Korban Tewas Meningkat Menjadi 47 orang dalam Peristiwa Perang Saudara di Libya

 
Korban Tewas Meningkat Menjadi 47 orang dalam Peristiwa Perang Saudara di Libya

LADUNI.ID, Libya - Sampai saat ini masih berlangsung perang saudara di Tripoli, Libya. Jumlah korban meninggal pun bertambah sampai 47 orang, dan yang luka-luka tercatat sudah mencapai 181 orang.

Korban meninggal dalam pertempuran itu termasuk warga sipil dan dua dokter. Menurut juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jasarevic, konflik itu juga dikhawatirkan membuat persediaan obat-obatan menipis. Seperti dikutip Reuters, Selasa (9/4),


Michelle Bachelet, Komisioner Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khawatir konflik itu membuat posisi warga sipil menjadi rentan. Mereka bisa dimanfaatkan sebagai perisai hidup atau dipaksa angkat senjata untuk masing-masing pihak yang bertikai.

Bachelet mengatakan "Rakyat Libya sudah terjebak cukup lama dalam peperangan kelompok bersenjata, dan beberapa di antaranya mengalami pelanggaran HAM yang paling buruk."

Amerika Serikat, Uni Eropa, Anggota G7 dan PBB sudah meminta pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) dipimpin Jenderal Khalifa Haftar, dan prajurit pemerintah Libya di Tripoli (GNA) melakukan gencatan senjata. Namun, imbauan itu belum dihiraukan.

Pemerintah Libya justru kacau balau sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Moamar Khadafi pada 2011. Haftar yang mempunyai pasukan menguasai wilayah timur dengan pusat pemerintahan di Benghazi.

Faksi lain membentuk pemerintah tandingan di Benghazi sedangkan PBB hanya mengakui pemerintah Libya di Tripoli. Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris seperti ISIS.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebelum pecah pertempuran, sudah berupaya membujuk Haftar supaya mengurungkan niatnya menyerbu Tripoli. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.