Membaca Ulang Gus Im (2/3): Nepotisme, Mobilitas Sosial, dan Krisis Kaderisasi Bangsa

 
Membaca Ulang Gus Im (2/3): Nepotisme, Mobilitas Sosial, dan Krisis Kaderisasi Bangsa
Sumber Gambar: YT Bahagia Beragama, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam wacana politik Indonesia, istilah nepotisme sering kali menjadi kambing hitam yang mudah diserang. Namun, perbincangan dengan Gus Im atau Hasyim Wahid ini memperlihatkan dimensi lain bahwa nepotisme tidak selalu identik dengan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam konteks tertentu, justru bisa dibaca sebagai bentuk kepercayaan dan efisiensi dalam membangun tim, asalkan kinerja dan manfaat publik tetap menjadi ukuran utama. Dari sini, percakapan meluas, menyinggung akar sosiologis yang lebih dalam, tentang sempitnya mobilitas sosial di Indonesia dan kegagalan sistemik dalam regenerasi elite bangsa.

Lewat pengalamannya di pemerintahan dan pengelolaan lembaga strategis seperti BPPN, Gus Im menyuarakan keprihatinan yang tajam bahwa bangsa ini kehilangan tradisi berpikir dan kaderisasi yang sehat. Dari nepotisme, kritiknya bergerak menuju refleksi tentang moralitas publik, media yang kehilangan memori, hingga elite yang gagal memberi arah bagi bangsa. 

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari wawancara langka Hasyim Wahid dengan Budiarto Danujaya, dimuat Kompas, 28 Mei 2000.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN