Menolak NU Selain Hasil Muktamar

 
Menolak NU Selain Hasil Muktamar

LADUNI.ID - Dalam hal ini, saya banyak berbeda pendapat dengan kawan-kawan saya sesama Nahdhiyyin. Mereka bersikeukeuh tak mau mengakui eksistensi NU selain hasil Muktamar, seperti NU Garis "Lurus" (NUGL), misalnya. Di titik ini saya sependapat. Bahwa saya pun tak pernah mengakui NU selain hasil Muktamar, siapapun yang bikin NU tandingan itu. 

Perbedaan kami terletak pada rasa ta'dzim. Saya, bagaimanapun tak setuju dengan NUGL, tetapi tetap menghormati (ta'dzim) kepada para Kiai atau Ustadz yang di dalam NUGL. Ta'dzim pada keilmuan atau kealiman beliau. Sementara tidak dengan kawan-kawan saya. Mereka bahkan dengan begitu "sadis" menyematkan ujaran, label atau vonis kurang elok kepada para Kiai dan ustadz di NUGL.

Bagi saya, jika pun harus ada NU tandingan, maka para Kiai Khos dan sepuh, Mustasyar PBNU, seperti KH. Maimoen Zubair Sarang, KH. Anwar Mansur Lirboyo, KH. Nawawi Abdul Jalil Sidogiri (Guru ust. Idrus Romli), KH. Abuya Muhtadi Banten, KH. Jazuli Ploso, KH. Agoes Ali Mashuri Sidoarjo, KH. Mustofa Bisri Rembang, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Abdullah Salam Denanyar Jombang, KH. Zubair Muntashor Nurul Cholil Bangkalan, KH. Muhammad Zuhri Zaini Paiton, KH. Ahmad Azaim Ibrahimy Sukorejo, KH. Kholil As'ad Walisongo dan puluhan, ratusan hingga ribuan Kiai dan ustadz di Nahdatul Ulama tentu lebih berhak membuat NU tandingan. 

Tetapi, Faktanya tidak..!! Beliau-beliau semua tidak pernah membuat NU tandingan selain NU hasil muktamar. Tentu saja pilihan beliau semua bukan tanpa pertimbangan. Pilihan itu pasti sudah melalui pertimbangan matang dengan beragam alasan. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN