Biografi KH. Ahmad Hasan

 
Biografi KH. Ahmad Hasan

Nama lengkapnya adalah Romo Kyai H. Ahmad Hasan, atau lebih dikenal dengan sebutan Romo Kyai Hasan. Lahir di Tirtoyudo Malang, 01 September 1970 Putra dari H. Syaifuddi Abbas. Pendidikan pertama beliau di Madrasah Ibtida’iyah dan MTs Sunan Giri (MI/MTs Fathul Ulum Sekarang) Gadungsari.

Selama masa MTs inilah jiwa spiritulitasnya mulai muncul, beliau tidak lepas melakukan shalat malam dan puasa Senin – Kamis, dan beliau mulai senang melakukan tabarruk ke tempat para ulama’, diantaranya kepada Kyai Makhrujen Pasirian - Lumajang. Setiap malam rabu beliau rutin sowan kepada Kyai Makhrujen di Pasirian.  Di Pasirian beliau berkhidmat dengan istiqomah menimba air mandi untuk Kyai Makhrujen kemudian mengikuti istighosah rutinan malam rabu.

Begitulah rutinas istiqomah beliau di Pasirian. Keadaan tersebut menimbulkan perhatian dan kasih sayang dari Sang Kyai kepada beliau, sampai akhirnya beliau diberi hadiah kopyah/peci yang dipakai oleh Kyai Makhrujen ketika tabarruk / ziaroh ke tempat para wali. Setelah tamat dari Madrasah Tsanawiyah beliau melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Ittihadul Muslimin di bawah asuhan Kyai Muslim.

 Sambil mondok beliau sekaligus melanjutkan pendidikan  menengah di SMEA PGRI Turen. Selama di Pondok Ittihadul Muslimin Turen beliau banyak menghabiskan waktunya untuk mendalami pelajaran agama baik ilmu alat, fiqh, hadits, tafsir, dan lainnya.

Setelah 4 tahun mengenyam pendidikan agama di Itthadul Muslimin sekaligus setelah merampungkan pendidikan menengah di SMEA PGRI Turen, tepatnya pada tahun 1987 beliau ke Surabaya untuk bekerja di salah satu perusahaan swasta di Surabaya. Sambil bekerja beliau tetap sibuk dengan mencari ilmu. Tepatnya di Kelurahan Sidosermo beliau ngaji kepada KH. Imam Hambali, di sana beliau belajar tentang ilmu fiqih.

Dan pada tahun 1993 beliau menikah dengan Ibu Nyai Inayatul Maftuha yang tak lain adalah Putri dari guru beliau Kyai Muslim Pengasuh Pondok pesantren Ittihadul Muslimin Turen. Pada tahun 1994 beliau mendirikan usaha jasa supplier mesin-mesin perusahaan, usaha ini bergerak dalam bidang impor dan diberi nama CV. Hasmaf Control dengan kantor pusat di Kelurahan Sidosermo Surabaya.

Semakin hari perkembangan perusahan semakin pesat dan omzet yang diperoleh perbulannya pun mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini memang dalam satu sisih membawa keuntungan namun sisih yang lain hal ini justru membuat beliau gelisah, khawatir dikarenakan jangan-jangan ini istidroj (pengelulu, bahasa jawa) dari Allah, sehingga semenjak tahun 1995 untuk membentengi hati dari pengaruh duniawi, beliau puasa setiap hari (Pada hari-hari raya dan tasyrik hanya makan dan minum sekedarnya setelah shubuh untuk membatalkan puasa selanjutnya baru makan ketika maghrib). Hal ini berlangsung sampai pertengahan tahun 2003.

Pada tahun 1995 beliau tabarruk dan memperdalam ilmu kepada kepada Abuya Dimyati (Hadrotus Syekh KH. Muhammad Dimyati) di Cidahu Pandeglang Banten, seorang ulama kharismatik yang dikenal sebagai mursyid dan pengamal thoriqot Syadziliyah. Kepada Abuya Dimyati beliau berbai'at thoriqot syadziliyyah dan banyak menimba ilmu tashawuf dari Abuya.

Beliau istiqomah sowan ke Abuya Dimyati 2 bulan sekali dan dijalani selama 3 tahun yaitu antara tahun 1995 sampai tahun 1998. Ada satu kisah suatu hari Romo Kyai sowan kepada Abuya Dimyati, kemudian beliau matur (mengahturkan maksud tujuan,  bahasa jawa) kepada Abuya, " Yai kulo nyuwun didunga'aken supados kulo dados tiang arif billah (Kyai saya minta didoakan supaya saya bisa menjadi orang yang arif billah)", ujar Romo Kyai.

Kemudian Abuya menertawakan apa yang telah dihaturkan oleh beliau dengan kata-kata, "Adohh..adohh...." (Sambil tertawa). Namun ditengah-tengah tertawa seketika itu pula Abuya Dimyati memandang kembali ke arah Romo Kyai dengan pandangan  terkejut seolah-olah ada sesuatu yang lain pada diri Romo Kyai dan seketika itu pula beliau berkata "iyo..iyo..iyo...iso tak dungakno dadi wong arif Billah (iya..iya..iya..bisa saya doakan agar jadi orang yang arif billah).

Pada tahun 2008 bersama Ibu Nyai Inayatul Maftuha Romo Kyai berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Ketika di Mekkah beliau berziarah kepada Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, atau lebih dikenal dengan sebutan Syekh/Sayyid Maliki. Di sana beliau sowan (ziarah) bersama-sama para ulama dan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia. Dan ketika ziarah itu beliau oleh Sayyid Maliki di hadiahi kitab Fathul Bari (Syarah Kitab Shahih Bukhori karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani).

Sepulang dari haji, yaitu di tahun 2008 beliau bertemu dengan KH. Bambang Sholihuddin Guru Besar Perguruan Silat Ankaraba dari Kraksaan Probolinggo. Akhirnya beliau bersama KH. Bambang Sholihuddin membuka perguruan silat ankaraba di Tirtoyudo Kabupaten Malang. Perguruan ini adalah wadah untuk amar ma’ruf, yaitu mendakwakan kebaikan mengajak umat mendekat kepada Allah swt. Karena di dalamnya ada amalan-amalan dzikir dan mewajibkan pada pengikutnya untuk melaksanakan perintah-perintah syar’i, semisal sholat,  zakat, puasa, dan lain-lain. 

Semangat dalam mendalami islam dari Romo Kyai tidak pernah padam, walaupun sudah berkeluarga di tahun yang sama pula beliau mondok di Pesantren Nurul Haromain Pujon Kabupaten Malang yang berada di bawah asuhan KH. Ihya’ Ulumuddin ( Salah satu murid Sayyid Al-Maliki). Beliau 3 hari yaitu mulai malam senin (minggu malam) sampai rabu di Ponpes Nurul Haromain Pujon, 3 hari selanjutnya yaitu mulai kamis sampai Sabtu di Surabaya.

Sedangkan yang satu hari yaitu mulai malam Minggu hingga malam Senin ke Tirtoyudo Malang untuk membina Perguruan Ankaraba. Di tahun ini juga beliau sering sowan kepada Mbah Zaid (KH. Zaid Abdul Hamid) seorang ulama’ kharismatik dan salah seorang mursyid thoriqoh Syadziliyah dari Ringinagung Kediri, kepada Mbah Zaid beliau juga berbaiat Thoriqoh Syadziliyah. Sampai suatu hari Mbah Zaid beserta beberapa santrinya berkunjung ke Ponpes Nurul Muhaasabah wal Mahabbah Bitaharil Imam Tirtoyudo untuk bertemu beliau, yaitu waktu hari raya idul fitri tahun 2007.

Pada tahun 1998 beliau mulai merintis pembangunan pondok dan pada tahun 1999 berdirilah bangunan ini, namun masih ruang ndalem dan aula dan beberapa kamar santri putri. Di tahun ini belum ada santri yang mondok, bangunan masih digunakan untuk pembinaan perguruan ankaraba, yang mana perguruan ini semakin meluas.

Pada waktu itu daerah Tirtoyudo merupakan daerah yang awam, banyak masyarakat yang melakukan perjudian dan minum-minuman keras. Akhirnya Romo Yai bersama para santri ankaraba mengadakan gerakan nahi munkar, yaitu mencegah kemungkaran dengan mendatangi tempat-tempat perjudian dan meminta kepada para pelakunya untuk berhenti berbuat maksiat.

Namun nahi munkar ini tetap mengedepankan cara bilhikmah wal mau’idhotil hasanah (dengan kata-kata hikmah dan tutur kata yang baik). Dan Alhamdulillah cara ini telah diberi hasil oleh Alloh, sehingga pada waktu itu hampir tidak ada lagi praktik perjudian di Desa Tirtoyudo, kecuali yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.

Di akhir tahun 2001 Beliau sowan kepada Al-Arif Billah Hadrotus Syaikh Romo KH. Ahmad Bahru Mafdloluddin Sholeh Al-Mahbub Rahmat Alam pendiri dan pengasuh Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaa’ilir Rahmah (Biba’a Fadlrah) yang akrab dikenal dengan Romo Kyai Ahmad. Dan sejak itu pula beliau istiqomah ngaji dan tabarruk kepada Romo Kyai Ahmad. Dari Romo Kyai Ahmad beliau banyak belajar tentang ilmu tashawwuf dan ilmu haqiqat.

Dan sejak itu pula beliau diutus oleh Romo Kyai Ahmad untuk ikut membantu dalam kegiatan ta’lim di Ponpes Biba’a Fadlrah, di sana beliau mengajarkan kitab hikam, nasho’ihul ibad, dan minahus saniyah kepada santri dan jamaah ponpes Biba’a Fadlrah. Di tahun 2003 Beliau bersama para panitia pondok Biba’a Fadlrah merintis pendirian yayasan dan akhirnya di tahun …… berdiri Yayasan Pondok Pesantren Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaa’ilir Rahmah dan beliau (Romo KH. Ahmad Hasan) sebagai ketua yayasannya.

Pendidikan spiritual yang diberikan Romo Kyai Ahmad Bahru kepada Beliau sangat  intens, hampir setiap hari beliau pulang pergi dari Tirtoyudo – Turen. Pada tahun 2003 akhir oleh Romo Yai Ahmad beliau diutus (disuruh) berhenti menjalani puasa setiap hari yang selama ini menjadi rutinitas Beliau. Pada waktu itu Romo Kyai Ahmad Bahru dawuh pada beliau “njenengansampun wancineprei poso, sakniki wancine belajar ngiklasno ati kanti tabarruk nedo tedanan pondok” (kamu waktunya berhenti puasa, sekarang waktunya belajar mengikhlaskan hati dengan tabarruk memakan makanan pondok)”. Dan sejak itulah beliau Romo Yai Hasan berhenti dari rutinitas puasa setiap hari yang selama lebih dari 6 tahun terakhir beliau jalani.