Senyum Bahagia di Bukit Peradaban dan Menguak Hikmah di Balik Nomor Urut 01 Wisuda

 
Senyum Bahagia di Bukit Peradaban dan Menguak Hikmah di Balik Nomor Urut 01 Wisuda

 

LADUNI. ID, KOLOM-PERJUANGAN itu membutuhkan pengorbanan begitu juga dengan mengejar mimpi masa depan di jenjang strata dua. Setelah sekian lama berjuang dan bersabar dalam penantian akhirnya gelar magister berhasil dipinang dalam "resepsi" akhirnya yang bernama wisuda.

Pahit getir dan letih serta kelelahan menempuh strata dua disaat sudah berkeluarga dan beut seuemeubeut dengan harus mampu memanjemen waktu dan diri sebaik mungkin. 

Bahkan ada curhatan kawan seperjuangan calon mahasiswa kala "meminang" magister harus gali lubang tutup lobang, belum lagi "serpihan" pilu yang kerap menghampiri "pianangan"nya itu.

Sebuah khabar gembira dalam waktu dekat akan adanya yudisium dan wisuda yang akan Di laksanakan pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Tgk. Ahmad Yani sosok yang tegas dan berhati lembut serta kesetiawaannya tiada nomor duanya merupakan pembangkit semangat.

Putra Nisam berkacamta dikenal tegas itu berhasil meyakinkan kawannya untuk secepatnya mendaftarkan diri untuk yudisium dan wisuda. Kerap kali memperingatkan bukan hanya dengan telepon bahkan WA "mengancam" untuk secepatnya menyelesaikan admistrasi untuk melanjutkan perjuangan strata dua.

Berbicara kepedulian terhadap sesama terlebih orang yang dianggap sangat wajar mendapatkanbus tentunya tokoh "supranatural" ini terbilang spesialisnya. 

Pagi yang cerah nampak rona matahari pagi man sangat bersahabat diatas bukit peradaban Buket Rata,  barisan dengan pakaian "resepsi"nya studi akhir pasca yudisium sudah memenuhi, pakaian kebesaran dengan toga dan selempang plus diatas plus.

Semua telah berbaris sesuai dengan nomornya, hampir seribuan wisudwan dan wisudwati, ternyata nomor urut pertama atau O1 milik putra Lamkawe berkulit hitam manis. Nomor urut itu hak preogratif panitia, bukan permintaan dan lobi-lobi serta bukan seperti lobinya "jual beli" jabatan seperti yang terdengar ratusan juta dan milyaran di sebuah negeri di dunia ini. 

Menjadi nomor urut satu tentunya punya keistimewaan tersendiri telebih momentum wisuda plus milad ada aura kebahagian tersendiri saat "mencicipinya" .

Berbicara di saat tahun politic, apapun selalu dikaitkan dengan politik terlebih itu orang yang sudah dianggap "figur" publik, termasuk nomor urut pertama saat wisuda, "pendukung Jokowi Tulen" seperti yang diungkap salah seorang netizen atas nama Teuku Fahrul Rizal dan lainnya yang dikaitkan dengan politik pilpres. Terlebih saat ini hanya berbilang hari dua tokoh terbaik bangsa Jokowi dan Prabowo sebagai capres nomor urut satu dan dua. Biarlah orang membicarkannya pendukung setia   lainnya namun tanggal 17 April keputusan di TPS, terserah siapa yang dipilih, setidaknya telah memberi sedikit kepuasan bathin dalam menyampaikan uneg-unegnya, minimal sudah ada nilai ibadah dengan menghidangkan sururul qalbi.

Terlepas dari setidaknya dibalik nomor ganjil dan wahid (pertama) ada nilai sugesti dan hikmah tersembunyi untuk melanjutkan hari esok yang lebih baik dan mengharapkan doa dari semua demi kemajuan agama dan negeri ini. Semoga 

***Helmi Abu Bakar ellangkawi, Alumni Pascasarjana IAIN Lhokseumawe