Profil
Haji Muhammad Yusuf Andi Dagong diangkat menjadi arun (di Swapraja Soppeng Riaja salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Barru Sulawesi-Selatan). Tiga tahun kemudian beliau mendirikan tiga buah masjid dalam wilayah kekuasaannya, salah satu berada di Mangkoso sebagai wilayah ibukota kerajaan.
Namun masjid tersebut tidak pernah berisi jama'ah karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam, untuk mencari solusi diadakan pertemuan di Swapraja, Mangkoso. Pertemuan itu menyepakati untuk membuka lembaga pendidikan dengan meminta anregurutta H. Muhammad As'ad seorang ulama memimpin yang memimpin madrasah/pesantren MAI di Sengkang Wajo, agar mengirim seorang muridnya yaitu, gurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle untuk mengelola lembaga pendidikan (bugis-angajiang) yang akan di buka di Mangkoso.
Tanggal 29 syawal 1357 H. atau bertepatan 21 Desember 1938, Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle, resmi membuka pesantren di Mesjid Jami’ Mangkoso dengan sistem Halaqah, (Bugis: Manggaji tudang) kemudian pada tanggal 20 dzulqaidah 1357 H. atau Januari 1939 dibuka tingkatan Tahdiriyah, Ibtidaiyah ,dan Madrasah Tsanawiyah. Pesantren tesebut diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso. Dalam perkembangannya MAI membuka berbagai cabang daerah misalnya, di Pangkep, Soppeng, Wajo, Sidrap, Majene, dan berbagai daerah lainnya.
Tahun 1947, berdasarkan pertemuan Alim ulama/kadhi Sulawesi Selatan serta guru-guru MAI. tanggal 16 Rabiul Awal 1366 atau 7 Pebruari, nama nama Madrasah Arabiyah Islamiyah MAI Mangkoso dan cabang-cabangnya diubah menjadi (Darud da'wah wal-irsyad) DDI, sebagai organisasi da'wah dan sosial kemasyarakatan yang berpusat di Mangkoso.
Dua tahun kamudian atas permintaan arung mallusetasi yang memintanya menjadi Kadhi Pare-pare, Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle, pindah di Pare-pare dan menunjuk ( Anregurutta H. Muhammad Amberi Said.) sebagai penggantinya memimpin pesantren DDI mangkoso.
Tanggal 1 Muharram 1369 H. Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle selaku ketua umum DDI Memindahkan pengurus pusat DDI dari Mangkoso ke Pare-pare sementara Pondok Pesantren DDI Mangkoso di beri cabang status otonomi dengan kewenangan penuh mengatur dan mengelola pesantren, namun secara organisasi tetap berada di bawah struktur PP-DDI.
Sejak itu DDI berkembang pesat dan mengelola puluhan pesantren ratusan madrasah yang tersebar berbagai Propinsi, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Atas kesepakatan para tokoh pendiri DDI, tanggal 17 Ramadhan 1424 H. ditambahkan namanya Anregurutta H.Abdurrahman Ambo Dalle di belakang nama DDI, sehingga menjadi nama (DDI Abdurrahman Ambo Dalle).
DDI-AD penambahan nama tersebut, selain untuk mengenang dan mengabadikan nama Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle sebagai pendiri utama, juga di maksudkan untuk melestarikan nilai/budaya serta dasar perjuangan beliau dalam membangun dan mengembangkan DDI hingga menjadi organisasi islam terbesar di Indonesia timur.
Memuat Komentar ...