Dahsyatnya di Balik Sepuluh Bahaya Golput, Yuk Nyoblos!

 
Dahsyatnya di Balik Sepuluh Bahaya Golput, Yuk Nyoblos!

 

LADUNI. ID, kolom-MENJELANG Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada 9 April 2014 dan Pemilihan Presiden (Pilpres) Juli mendatang, berbagai kalangan mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya secara benar.

Pengabaian hak pilih berdampak negatif bagi pembangunan Indonesia. Mengabaikan hak pilih pada pemilu, menyebabkan dampak negatif bagi pembangunan nasional.

Paling tidak terdapat tiga dampak negatif dari pengabaian hak pilih dalam pemilihan umum (pemilu), khususnya jika penduduk yang berpartisipasi dalam pemilu berjumlah rendah.

Pertama, program pembangunan yang disiapkan oleh Presiden terpilih berpotensi tidak didukung oleh mayoritas penduduk.

Salah satu alasannya adalah karena penduduk yang tidak menggunakan hak suaranya tidak merasa menjadi pendukung dari program tersebut.

Oleh sebab itu, potensi gagalnya pencapaian tujuan pembangunan menjadi cukup besar, dan ini sangat berbahaya bagi suatu negara yang umur demokrasinya masih muda.

Kedua, lanjutnya, kelompok yang tidak menggunakan hak suara pada saat pemilu berpotensi menjadi kekuatan yang dapat melakukan 'sabotase' atas program-program yang telah disusun oleh pemerintah yang dikomandoi oleh Presiden terpilih. Risiko ini dapat berupa 'pembelokan' arah pembangunan, maupun berupa hambatan yang dapat memperlambat laju pembangunan.

Ketiga, kelompok yang tidak menggunakan hak suara, secara politis merasa berada diluar dari sistem politik yang dibangun, sehingga mereka dapat menganggap dirinya tidak bermasalah jika tidak memberikan dukungan kepada Pemerintah yang dipimpin oleh Presiden terpilih.

Dan ini jelas tidak sehat didalam sistem Demokrasi yang salah satunya ditandai dengan besarnya angka partisipasi didalam dukungan atas gerak pembangunan.

Keempat, menjadi golput itu belum tentu mengubah keadaan. Bisa jadi malah tambah buruk dan harus siap menerima konsekuensinya. Kelima, golput berarti tidak memiliki kontribusi terhadap demokrasi dan kepemimpinan bangsa.

Keenam, golput meski ekspresi kritis, namun juga apolitis dan egois. Ketujuh, menggunakan hak pilih adalah bagian dari kontribusi dan kewajiban pada negeri. Kedelapan, menjadi golput berarti tidak memiliki pandangan dan ideologi politik yang jelas. 

Kesembilan , golput itu tidak keren karena tidak mau mengekspresikan suara dan aspirasi.  Kesepuluh, menjadi golput hanya berdampak makin bengkaknya biaya tinggi demokrasi.

Beranjak dari kupasan di atas, Relasi (Relawan Demokrasi) basis Netizen KIP Pidie Jaya juga atas nama KIP atau penyelenggara Pemilu lainnya,  mengimbau masyarakat menggunakan hak pilihnya secara maksimal dan benar sebagai hak demokrasi bangsa. Itu karena masa depan bangsa juga bergantung di tangan masyarakat Indonesia sendiri. Yuk jangan golput. 

***Ikhsan Panteraja, Relasi Netizen KIP Pijay, Sumber: Dikutip dari berbagai sumber .