Khilafah Ajaran Aswaja, Validkah?
LADUNI.ID - Di tulisan saya yang dimuat NU Online tanggal 29 September 2017 saat HTI mengadakan serangkaian aksi menolak Perppu Ormas, saya mengatakan bahwa sebenarnya sudah menjadi rahasia umum bahwa HTI lahir dari gerakan klandestein di masa Orde Baru. Mereka tumbuh dan berkembang dalam suasana bawah tanah tanpa legalitas. Sistem organisasi HTI yang sangat rahasia bukti mereka sejak awal beradaptasi dengan aktivitas tanpa legalitas. Bagi internal organisasi, pencabutan badan hukum tidak banyak berpengaruh. Bagi HTI menggugat Perppu Ormas belum darurat. HTI menikmati legalitas mereka selama 10 tahun (2006 - 2017) dengan terdaftar di Kesbangpol Kemendagri sebagai bonus.
Tanpa legalitas, HTI tetap gigih berjuang mewujudkan mimpinya. HTI menginisiasi 3 lembaga mantel baru: LBH Pelita Umat, Komunitas Royatul Islam (Karim) dan Multaqa Ulama Aswaja. Multaqa Ulama Aswaja adalah forum yang dibuat oleh Lajnah Khas Ulama (LKU) HTI. LKU HTI terbentuk sekitar tahun 2006 dengan ketua Ust. Musthafa Ali Murthado seorang anggota senior HTI yang lumayan menguasai kitab kuning. Dia yang pertama kali menyusun kutaib berisi maqalah ulama tentang Khilafah yaitu kutipan-kutipan perkataan para ulama tentang Imamah/Khilafah. Dibantu oleh Yasih Muthohhar (Serang Banten), Ahmad Junaidi alias Gus Juned (Jakarta), Hisyam Hidayat (Jombang), Abdul Karim (Nganjuk), Nurhilal Ahmad (Majalengka) dan anggota HTI yang berlatar belakang santri lainnya, LKU HTI melakukan penetrasi ke pesantren-pesantren.
Penetrasi LKU HTI cukup berhasil di Priangan Timur. HTI berhasil masuk ke pesantren-pesantren di Majalengka, Kuningan, Ciamis, Banjar, Tasikmalaya dan Garut. Keberhasilan LKU HTI di Priangan Timur sangat menggembirakan DPP HTI. Priangan Timur menjadi pilot project bagi dakwah HTI di kalangan santri. Fakta ini mengingatkan kita kembali akan sejarah gerakan DI/TII dimana Priangan Timur menjadi basis. Masuk akal jika kalangan pesantren di sana mudah terkoneksi dengan ide-ide radikal yang dibawa HTI. Harapan HTI, mereka bisa merekrut para ajengan untuk menjadi anggota HTI. Memang sulit karena bagaimanapun akar sejarah keradikalan HTI dengan DI/TII berbeda. Mereka punya kesamaan emosi, punya musuh bersama, NKRI. Bagi DI/TII Priangan Timur rumah mereka tidak mungkin diberikan begitu saja kepada HTI secara cuma-cuma. Tapi setidaknya HTI mempunyai teman seperjuangan untuk melawan Indonesia.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...