Berhenti Merawat Kebencian!

 
Berhenti Merawat Kebencian!

LADUNI.ID, Jakarta - Merespon tragedi Christchurch kemarin, seorang politisi di Australia menyalahkan kebijakan imigrasi yang menerima ekstremis muslim ke Selandia Baru. Bagi politisi tersebut, pembantaian kemarin hanyalah konsekuensi saja, sebuah respon logis terhadap gelombang imigrasi muslim ke negara-negara Barat. Bagi dia, Islam tak lebih dari sebuah ideologi kekerasan. "Tak perlu heran jika ada yang merespon dengan kekerasan pula," tulisnya. 

Di sisi lain, ada rekan-rekan muslim yang mengungkapkan kemarahan bukan hanya terhadap pelaku teror, tapi juga pada "kaum kafir". Kaum kafir laknatullah, lebih persisnya. Kaum kafir yang dilaknat Allah. Sebagian menulis demikian sambil turut menyebarkan rekaman pembantaian yang dibuat oleh pelaku teror. Sebagian lagi membumbui dengan seruan untuk bersiap perang melawan musuh Islam. 

Meski berseberangan, ungkapan-ungkapan seperti ini pada dasarnya sama saja. Sama-sama merawat ketakutan dan kebencian terhadap kelompok lain. Sama-sama memberi cap dan penghakiman terhadap semua orang yang dianggap bagian dari kelompok liyan. Sama-sama bigot dan rasis. Yang satu tak bisa membedakan antara teroris beragama Islam dari sebagian besar umat Islam. Yang lainnnya menampilkan si teroris kulit putih sebagai perwakilan dari "kaum kafir", seolah-olah kebencian seorang white supremacist mewakili kebencian semua orang non-muslim. 

Bagai tumbu ketemu tutup, keduanya saling melengkapi. Kebencian pihak sana adalah bahan untuk menumbuhkan kebencian pihak sini. Dalam takaran yang mencukupi, kebencian tersebut mudah dibumbui untuk melahirkan tragedi. 

Apa yang bisa kita lakukan? Rasisme memang masalah lawas yang menjadi semakin kompleks dalam dunia yang demikian saling terkoneksi. Rasisme tidak akan hilang hanya dengan posting-posting media sosial semacam ini. Tapi paling sedikit, mari berhenti menyebarkan pesan-pesan yang menumbuhkan prasangka dan kebencian terhadap kelompok liyan.


Artikel ini ditulis oleh Nino Aditomo. Foto: solidaritas warga Christchurch untuk komunitas Muslim di sana (Getty Images)