Kitab Maulid Nabi SAW yang Populer di Indonesia

 
Kitab Maulid Nabi SAW yang Populer di Indonesia
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Rabiul Awal adalah bulan yang sangat ditunggu oleh umat Islam di dunia karena pada bulan ini adalah bulan kelahiran sang Baginda Nabi Muhammad SAW. Pada bulan ini seluruh umat Islam di dunia, tak terkeculi di Indonesia berlomba dan bersuka cita dalam menyambut bulan kelahiran sang kekasih Allah SWT. Kegembiraan masyarakat ditunjukan dengan cara merayakan peringatan Maulid Nabi SAW dengan berbagai macam kegiatan dan tradisi.

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Maulid Nabi SAW bentuknya bermacam-macam seperti selametan, mengadakan lomba Islami, mengadakan shalawat keliling, dan berbagai tradisi masing-masing daerah. Misalnya ada istilah seperti Muludhen di Madura, Grebeg Maulud di Mataram, Bungo Lado di Padang Pariaman, Walima di Gorontalo, Ngalungsur Pusaka di Garut, Kirab Ampyang di Kudus, Panjang Mulud di Banten, dan sebagainya.

Dalam perayaan Maulid Nabi SAW dipastikan akan ada pembacaan shalawat dan pembacaan kitab maulid di tengah pelaksanaan perayaannya. Berikut adalah beberapa kitab Maulid Nabi SAW yang populer dan sering dibacakan saat peringatan Maulid Nabi SAW, khususnya di Indonesia.

1. Maulid Barzanji

Maulid Barzanji adalah kitab yang berisi tentang kisah perjalanan Rasulullah SAW, puji-pujian terhadap Rasulullah SAW, dan doa-doa. Kitab ini menjadi salah satu kitab yang populer di kalangan umat Islam, karena biasanya tidak hanya dibaca ketika perayaan Maulid Rasulullah SAW, namun kitab ini juga dibaca rutin setiap malam Jumat atau malam Senin oleh berbagai kalangan masyarakat. Kitab ini disusun oleh Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim Al-Husaini As-Syahzuri Al-Barzanji

Keutamaan membaca Maulid Barzanji sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Madarijus Shu’ud adalah bahwa Maulid Barzanji ibarat media yang mampu menjadi sebab datangnya berbagai kebaikan dan orang yang membacanya akan mendapatkan keridhoan dari Allah SWT.

Syaikh Nawawi Al-Bantani seolah hendak mengatakan bahwa dengan membaca Maulid Barzanji orang akan mendapatkan keutamaan yang sangat banyak, di antaranya adalah akan dimudahkan dalam berbagai urusannya. Jika tujuan membacanya agar terhindar dari penyakit, maka orang yang membacanya akan dijauhkan dari penyakit oleh Allah SWT, dan demikian pula berbagai hajat yang lainnya. Tapi satu hal yang sangat penting adalah mendapatkan kehormatan berupa keridhoan dari Allah SWT berkah dari cinta Nabi dan semoga dari sini pula syafaat Nabi Muhammad SAW terlimpahkan kepada kita semua.

2. Maulid Ad-Diba'i

Salah satu kitab maulid yang populer adalah Maulid Ad-Diba'i atau biasa juga disebut Maulid Diba'. Kitab ini merupakan karangan Syaikh Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Yusuf bin Ahmad bin Umar As-Syaibani Az-Zabidi As-Syafi’i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Abdurrahman Ad-Diba’i

Maulid Ad-Diba’i dianggap oleh sebagian kalangan sebagai ringkasan dari Maulid Syaraful Anam karangan Syaikh Syihabuddin bin Qasim Al-Hariri. Meski demikian, keberkahan dan keutamaannya tetap melimpah dan menjadi salah satu perantara untuk gemar memperbanyak membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Keindahan syair pujian dalam kitab ini mampu menarik perhatian pembaca untuk menambah rasa cinta kepada Baginda Rasulullah SAW serta menjadi sebuah media untuk mempelajari bagaimana sifat dan karakter Rasulullah SAW yang sebenarnya.

3. Maulid Syaraful Anam

Maulid Syaraful Anam termasuk kitab maulid yang populer dibaca oleh kalangan umat Islam di Indonesia, khususnya di daerah Sunda. Kitab ini dikarang oleh As-Syaikh Al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Qasim Al-Maliki Al-Bukhari Al-Andalusi Al-Mursi Al-Lakhmi Al-Hariri, atau yang masyhur dikenal dengan sebutan Al-Hariri.

Kitab Maulid Syaraful Anam memang kalah populer dengan kitab maulid lainnya, seperti Al-Barzanji, Ad-Diba'i, Simthud Durar, tetapi sebenarnya banyak syair yang ada di dalamnya justru disertakan atau diselipkan di dalam kitab-kitab maulid yang lebih populer itu, atau minimal juga dibaca sebagaimana biasanya. Sebut saja misalnya Assalamu ‘Alaika Zainal Anbiya’ dan Asyraqal Badru ‘alaina, Fi Hubbi Sayyidina Muhammad. 

Sementara itu di daerah Sunda, justru banyak pesantren yang para santrinya membaca kitab maulid ini. Mereka membacanya secara serempak dalam sebuah halaqah tanpa menggunakan pengeras suara sama sekali. Tapi syair-syair yang dibaca mendayu-dayu itu terasa syahdu dan membuat para pembacanya tenggelam dalam keindahannya serta keindahan Baginda Nabi Muhammad SAW yang digambarkan di dalam kitab tersebut. Dan dari sini tentu keberkahannya sangat melimpah.

4. Maulid Simthud Durar

Maulid Simthud Durar dikenal pula dengan sebutan Maulid Habsyi karena dinisbahkan kepada pengarangnya, yakni Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Kitab ini ditulis oleh Habib Ali Al-Habsyi dua tahun sebelum beliau wafat, yaitu tepatnya pada tahun 1330 H/1912 M.

Belakangan Maulid Simthud Durar menjadi sangat masyhur dan banyak dibaca oleh berbagai kalangan umat Islam di Indonesia, khususnya di pesantren-pesantren. Apalagi juga sering dibaca oleh Habib Syech As-Segaf di berbagai acara bershalawat bersama di berbagai daerah. Demikian pula para habaib juga sering membaca kitab ini dalam berbagai acara haul. Sehingga, dari sini banyak kalangan umat Islam yang mengenal Maulid Simthud Durar dan turut serta mengambalkan membacanya di berbagai acara.

Salah satu keutamaan Maulid Simthud Durar menurut Habib Ali Al-Mantsur adalah dengan menghayati makna dan kandungan yang ada di dalamnya. Pembaca dan orang-orang yang mendengarkannya bisa seolah ada pada zaman Rasulullah, dan menyaksikan langsung bagaimana cara Rasulullah bersikap, bagaimana cara Rasulullah SAW bersabar saat ditimpa ujian, dan berbagai teladan mulia Rasulullah SAW, termasuk mengenai sifatnya yang mulia, dan akhlaknya yang agung.

Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Syarah Simthud Durar fi Akhbar Maulidi Khairil Basyar wa Ma lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar.

  وَلَمَّا قُرِئَ الْمَوْلِدُ بِبَيْتِهِ سَنَةَ ألف وثلاثمئة وثلاثون هــ. قَالَ رَضِي الله عَنْهُ: المَوْلِدُ كَأَنْ عَادَ نَحْنُ اَلَا سَمِعْنَاهُ، عَلَيْهِ نُوْرٌ عَظِيْمٌ، وَكُلُّ عِبَارَةٍ صِفَةٌ مَلَانَةٌ بِتَعْظِيْمِهِ

"Setelah maulid (Simthud Durar) dibaca di rumahnya, tahun 1330 H, Habib Ali Al-Mantsur berkata: Maulid (Simthud Durar) seperti mengembalikan kita semua (pada zaman Rasulullah), maka dengarkanlah, di dalamnya terdapat cahaya yang mulia, dalam setiap ungkapan terdapat sifat yang sangat condong mengagungkan Rasulullah."

5. Maulid Ad-Dhiyaul Lami'

Salah satu ulama kontemporer yang sangat masyhur dan dikenal di Indonesia adalah Habib Umar bin Hafidz. Beliau adalah seorang cendekiawan muslim dan seorang da'i yang mempunyai pengaruh besar di dunia. Kepopuleran beliau juga yang mengiringi kitab maulid yang dikarangnya, yakni Maulid Ad-Dhiyaul Lami'. Kitab ini sering di baca oleh para habaib di dalam berbagai majelis yang didirikannya, khususnya para habaib yang merupakan murid Habib Umar. Di antara tokoh habaib yang mempopulerkan kitab ini di dalam majelisnya adalah Habib Mundzir Al-Musawa. Di dalam Majelis Rasulullah, Maulid Ad-Dhiyaul Lami' menjadi bacaan penting yang tidak tergantikan sama sekali. 

Maulid Ad-Dhiyaul Lami' memang relatif masih termasuk kitab maulid yang baru dikarang, yakni pada tahun 1994 di Hadramaut, Yaman. Namun, keindahan gaya penulisan yang ringkas dan bersajak membuat para pembaca tidak merasa berat dalam membacanya. Meski ringkas, tetapi kitab ini unik sebab mengandung kode-kode rahasia di dalamnya.

Di dalam Maulid Ad-Dhiyaul Lami' terdapat syair mukaddimah yang berjumlah 12 bait, melambangkan kelahiran Rasul SAW pada tangggal 12. Lalu bagian pertama terdiri dan diambil dari tiga surat, yaitu Surat Al-FathSurat At-Taubah, dan Surat Al-Ahzab. Tiga surat ini melambangkan lahirnya Rasulullah SAW pada bulan tiga (Rabiul Awal). Kemudian jika dicermati akan ditemukan bahwa bait-baitnya berjumlah 63, yang melambangkan usia Rasulullah SAW adalah 63 tahun.

Satu hal yang sangat menarik banyak kalangan adalah karena ditulis dalam bentuk sajak yang ringkas tetapi mengena dan menggugah semangat untuk terus mendekat kepada Nabi Muhammad SAW meski dalam keadaan bagaimanapun. Anak-anak muda yang mungkin tersisihkan di dalam masyarakat, tetap mendapatkan tempat di dalam majelis-majelis maulid yang membaca Maulid Ad-Dhiyaul Lami'. Seakan mendapatkan oase di tengah gersangnya kehidupan. Masih ada harapan untuk kembali ke jalan yang benar, melalui shalawat dan cinta Nabi yang diekspresikan dengan turut membaca kitab maulid yang penuh keberkahan tersebut.

***

Selain kitab maulid, ada satu lagi syair-syair yang cukup panjang yang menggambarkan tentang Nabi Muhammad SAW, yakni Qosidah Burdah. Di dalam Qosidah Burdah terdapat pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad SW, pesan moral, nilai spiritual dan semangat perjuangan. 

Qosidah Burdah juga sering dibaca saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Bahkan di banyak pesantren, qosidah tersebut menjadi bacaan rutin setiap minggu.

Qosidah Burdah disusun oleh Muhammad bin Sa’id bin Himad bin Abdullah As-Shonhaji Al-Bushiri Al-Mishri atau yang lebih dikenal dengan Imam Al-Bushiri. 

Kecintaan Imam Al-Bushiri kepada Rasulullah SAW sangat tampak dalam syair-syair Qosidah Burdah. Tidak hanya menjelaskan bagaimana cara meningkatkan spiritual dan moral, namun juga mengajarkan hakikat cinta yang sebenarnya kepada Rasulullah SAW, sekaligus pengakuan bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam hal tidak punya amalan apapun yang dapat diandalkan tanpa mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

Banyak fadhilah atau keutamaan dalam membaca Qosidah Burdah. Salah satunya adalah bisa dijadikan sebagai obat untuk penyakit. Hal ini diceritakan dalam Kitab Az-Zubdah fi Syarhil Burdah.

Pernah suatu ketika ada seorang yang sedang sakit mata, lalu ia bermimpi dan seakan-akan mendengar ucapan berikut,

خُذْ مِنَ الْبُرْدَةِ وَاجْعَلْهَا عَلَى عَيْنَيْكَ

"Ambillah Qosidah Burdah, kemudian letakkan di depan matamu."

Kemudian orang tersebut menceritakan mimpinya kepada Syaikh Al-Wazir. Kemudian Syaikh Al-Wazir berkata, "Qosidah Burdah adalah pujian-pujian kepada Rasulullah SAW, ia bisa menjadi media untuk berobat". Setelah itu Syekh Al-Wazir mengambil Qosidah Burdah dan meletakannya di depan mata orang tersebut. Atas izin Allah SWT, mata orang tersebut langsung sembuh seketika. Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 05 Oktober 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim