Kisah Nu'aiman Pembawa Kegembiraan

 
Kisah Nu'aiman Pembawa Kegembiraan
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Rasulullah SAW selalu dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik hati, termasuk diantaranya adalah Nu'aiman bin Amru bin Rafa’ah. Nu'aiman dikenal sebagai sahabat yang senang melawak dan jahil, mampu membuat orang disekitarnya tertawa. Meskipun memiliki sifat lucu, Nu'aiman tetap merupakan seorang mujahid yang setia pada agama Islam. Keikutsertaannya dalam perang Badar bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya menunjukkan kesetiaan dan keberaniannya dalam memperjuangkan Islam.

Nu'aiman bin Amru adalah salah satu sahabat Nabi yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam. Sebagai penduduk Madinah dari kalangan kaum Anshar, Nu'aiman turut berperan dalam peperangan Badar bersama Rasulullah SAW. Namun, selain keteguhan iman dan keberaniannya dalam berjihad, Nuaiman juga dikenal sebagai sahabat yang suka bergurau.

Namun, tidak ada manusia yang sempurna, termasuk Nu'aiman. Pada suatu masa, Nu'aiman terjerumus dalam kebiasaan buruk minum arak. Meskipun telah ditangkap dan dipukul atas perintah Nabi, Nu'aiman masih belum mampu menghentikan kebiasaannya tersebut. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pernah mengarahkan agar Nu'aiman dipukul dengan kasut sebagai bentuk teguran atas perbuatannya. [HR. Imam Bukhari No. 2148, 6276, 6277]. 

Meski telah mendapat hukuman dan teguran keras, Rasulullah tetap menunjukkan kasih sayang dan harapan agar Nu'aiman dapat bertaubat dan memperbaiki diri. Akhirnya, Nu'aiman menyadari kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah SWT. Tindakan tobatnya tersebut mendapat perhatian dan dukungan dari Nabi dan para sahabat, yang melihat sisi baik dan kebaikan dalam diri Nu'aiman.

Nu'aiman memang terkenal dengan tingkahnya yang konyol dan jahil.
Beliau sering membuat Rasulullah SAW dan para sahabatnya tertawa terbahak-bahak. Tidak hanya sekedar mengusili para sahabat, tapi bahkan Rasulullah pun jadi sasarannya.

Salah satu kejadian lucu yang pernah dilakukan Nu'aiman adalah ketika melihat seorang penjual madu yang kelelahan setelah seharian berkeliling kota Madinah tanpa berhasil menjual barangnya. Tanpa pikir panjang, Nu'aiman langsung mengajak penjual madu tersebut untuk mengantarkan madunya ke rumah Rasulullah SAW.

"Jangan lupa minta uangnya ya!" ujar Nu'aiman sambil tertawa.

Penjual madu benar-benar senang karena barang dagangannya laku. Dia akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran Nu'aiman. Dia datang menemui Rasulullah sambil membawa seguci madu, hadiah dari Nuaiman. Ketika Rasulullah menerima hadiah tersebut, beliau terlihat senang.

Tapi tiba-tiba keriangan Rasulullah berubah menjadi kejutan ketika penjual madu juga memberikan tagihan. "Ini madunya Rasulullah. Harganya sekian," kata penjual madu.

Beberapa saat setelah kejadian itu, Rasulullah memanggil Nu'aiman. Beliau bertanya kepada sahabatnya itu mengapa melakukan hal itu. Nu'aiman menjawab, "Saya ingin berbuat baik kepada Anda ya Rasulullah. Tetapi saya tidak punya apa-apa." Rasulullah lalu tersenyum setelah mendengar jawaban sahabatnya itu. Nabi tidak pernah tersinggung atau merasa diremehkan dengan ulah Nu'aiman.

Kejadian ini menunjukkan sikap bijaksana dan pemahaman yang tinggi dari Rasulullah terhadap perilaku dan niat seseorang. Meskipun tindakan Nu'aiman mungkin terlihat kecil dan tidak berarti bagi sebagian orang, Rasulullah mampu melihat kebaikan yang terkandung di dalamnya. Beliau tidak hanya melihat dari segi materi atau fisik, tetapi juga dari sudut pandang hati dan niat seseorang.

Sikap Rasulullah terhadap Nu'aiman juga mengajarkan kepada kita semua untuk tidak meremehkan atau menghakimi orang lain berdasarkan apa yang mereka miliki. Sekecil apapun tindakan atau bantuan yang diberikan seseorang, jika dilakukan dengan tulus dan ikhlas, pasti memiliki nilai yang besar di hadapan Allah SWT. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berpikiran positif terhadap orang lain dan tidak cepat menilai dari penampilan atau harta yang dimiliki.

Pada suatu hari, Nu'aiman bersama Abu Bakar berangkat ke Basrah untuk melakukan perdagangan. Mereka ditemani oleh Suwaibith, yang bertugas membawa perbekalan. Ketika mereka merasa lapar, Nu'aiman meminta makanan kepada Suwaibith, namun permintaannya ditolak karena bos mereka tidak berada di tempat.

Dengan kesal, Nu'aiman mengancam Suwaibith, "Tunggu pembalasanku!" Kemudian, Nu'aiman bertemu dengan beberapa orang dan menawarkan budaknya dengan harga yang sangat murah sambil membocorkan kelemahannya, yaitu sering mengaku sebagai orang merdeka. Para pembeli setuju dengan tawaran Nu'aiman dan bersama-sama mereka menuju ke tempat Suwaibith berada. Suwaibith tentu saja protes dan menegaskan bahwa dirinya bukan budak, namun para pembeli tetap memaksa mengikatnya dengan alasan sudah mengetahui sifat aslinya. Beruntung, Abu Bakar tiba tepat waktu sehingga kejelasan pun tercapai.

Ketika peristiwa lucu ini disampaikan kepada Nabi, beliau tertawa dan bahkan mengingatnya sepanjang tahun. Nu'aiman dikenal sebagai pembawa kegembiraan. Nabi SAW pernah berkata, “Nu'aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering membuatku tertawa.”

Cerita tentang Nu'aiman di atas memberikan pengingat yang penting bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang ceria dan penuh dengan keceriaan. Beliau senang tertawa, bercanda, dan tidak selalu bersikap serius. Nabi Muhammad SAW sering kali bersenda gurau dengan para sahabat dan istri-istrinya, menunjukkan sisi manusiawi dan kehangatan beliau. Namun sayangnya, riwayat-riwayat tentang sisi keceriaan dan humor Nabi Muhammad SAW ini jarang tersebar luas.

Sebagai umat Muslim, kita seharusnya berusaha meneladani Nabi Muhammad SAW secara menyeluruh. Kita harus meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Nabi Muhammad SAW dan berusaha menyukai segala hal yang beliau senangi. Namun terkadang kita sering lupa untuk mencontoh sikap lapang dada dan humoris yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sehingga kita mudah merasa tersinggung, dihina, atau bahkan marah terhadap sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan dengan keceriaan dan kedamaian.
Semoga kisah Nu'aiman dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu memperbaiki diri dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi godaan dan cobaan dalam hidup. Aamiin.[]


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Lisantono