Qosidah Burdah dan Penyembuhan Mental

 
Qosidah Burdah dan Penyembuhan Mental
Sumber Gambar: imamghazali.org, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam hidup yang kita jalani ini, sering kali terlupakan bahwa hakikat manusia itu bukan hanya tubuh yang bekerja, tapi juga jiwa yang butuh ketenangan. Banyak orang berlari ke berbagai arah mencari ketentraman, seperti ke psikolog, ke alam, bahkan ke kesunyian. Namun sering kali lupa atau memang tidak terjamah oleh mereka, bahwa ada satu sumber kedamaian yang sudah diwariskan sejak lama dalam ajaran Islam, yaitu cinta kepada Rasulullah SAW. Dan di antara warisan spiritual yang memancarkan cinta itu, Qosidah Burdah karya Imam al-Bushiri menempati tempat yang istimewa.

Kisah di balik Qosidah Burdah adalah potret nyata seorang manusia yang patah, lalu sembuh karena cintanya kepada Nabi SAW. Pegarangnya, Imam Al-Bushiri bukanlah seorang malaikat. Beliau adalah seorang ulama sekaligus penyair, yang juga mengalami kelelahan hidup, sakit, dan kehilangan harapan. Dikisahkan, bahwa di masa tuanya, beliau menderita kelumpuhan. Dalam keadaan lemah itu, Al-Bushiri tidak mengeluh atau marah kepada takdir. Sosok ini justru menulis. Tapi yang ditulis bukanlah curahan putus asa, melainkan syair penuh kerinduan kepada Rasulullah SAW. Syair-syairnya memang lahir dari hati yang remuk, namun tetap percaya pada kasih Tuhan.

Malam demi malam, beliau menulis bait demi bait. Setiap kalimatnya seperti doa yang keluar dari kedalaman jiwa. Hingga suatu malam, setelah selesai menulis, Al-Bushiri tertidur dalam kelelahan. Alkisah dalam tidurnya itu, beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW datang kepadanya, senyum penuh kasih, lalu mengusap tubuhnya dengan selendang beliau, atau yang disebut dengan burdah. Saat terbangun, Imam Al-Bushiri mendapati dirinya benar-benar sembuh. Lumpuh yang bertahun-tahun dideritanya hilang begitu saja. Dari situlah, konon kemudian syair-syairnya diberi nama Qosidah Burdah.