Kenangan Bersama Ra Gunjek Ghafarallahulahu

 
Kenangan Bersama Ra Gunjek Ghafarallahulahu

LADUNI.ID, Jakarta - Ada syair Jawa: "Zaman pun akhir, zaman pun akhir. Bumine goyang".

Saat bercanda dengan Lora Nurul Yaqin kami adaptasi ke syair Madura: "Zaman pon akhir, zaman pon akhir. Buminah Gunjek". Kami tertawa bersama. Tidak ada yang saling tersinggung, tidak ada saling marah. Karena saking akrabnya. Saya tidak pernah tahu siapa yang pertama menggelari sosok Lora bertubuh besar, kumis melintang ini dipanggil Lora Gunjek (bergetar).

Lora Nurul Yaqin pertama mondok di Ploso pada 1997. Jauh lebih dulu saya tahun 1994. Meskipun begitu beliau tetap kakak kelas saya, sebab langsung masuk kelas 3 Tsanawiyah. Rupanya beliau sudah punya bekal hafalan Nadzam Alfiyah Ibnu Malik sejak di rumahnya, dari didikan ayahnya.

Kamar kami berdekatan di Al-Falah 2. Saya di kamar 08 dan beliau di kamar 10. Setelah kami saling kenal hampir tiap hari selalu bertemu. Kadang saya ke kamar beliau, kadang beliau ke kamar saya, baik sekedar ngobrol di depan kamar (seperti di foto), atau ngajak ngopi di warung pondok, hingga lan-jalan sore saat libur pengajian.

Keakraban saya dengan beliau tidak selesai di pondok. Saat sudah sama-sama boyong dari Pondok kami masih sering silaturahmi, sebab keluarga mertua saya di Pregih Tambelangan berdekatan dengan rumah beliau. Saya sering ke rumah beliau bahkan saat Abah beliau, kyai Mu'thi masih hidup.

Ayah beliau pernah berkata kepada kami yang terlihat akrab saat saya ke rumah beliau di Sampang: "Ada 3 teman yang akan abadi persahabatannya. Teman mencari ilmu (saya dan putra beliau, maksudnya), teman saat ke Makkah bersama dan teman dalam Jihad".

Beliau kawan yang humoris dan selalu menenangkan kawannya. Pernah di bulan Ramadhan 1999 sebelum Abah saya wafat. Di kantin Pondok saya bertanya kepada beliau tentang penyakit komplikasi. Ra Yaqin menjawab: "Wah, kalau komplikasi sudah hampir pasti akan mati", kata beliau mengatakan sejujurnya. Lalu Ra Yaqin bertanya: "Siapa yang sakit komplikasi?" Saya jawab: "Abah saya". Seketika Ra Yaqin menghibur saya: "Oh gak, kalau Abahnya sampeyan bisa sembuh", memberi pengecualian tapi terlambat. Ternyata betul 10 hari setelah itu Abah saya wafat.

Putri beliau sudah remaja dan ada di Pondok Putri Ploso. Hampir tiap haul Ploso kami bertemu. Bernostalgia sambil memandangi halaman Pondok Al-Falah 2 yang masih indah dan menyimpan 1000 kenangan. Beberapa bulan terakhir ini Ra Yaqin sering menulis pesan melalui group WA, dan dibawahnya selalu ditulis nama dan almamater pondok.

Sekali lagi semoga Allah mencurahkan rahmat dan ampunan untuk beliau dan memberi keselamatan dunia hingga akhirat. Amin.

*) Oleh Ustadz Ma’ruf Khozin


Aktifkan Nada Sambung pribadi Tausiyah Ustadz Ma'ruf Khozin "LIMA ALAM KEHIDUPAN"
Dengan cara kirim SMS: LAKDO kirim ke 1212
Tarif: Rp. 3850 / 7 hari