Napak Tilas Kisah Nabi Nuh AS dan Pengikutnya di Balik Tradisi Bubur Suro

 
Napak Tilas Kisah Nabi Nuh AS dan Pengikutnya di Balik Tradisi Bubur Suro
Sumber Gambar: istockphoto, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Saya tergerak untuk menuliskan kembali peninggalan-peninggalan karya mbah KH. Mudhoffar Fathurrohman yang senantiasa nguri-nguri tradisi, dengan gaya bahasa saya, tentang sejarah bubur suro, yang sudah menjadi tradisi di wilayah Jawa Tengah. Khususnya di Kriyan Jepara.

Tulisan ini berdasar sanad yang saya dengar langsung dari Mbah KH. Mudhoffar Fathurrohman Kalinyamat, Mbah KH. Sya'roni Ahmadi Kudus saat mengajar Tafsir Jalalain. Tapi tulisan ini, tetap bisa dikatakan bersifat ilmiah karena akan disertakan rujukan kitab. Semoga Tulisan ini dapat menjadi bekal kita untuk nguri-nguri budaya, agar tidak kepaten Obor.

Dikisahkan bahwa ketika Nabi Nuh AS menghendaki kehancuran bagi orang kafir, Allah memerintahkannya untuk menanam pohon jati yang nantinya dibuat kapal. Nabi Nuh AS menanam pohon jati selama 200 tahun, kemudian ditebang dan dibuatlah sebuah kapal besar di mana Malaikat Jibril menjadi arsiteknya.

Kapal itu didesain dengan tiga lantai. Lantai bawah untuk hewan-hewan buas. Lantai tengah diperuntukkan bagi hewan yang jinak dan lantai paling atas untuk manusia para pengikut Nabi Nuh AS.

Saat datang banjir bandang Nabi Nuh AS memeriksa keempat anaknya. Didapatinya Sam, Ham dan Yafits, mereka telah berada di dalam kapal beserta istri-istrinya. Sementara itu, Nabi Nuh AS tidak mendapati Kan’an putranya yang lain.

Kisah ini terekam dan disampaikan di dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 42-43. Allah SWT berfirman:

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN