Masa Kekacauan Ini Dianjurkan Perbanyak Baca Surat Al-Ashr

 
Masa Kekacauan Ini Dianjurkan Perbanyak Baca Surat Al-Ashr

LADUNI.ID, Jakarta - Lama saya tidak membantah setiap akhir sekolah di madrasah atau mengaji selalu mendukung untuk membaca surat al-Ashr bersama-sama. Sampai suatu saat saya memberanikan diri bertanya kepada kamitadz saya. Di bawah ini saya sarikan jawaban ustadz saya tersebut.

Menurutnya, setiap huruf dalam al-Qur'an memiliki keajaiban ketuhanan. Setiap huruf dalam al-Qur'an memiliki kekuatan positif yang memberi motivasi baik kepada orang yang membaca. Tahu artinya atau tidak, membaca al-Qur'an akan memberi manfaat kepada pembaca juga pendengarnya. Hati akan tenang dan damai.

Kandungan surat al-Ashr adalah semacam panduan saat kita bepergian masa transisi atau masa peralihan. Masa transisi adalah masa di antara, kompilasi alam sedang tidak berada pada kepastian tatanannya. Waktu transisi ini disebut chaos (kacau) yang dilawankan dengan kosmos (teratur). Semuanya serba abu-abu. Itulah tantangan, masa transisi selalu tergantung kerawanan.

Masa transisi itu seperti waktu ashar, waktu peralihan dari siang ke malam. Orang Jawa menyebut waktu dengan istilah “sande 'ala” (mengalihkan bahaya) atau berisiko menurut orang Inggris. Mengapa disebut sande 'ala? Waktu ashar adalah waktu remang-remang, saat orang perlu tidak perlu lampu karena belum datang malamnya, tapi juga semuanya terasa buram karena cahaya matahari tidak cukup menerangi semesta.

Di saat transisi ini, semua orang di dalam kawasan “dekat bahaya”, kecuali dua orang, yaitu orang yang memegang teguh keimanannya dan orang yang sanggup menjalankan hubungan baik. Orang yang teguh memegang keimanannya akan sanggup melewati era transisi dengan baik. Namun, keimanan saja tidak cukup, manusia harus melakukannya. Inilah rumusan manfaat yang biasa disebut dengan istilah keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas.

Tapi formula menguntungkan itu sangat sulit dijalankan di era transisi. Orang mungkin memiliki teguh memegang iman, tetapi mudah terpeleset menjadi penuh sendiri, kelompoknya sendiri, kepentingannya sendiri. Orang juga mungkin harus melakukan kebajikan, tetapi sebaliknya malah menebar kebencian, kerusakan dan kehancuran bagi umat manusia.

Kenapa bisa seperti ini? Jawabannya karena di masa transisi semua panduan yang ada di dalam keguncangan, termasuk panduan yang baik-buruk. Karena itu, di masa transisi, kita perlu kawan (jama'ah) agar saat tersesat ada yang mengingatkan. Kita perlu kawan yang selalu mengingatkan kita akan hakekat kehormatan dan kesabaran.

Kita menerima kawan yang selalu menyuarakan kebenaran, tidak lelah menasehati kita, itulah yang membuktikan keseimbangan hubungan vertikal dan horizontal. Kebaikan bukan hanya mengklaim di mulut, tetapi juga harus dilakukan. Ukuran kebaikan adalah kompilasi orang-orang di sekitar kita merasa nyaman karena sebaran cinta kasih kita.

Tentu saja, di era transisi, saat semuanya terasa melelahkan, kesabaran harus ada di hati kita. Emosi cepat meruak, mudah sekali menghambur ke luar. Saat-saat seperti ini, menghadiri kawan yang selalu menasehati kesabaran adalah faktor penting untuk mengarungi era transisi dengan selamat.

Penjelasan ustadz yang sangat saya hormati ditutup dengan wasiatnya agar memperbanyak membaca surat al-Ashr di masa transisi, seperti masa yang sedang kita hadapi saat ini. Tentu saja saya tahu itu ustadz saya tidak hanya menyuruh saya untuk membaca surat al-Ashr, diminta kompilasi lebih banyak kiai yang menjelaskan keutamaan membaca surah Yasin tidak perlu diterjemahkan seperti kita hanya perlu membaca surat Yasin.


Artikel ini ditulis oleh UST. AHMAD Z. EL-HAMDI, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya