Membincang Definisi dan Kriteria Ulama

 
Membincang Definisi dan Kriteria Ulama
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Gus Mus alias KH. Ahmad Mustofa Bisri, idolaku, di media sosial FB pernah menyebut sejumlah nama yang menurut beliau sangat layak disebut "ulama", tetapi mereka malu dan tidak mau disebut ulama, karena mereka tahu definisi dan kriteria ulama.

Nah, ada seorang santri terganggu dengan status beliau, lalu ia bertanya mengenai definisi ulama itu. Aku pun mengatakan sebisanya tentang hal itu.

Hari-hari ini kata ulama semakin banyak disebut orang. Kata ini memiliki konotasi bernuansa sakralitas dan kehormatan yang tinggi. Orang sering merujuk pada Hadis Nabi SAW: "Al-Ulama Waratsatul Anbiya'", ulama itu pewaris para nabi.

Lalu apakah atau siapakah ia? Banyak definisi mengenainya yang dibuat orang. Masing-masing dengan perspektifnya sendiri-sendiri. Ada yang mendefinisikannya atas dasar performa, penampilan tubuh melalui asesoris-asesoris khas ulama . Seperti, antara lain dengan memakai peci haji, sarung, sorban, jubah, dll. Ada yang mendefinisikannya atas dasar pengetahuan, sesuai dengan makna harfiahnya. Yakni orang-orang yang berpengetahuan luas dan mendalam. Dan ada yang memahaminya atas dasar tingkah lakunya atau sifat-sifatnya.

Aku sendiri lebih tertarik pada dua pandangan yang terakhir. Yakni mendefinisikan ulama sebagai orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan luas. Dan dalam waktu yang sama mereka adalah orang-orang yang berperilaku rendah hati (tawadhu') dan penuh kasih kepada orang lain.

اَلتَّوَاضُعُ أَكْمَلُ عَلَامَةٍ لِلْعُلَمَاءِ، لِأَنَّهَا تَدُلُّ عَلَى حَقِيْقَةِ الْخَشْيَةِ مِنَ اللهِ تَعَالَى

"Rendah hati itu tanda (ciri) paling utama dari ulama. Karena itu menunjukkan makna yang sesungguhnya dari kata "Khasyatullah", (takut kepada Allah)."

Demikian itu sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (QS. Fatir: 28)

Ada sepenggal syair nan indah berikut ini:

اِذَا زَادَ عِلْمُ الْمَرْءِ زَادَ تَوَاضُعًا

"Jika pengetahuan seseorang semakin dalam dan luas, dia semakin rendah hati."

Ada juga seorang bijak bestari menulis berikut ini:

اَلسَّكِيْنَةُ وَالرَّحْمَةُ مِنْ عَلَامَاتِ الْعُلَمَاءِ فَاِنَّ السَّكِيْنَةَ دَلِيْلٌ عَلَى التَّمْكِيْنِ وَبُرْهَانٌ عَلَى الرُّسُوْخِ فِى الْعِلْمِ وَالرَّحْمَةُ مِنْ اَخَصِّ صِفَاتِ الْعُلَمَاءِ

"Ciri ulama adalah berpembawaan tenang dan penuh kasih. Ketenangan menunjukkan kemampuan dan bukti kedalaman ilmunya. Dan kasih termasuk sifat istimewa yang khas ulama."

Selain itu, ada juga keterangan di dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا

“Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.” (QS. Al-Kahfi: 65)

Lalu ada pepatah menyebutkan:

مَنْ تَوَاضَعَ لِلنَّاسِ رَفَعُوْهُ، وَمَنْ تَكَبَّرَ عَلَيْهِمْ جَعَلُوْهُ أَسْفَلَ سَافِلِيْنَ

"Orang yang rendah hati akan dimuliakan. Orang yang sombong, akan direndahkan".

Dan akhirnya Socrates, guru Platon, mengatakan: "Apa yang aku ketahui adalah bahwa aku tidak tahu". []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 04 Mei 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim