Wisata dan Ziarah di Makam Sultan Hadlirin Jepara

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Wisata dan Ziarah di Makam Sultan Hadlirin Jepara

Liku Sejarah

Sultan Hadirin nama aslinya adalah Raden Tohyib, putra Syekh Mukhayyat Syah seorang sultan dari Aceh. Sultan Hadirin ke tanah Jawa untuk menyebarkan Islam sekaligus menghindari pertumbahan darah akibat perebutan kekuasaan dengan saudaranya Raden Takyim. Sebelumnya beliau berkelana keberbagai tempat, ke Makkah bahkan ke Champa hingga berakhir di bandar Jepara dan menikah dengan Ratu Kali Nyamat.

Bandar Jepara saat itu merupakan salah satu pelabuhan perdagangan dari delapan buah kerajaan yang ramai di pulau Jawa dan Madura. Yaitu Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura dan Kalinyamat. Kala itu bandar Jepara merupakan pusat pelayaran dan perdagangan dari berbagai pelosok nusantara.

Kanjeng Ratu Kalinyamat, menurut babad tanah jawi edisi Meinsma, adalah seorang putri pangeran Trenggono dan cucu Raden patah, Sultan Demak yang pertama (1521-1546). Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana.

Setelah menikah dengan Ratu Kalinyamat, Raden Toyib diberi gelar Sultan Hadlirin dan menjadi adipati Jepara. Penobatan tersebut terjadi pada tahun 1536. Sultan Hadirin menjadi penguasa Jepara yang meliputi negeri Jepara, Pati, Rembang dan Juana. Kalinyamat sebagai pusat pemerintahannya.

Sultan Hadlirin memerintah dengan adil, di dampingi istrinya menjadikan Jepara maju dan pesat, disegani Negara-negara lain. Bahkan Bandar Jepara menjadi Bandar internasional kala itu.

Sekian lama perkawinannya dengan Ratu Kalinyamat, Sultan Hadlirin belum juga memiliki keturunan. Mengingat pemerintahan di Kalinyamat begitu luas dan penting, akhirnya sultan Hadlirin menikah dengan putri sunan kudus bernama Raden Ayu Pridobinabar, perkawinan tersebut mengabungkan dua kekuasaan antara Jepara dan Kudus. Namun dari perkawinan ini pun Sultan tidak memiliki putra untuk melanjutkan kekuasaan.

Namun intrik politik dan perebutan kekuasaan antara kesultanan Demak dan Kudus merengut nyawa Sultan Hadirin. Ada yang menyatakan beliau dibunuh Arya Jipang atau Arya Penangsang.

Kisahnya, pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.

Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.

Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Sultan Hadirin pun tewas, sedangkan istrinya lolos dari upaya pembunuhan tersebut dan bisa pulang ke Jepara dengan membawa jenazah suaminya.

Lokasi Makam

Makam Sultan Hadlirin berada di Komplek Sunan Mantingan di Desa Mantingan, Kec. Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah