Masyarakat Mempawah Tetap Tradisikan Kesenian Tundang

 
Masyarakat Mempawah Tetap Tradisikan Kesenian Tundang

LAdunI.ID, MEMPAWAH - Tundang merupakan akronim atau kependekan dari ‘pantun dan gendang’ yang merupakan kesenian tradisional asli Kalimantan Barat. Tak ada catatan khusus dari mana asal-muasal munculnya Tundang, apakah dari Melayu kepulauan atau Melayu pesisir.

Namun dari berbagai literasi yang berhasil KalbarOnline himpun, tundang merupakan karya seni yang pertama kali pada tahun 1992 oleh Eddy Ibrahim yang merupakan pimpinan grup Tundang Mayang Sanggar Pusaka yang bermarkas di Desa Sungai Burung, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah.

Di Kabupaten Mempawah sendiri hanya ada 3 sanggar yang mengasuh kesenian Tundang ini.

Tundang Mayang Sanggar Pusaka pimpinan Eddy Ibrahim, Tundang Musdatun pimpinan Basuni yang berada di Desa Sungai Burung, Kecamatan Segedong serta Tundang Sanggar Bintang Akilah, Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong yang dipimpin Abdul Gani Mahdi.

Kesenian Tundang sejatinya merupakan seni yang disampaikan lewat lisan dalam bentuk pantun diiringi dengan gendang dan alat musik lainnya seperti beduk, biola, gong dan gentongan.

Kesenian tundang ini pada dasarnya memang harus menggunakan alat musik tradisional dan pada saat penampilan, pantun yang diiramakan menjadi sebuah lirik lagu atau syair biasanya sesuai dengan keadaan ataupun suasana di sekitar.

Satu diantara 3 sanggar Tundang tersebut, KalbarOnline berkesempatan mendatangi Tundang Sanggar Bintang Akilah yang berada di Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong. Sanggar ini diketahui sampai sekarang masih dalam pengembangan Dinas Pariwisata Kabupaten Mempawah.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN