Belajar Cara Memberi Nasihat dari Syaikhona Kholil Bangkalan

 
Belajar Cara Memberi Nasihat dari Syaikhona Kholil Bangkalan

LADUNI.ID, Jakarta - Syaikhona Kholil Bangkalan adalah guru para ulama nusantara. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang sangat ampuh dalam memberikan nasihat untuk santrinya maupun kepada masyarakat. Sesungguhnya kita bisa belajar dari Syaikhona Kholil bagaimana caranya memberi nasihat kepada orang lain.

Memberi nasihat ala Syaikhona Kholil Bangkalan dapat dipelajari melalui sebuah kisah, yakni ketika ada seorang bapak yang mengeluhkan anaknya sangat suka makan gula. Sang bapak tersebut sudah berkali-kali memberi nasihat kepada anaknya agar tidak sering makan gula, tetapi si anak tetap tidak mau mengikuti nasihat sang bapak tersebut.

Karena tidak punya cara lagi, sang bapak ini kemudian minta obat atau apa saja kepada Syaikhona Kholil agar anaknya bisa berhenti makan gula. Sang bapak sangat yakin kalau Syaikhona Kholil pasti mempunyai solusi untuk masalah anaknya ini. Sang bapak khawatir kalau-kalau anaknya yang suka gula ini mudah diserang penyakit.

Setelah sang bapak itu menceritakan panjang lebar mengenai masalah tersebut, Syaikhona Kholil langsung bertanya, “Bapak ini setiap hari apa hanya minum air?” tanya Syaikhona Kholil.

Sang tamu ini pun kaget. Dia tidak menyangka mendapatkan pertanyaan balik seperti ini. “Tidak kyai. Kadang saya minum kopi, kadang juga minum teh.”

“Pakai gula?” tanya Syaikhona Kholil lagi.

“Ya, tentu saja kyai,” jawab si bapak  dengan penuh penasaran.

“Sekarang bapak pulang dulu saja. Tiga hari lagi nanti ke sini ya bersama anaknya,” saran Syaikhona Kholil pada si bapak.

Kemudian sang bapak itu pun pulang, meski sebenarnya ia masih musykil, karena sebenarnya berharap dapat air doa yang akan dikasihkan sama anaknya.

Tiga hari kemudian, si bapak ini datang bersama anaknya kepada Syaikhona Kholil. Anaknya didekatkan kepada Syaikhona Kholil berharap agar segera didoakan.

“Nak, kamu jangan suka makan gula lagi ya,” nasehat halus Syaikhona Kholil dengan penuh perhatian dan kasih sayang.

“Iya, kyai,” jawab anak itu dengan ringan dan senang. Hati anak ini terasa sangat bahagia dengan sapaan kasih sayang dari Syaikhona Kholil.

Hanya itu yang disampaikan Syaikhona Kholil kepada anak itu. Tidak ada lagi pertanyaan soal gula lagi, malah Syaikhona Kholil bercengkrama santai penuh kasih sayang dengan si anak.

Si bapak akhirnya gundah, bingung dengan anaknya, karena merasa tidak mendapatkan doa apa-apa dari Syaikhona Kholil.

“Apa cuma begitu saja, kyai,” tanya si bapak kemudian dengan raut muka penasaran.

“Iya pak. Saya kira saya sudah sesuai dengan permintaan bapak. Saya sudah menasehati anak bapak agar tidak makan gula lagi,” jawab Syaikhona Kholil dengan tenang.

“Kalau cuma nasehat itu, saya sudah tak terhitung kyai,” timbal si bapak.

“Saya jelaskan ya pak. Kenapa anda saya suruh pulang dulu dan baru tiga hari kemudian saya minta kembali ke sini. Karena saya berdoa dan berpuasa selama tiga hari itu dengan tidak makan gula, agar ketika menasehati anakmu omongan saya bisa dipercaya,” jelas Syaikhona Kholil kemudian.

Mendengar jawaban ini, si bapak tertegun dan malu. Terasa ingin menangis di hadapan Syaikhona Kholil, seorang kyai yang sangat ia hormati. Bapak ini malu dengan dirinya sendiri sebagai seorang ayah yang belum mampu memberikan teladan dan belum bisa tirakat untuk anaknya.

Dari sini kita dapat belajar bahwa dalam memberi nasehat tidak asal bicara. Tidak pula dengan enteng asal menyebut al-Qur’an dan hadits Nabi. Para kiai ketika memberi nasehat disertai riyadloh dan refleksi yang mendalam, sehingga selalu mengena di hati santri dan masyarakat. Inilah yang dirasakan santri dan masyarakat atas nasihat Syaikhona Kholil Bangkalan.

Syaikhona Kholil ketika memberikan nasehat tidak cukup hanya dengan kefasihan lisan. Dalam hati beliau tersimpan energi “tenaga dalam” yang didapatkan karena riyadloh beliau. Tidak salah kalau karomahnya begitu besar, karena riyadloh dan tirakatnya luar biasa. Inilah teladan untuk kita semua hari ini.

“Ibda’ binafsik.” Mulailah dari diri sendiri. Ini yang ternyata yang menjadi pondasi Syaikhona Kholil sebelum memberikan nasehat. (Diolah dari Bangkit Media)