Kisah Ibu Hamil 5 Bulan yang di Rumah Saja Tapi Positif Corona

 
Kisah Ibu Hamil 5 Bulan yang di Rumah Saja Tapi Positif Corona

LADUNI.ID, Semarang - Di tengah gencarnya kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, Seorang ibu rumah tangga di Semarang, Nunki Herwanti, dinyatakan positif terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Hal ini berdasarkan hasil tes swab milik Nunki yang menunjukkan positif infeksi virus corona SARS-CoV-2, padahal ia yakin tidak melakukan kontak dekat dengan banyak orang selama 14 hari terakhir. Nunki yang sedang hamil lima bulan tersebut, merasa heran karena dirinya tidak pernah beraktivitas di luar rumah.

 “Ikut acara besar yang berkerumun juga enggak. Jadi kegiatan saya sehari-hari hanya antar-jemput anak dan itu tidak ada kontak fisik dengan siapa pun,” tutur Nunki, ketika melakukan wawancara lewat video conference yang diunggah di akun YouTube Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Sabtu (11/4) lalu sebagaimana dikutip Laduni.id dari laman Kumparan.

Nunki bahkan juga menuturkan bahwa selama mengantar-jemput anak-anaknya ke sekolah, ia juga tidak berinteraksi dengan siapa pun, termasuk orang tua murid lain. Kedua anaknya baru saja pindah sekolah tiga bulan belakang, sehingga dirinya belum banyak mengenal wali murid.

Nunki pun merincikan kronologi sebelum dirinya dikonfirmasi positif COVID-19, penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2. Pada 16 Maret pagi, ia bangun dalam keadaan batuk dan pilek. Empat hari kemudian, dadanya mulai sesak napas. Namun gejala itu disebutnya hilang-timbul dan sebagai efek dari batuk berdahak.

“Setelah diminumin air hangat, hilang sesaknya,” lanjutnya.  “Di situ, saya untungnya udah memposisikan diri saya mungkin ini COVID-19, bukan flu biasa, bukan masuk angin biasa. Tapi masih antara ‘Tapi kok enggak demam?’, harusnya kan kalau infeksi kan demam. Ternyata hari kelima malam, demam, terus pagi harinya di hari keenam (masih) demam.”

Nunki memang punya latar belakang pendidikan S1 Keperawatan, sehingga saat pandemi ini pun belum meluas, dirinya sudah lebih dulu bersikap waspada. 

“Karena saya tidak mau lengah, karena di rumah ada anak kecil dua, anak saya dan keluarga juga. Jadi ketika saya percaya kalau ini flu biasa, ini gak masalah, ini masuk angin, saya takutnya saya lengah sebagai manusia, akhirnya saya menularkan ke mereka,” tuturnya.

Saat ini, Nunki masih menjalani karantina mandiri di rumah karena gejala yang dialaminya sangat ringan. Hanya dirinya diminta melapor ke RS jika terjadi perburukan kondisi, seperti demam dan sesak napas. 

Hingga Selasa (21/4), terhitung sudah 17 hari sejak hasil swab pertama keluar. Nunki mengaku kondisinya sudah sangat membaik, beberapa gejala sudah mereda. Konfirmasi kesembuhannya baru akan keluar pada Rabu (22/4), lewat hasil tes swab kedua dan ketiga. 

Ia berpesan kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran diri sendiri bahwa prinsip menjaga jarak adalah kunci memutus rantai penularan. Hindari acara-acara yang berkerumun. Isolasi diri merupakan hal yang wajib untuk menekan penyebaran virus.

Sementara itu, pada hari kelima, saat gejala demam mulai muncul, suaminya yang seorang dokter menginfokan di tempatnya bekerja ada bruder atau perawat laki-laki yang didiagnosis mengidap COVID-19. Keesokan harinya, Nunki memutuskan periksa ke IGD Rumah Sakit Kariadi. Hasil tes laboratorium awal untuk sampel darah mengindikasikan ada infeksi virus.

Sebagai konfirmasi diagnosis, ia menjalani tes swab atau usapan tenggorokan. Suaminya juga menjalani prosedur yang sama, karena kecurigaan awal mengarahkan dirinya tertular dari sang suami.

Waktu tunggu hasil swab baru hingga seminggu kemudian. Selama itu pula, Nunki diperintahkan untuk mengisolasi diri di rumah. Langkah ini sebenarnya telah ia ambil sejak gejala awal muncul pada hari pertama.

“Saya jaga jarak sama anak-anak, saya tidak mencium mereka, tidak memeluk mereka. dan kalau terpaksa harus ke toilet saya menggunakan masker. saya tetap jaga jarak sama mereka, saya enggak mau. Karena belum tau pasti ini apa, tapi saya enggak mau lengah,” ujarnya.

Sementara itu, pada 30 Maret dini hari, ia mendapat sms dari Direktur Pelayanan Medik RS Kariadi. Tertera, hasil tes swab miliknya positif, sedangkan sang suami negatif. Dugaan sementara, ia tertular virus corona dari uang kembalian tukang sayur keliling tempatnya berbelanja setiap hari.

“Setiap harinya pasti bertemu saya tukang sayur untuk belanja ada kemungkinan dari beliau-beliau karena enggak hanya dari satu tukang sayur, Misalnya saya beli oh barang ini enggak ada, saya tunggu tukang sayur yang lain keliling kompleks. Jadi ada kemungkinan dari mereka karena mereka bakulan di pasar pun bertemu puluhan dan mereka menjajakan dagangan pun bertemu banyak orang,” katanya.

“Karena waktu itu sebelum saya dapat gejala memang belum booming-nya di Semarang, pandeminya masih baru 1 sampai 3 pasien COVID-19 di Jakarta. Jadi kita belum terlalu aware kayak uang (harus) didisinfektan dulu. Jadi ya saya kecolongan mungkin di situ,” imbuhnya.