Jokowi Resmikan Pabrik Esemka, Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi

 
Jokowi Resmikan Pabrik Esemka, Kalau Bukan Sekarang Kapan Lagi

LADUNI.ID, Jakarta - "Kalau bukan sekarang kapan lagi," begitu pesan yang ditulis Jokowi pada kap sebuah mobil Esemka saat peresmian pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah.

Pasca peresmian pabrik Esemka oleh Jokowi, para pembenci kini mulai kelonjotan dan mencari celah lagi untuk nyinyir ke Jokowi. Saya tidak heran karena mungkin mereka hidup hanya digunakan untuk nyinyir.

Mereka kini mulai membandingkan beberapa model mobil Esemka yang mirip dengan mobil di luar negeri, tak peduli meski hoaks pun dijabanin demi bisa terus nyinyirin Jokowi. Mereka sudah tidak lagi bertanya, "mana mobil Esemkanya?" tapi ganti bertanya, "kapan Jokowi pakai Esemka untuk mobul dinasnya?"

Namanya juga kadal gurun setan gundul, sampai kapanpun ya akan terus nyinyir, jadi ya biarin.

Sejak zaman pak SBY, mobil Esemka sebenarnya sudah sering kita dengar dan digadang-gadang akan menjadi mobil nasional. Tapi itu tidak mudah, banyak hambatan yang harus dilewati.

Bahkan ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, ia rela menggunakan mobil Esemka sebagai mobil dinasnya, tujuan tak lain hanya ingin memberi dukungan atas karya anak bangsa sendiri, yaitu para siswa SMK yang mengerjakan mobil Esemka.

Semua memang berawal dari mimpi, termasuk mimpi Indonesia bisa punya mobil nasional, seperti di Jepang, Amerika, Jerman, Malaysia dan banyak lagi yang lainnya. Namun sayang, baru bermimpi saja para pembenci bukannya mendukung tapi malah membakar semua mimpi-mimpi itu menjadi debu.

Saya kira wajar dong kita bermimpi punya mobil nasional, mengingat bangsa ini sudah lebih dulu merdeka dari negara tetangga kita Malaysia, tetapi soal mobil nasional, kita justru kalah jauh dengan Malaysia. Mengapa? Ini harus dijadikan intropeksi, bukan malah mencacimaki.

Parahnya lagi, kita bukan hanya kalah soal mobil nasional, tapi dalam hal sepakbola kita juga kalah. Bahkan saat kalah, kita bukannya intropeksi tapi malah bikin rusuh dan anarki yang justru dapat merugikan diri sendiri.

Tapi sudahlah, lupakan soal sepakbola kita yang sering diprediksi menang di atas kertas, tapi saat di atas rumput sering kalah.

Kembali soal mobil nasional. Saya terkadang berfikir, bagaimana negara ini bisa maju jika baru bermimpi ingin punya mobil nasional saja sudah dicacimaki?

Selama lebih dari 5 tahun Jokowi selalu dibully dan dihina soal Esemka, akan tetapi Jokowi tidak menyerah, ia terus memberi dukungan dan menghargai karya anak bangsa sendiri. Bahkan sudah menjabat sebagai Presiden RI, pun ia masih terus memberikan dukungan kepada karya anak bangsanya.

Kalau bukan Jokowi siapa lagi?

Tidak mudah menjadi seorang Jokowi, ia terus bekerja tanpa henti namun juga selalu dihina dan dicacimaki. Ia tidak pernah membalas hinaan yang ia terima, tapi ia cukup membalasnya dengan kerja nyata.

Tolong jawab jujur, pernahkah Anda melihat atau mendengar Jokowi menghina para pembencinya? Tidak pernah!

Percayalah bangsa ini akan sulit maju jika kita tidak pernah mau menghargai dan mendukung kerja keras anak bangsa sendiri. Termasuk tidak menghargai pemimpinnya. Jika itu terus dilakukan maka jangan heran kita akan tertinggal dari bangsa lain. Na'udzubillah min dzalik.

Setelah ini, coba kita lihat dan cermati bersama apa yang dilakukn oleh bangsa lain yang lebih maju dari kita. Mari intropeksi diri, kira-kira apa yang harus dibenahi agar ke depan kita dapat menyusul kemajuan lebih dari yang telah mereka capai.

"Nyinyir itu memang mudah, yang sulit adalah kerja nyata dan menghasilkan karya."

Nah, jadi gimana yang selalu menanyakan mobil Esemka, kapan nih mau beli unitnya?

"Jangan paksa kami membeli mobil Esemka, alat transportasi terbaik kami adalah KAKI. Camkan itu, bong!", jawab codot yang sedang bergelantungan di pohon mangga.

====================
Yusuf Muhammad