudkan bisikan jahat setan itu, hanya saja patung-patung tersebut belum disembah. Setelah mereka semua mati dan ilmu agama lenyap, patung-patung tersebut disembah.”

Ibnu Abbas mengatakan, “Berhala-berhala yang ada di tengah-tengah kaum Nuh ini selanjutnya muncul di kalangan bangsa Arab.”

Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Jarir menyebutkan, Ibnu Humaid bercerita kepada kami, Mihran bercerita kepada kami, dari Sufyan, dari Musa, dari Muhammad bin Qais, ia mengatakan, “Mereka (Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr) adalah orang-orang saleh yang ada di antara generasi Adam dan Nuh, mereka memiliki banyak pengikut yang menjadi teladan. Setelah orang-orang saleh tersebut meninggal dunia, para pengikutnya yang menjadi panutan berkata, ‘Andai kita membuat patung-patung mereka, tentu akan membuat kita lebih rindu untuk beribadah kala teringat mereka.’ Mereka akhirnya membuat patung orang-orang saleh tersebut. Setelah para pengikut tersebut meninggal dunia dan muncul generasi lain, Iblis datang menemui mereka dan berkata, ‘Mereka menyembah orang-orang saleh tersebut, dan melalui perantara orang-orang saleh itu pula, mereka meminta hujan.’ Akhirnya, patung orang-orang saleh itu disembah’.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, ia mengatakan, “Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr adalah anak-anak Adam. Wadd yang paling tua di antara mereka dan yang paling berbakti padanya.”

Ibnu Abi Hatim mengatakan, Ahmad bin Manshur bercerita kepada kami, Hasan bin Musa bercerita kepada kami, Ya’qub bercerita kepada kami, dari Abu Muthahhir, ia menuturkan, ‘Orang-orang menyebut Yazid bin Muhallab di dekat Abu Ja’far—Al-Baqir—yang tengah shalat. Seusai shalat, Abu Ja’far berkata, ‘Kalian menyebut-nyebut Yazid bin Muhallab. Sungguh, ia terbunuh di bumi pertama di mana selain Allah disembah di sana.’ Abu Ja’far kemudian menuturukan tentang Wadd, ‘Ia adalah laki-laki saleh, ia amat disukai oleh kaumnya. Saat ia meninggal dunia, kaumnya berdiam diri di sekitar makamnya di sebuah kawasan Babilon dengan sedih.

Ketika melihat kesedihan mereka, Iblis berubah wujud menjadi manusia menjadi seorang manusia dan berkata kepada mereka, “Aku melihat kalian sangat sedih ditinggal orang-orang itu. Maukah jika kalian aku buatkan patung seperti orang itu di tempat perkumpulan kalian, sehingga kalian akan selalu mengingatnya?’ Tentu’, kata mereka. Iblis kemudian membuatkan patung seperti wujud Wadd kepada mereka, lalu patung itu mereka letakkan di tempat perkumpulan, mereka selalu mengenangnya. Saat melihatnya, mereka selalu mengenang dan menyebut-nyebut Wadd, Iblis pun menawari, ‘Maukah jika aku buatkan patung seperti di rumah masing-masing kalian, agar kalian bisa mengenangnya di rumah?’”Tentu’, jawab mereka.

Iblis kemudian membuatkan patung seperti di setiap rumah. Mereka pun terus mengenang dan menyebut-nyebutnya. Anak-anak mereka melihat apa yang mereka lakukan terhadap patung tersebut. Setelah anak-anak mereka beranak-pinak dan tujuan mengenang Wadd seperti yang dilakukan kaum pertama lenyap, patung Wadd akhirnya dijadikan tuhan oleh cucu mereka, yang kemudian mereka sembah selain Allah. Patung yang mereka sebut Wadd adalah makhluk pertama yang disembah selain Allah’.

Rangkaian kisah di atas menunjukkan, setiap berhala tersebut disembah oleh kelompok manusia. Disebutkan, seiring perjalanan waktu, mereka menjadikan patung-patung tersebut berbentuk tiga dimensi agar lebih meyakinkan mereka, setelah itu patung-patung tersebut disembah selain Allah SWT. Dalam menyembah patung-patung ini, mereka memiliki banyak cara sebagaimana yang telah disebutkan di beberapa kitab.

Disebutkan dalam kitab Shahihaini dari Rasulullah SAW, saat Ummu Salamah dan Ummu Habibah menyebut-nyebut gereja yang mereka lihat di Habasyah bernama Maria di dekat nabi, keduanya menyebut keindahan dan patung-patung yang ada di sana. Nabi pun bersabda, “Mereka itu ketika ada orang saleh meninggal dunia, mereka mendirikan masjid di atas makamnya lalu mereka membuat patung-patung tersebut. Mereka adalah seburuk-buruknya makhluk di sisi Allah SWT.” Wallahu A’lam. []


Penulis: Kholaf Al Muntadar

Editor: Fahrul