Laskar Macan Ali Nuswantara Minta Belanda Kembalikan Dwaja Kesultanan Cirebon

 
Laskar Macan Ali Nuswantara Minta Belanda Kembalikan Dwaja Kesultanan Cirebon

LADUNI.ID, Cirebon – Pihak Kesultanan Cirebon meminta kepada pemerintah Kerjaaan Belanda untuk juga mengembalikan Dwaja (sebuah bendera Kesultanan Cirebon yang juga tersimpan di Belanda sejak 500 tahun lalu). Dwaja ini, konon terbuat dari kain warung dan bergambar rajah bertuliskan huruf Arab.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah Lira Cirebu, Prabu Diaz. Menurutnya, keraton di Cirebon hanya memiliki dwaja hasil repro dari duplikatnya yang ada di museum tekstil di Jakarta. Karena dwaja yang asli ada di Belanda. Selayaknya pemerintah Belanda mau mengembalikannya ke Cirebon.

“Kami juga berharap pemerintah Belanda mengembalikan dwaja atau bendera Kesultanan Cirebon yang disimpan di Belanda hampir 500 tahun lalu kepada Keraton di Cirebon. Sebab Dwaja kesultanan yang terbuat dari kain warning itu barang yang sangat langka dan bukan hanya kebanggaan masyarakat Cirebon tetapi juga kebanggaan bangsa Indonesia,” ujar Prabu Diaz ketua DPD Lira Cirebon.

Punya kekuatan magis 

Bendera Cirebon yang bernama “Macan Ali” itu tidak hanya berfungsi sebagai lambang atau simbol Kesultanan Cirebon, tetapi juga dipandang sebagai benda regalia. Bendera yang diberi nama Macan Ali itu dibuat oleh Syarif Hidayatullah sebagai lambang kerajaan dan semangat perjuangan Islam. Secara tidak langsung merupakan motivator dan pembangkit semangat perjuangan Islam.

Konon, bendera itu memiliki kekuatan magis yang kuat dan dipercayai dapat menolak bala. Benda itu dipercaya dapat mendatangkan keselamatan atau kebaikan bagi seseorang atau masyarakatnya.

Sebelumnya, Raja Wiliam yang merupakan pewaris tahta Kerajaan Belanda mengembalikan keris Pusaka Pangeran Diponegoro kepada pemerintah Indonesia. Keris pusaka tersebut sudah tersimpan di Belanda sejak sekitar 200 tahun yang lalu.

Selain itu, Prabu Diaz juga menambahkan bahwa, duplikat dwaja Kesultanan Cirebon yang tersimpan di Markas Besar Laskar Macan Ali Nuswantara Cirebon.

“Sultan Sepuh XIV Cirebon juga sebelumnya telah menyampaikan harapan nya kepada Pemerintah Belanda untuk mengembalikan dwaja tersebut. Karena lebih bermanfaat apabila disimpan dan dirawat di Cirebon. Masyarakat Cirebon juga merasa bangga apabila bendera Kesultanan itu kembali di Cirebon,” ujar Prabu Diaz.

Prabu Diaz juga melanjutkan bahwa ia beserta berbagai komponen yang ada, antara lain Laskar Agung Macan Ali, LSM lira, Forum Lingkungan Hidup dan Budaya Nuswnatar serta lainnya akan membuat surat dukungan kepada Kesultanan Cirebon dan meminta kepada Pemerintah Belanda untuk berekenan mengembalikan Dwaja atau Bendera Kebesaran Kesultanan Cirebon yang terbuat dari bahan warung yang konon pernah dikibarkan oleh Fatahillah ketika merebut Sunda Kelapa dari Portugis.

Sebagai masyarakat biasa yang cinta budaya serta peninggalan leluhur, prabu Diaz berharap sekali pemerintah Belanda merealisasikan keinginan Sultan maupun masyarakat Cirebon dan pemerintah RI mau menjebataninya.