Langgar Gipo, Bangunan Bersejarah Tahun 1700-an di Surabaya Kini Direnovasi

 
Langgar Gipo, Bangunan Bersejarah Tahun 1700-an di Surabaya Kini Direnovasi

LADUNI.ID, Surabaya - Langgar Gipo berada di kawasan Kalimas Udik, Surabaya, Jawa Timur. Bangunan tersebut dibangun oleh keluarga Sagipoddin pada sekitar tahun 1700-an dan sudah dilakukan sebanyak 5 kali renovasi.

Sebagaimana diceritakan oleh Moch. Yunus, keluarga Hasan Gipo turunan ke-7 dari Mbah Sagipodin (Mbah Gipo / Abdul Latif), Sagipoddin adalah orang kaya keturuhan Arab. Ia tinggal di kawasan kampung elit Ampel.

"Gipo menjadi tanda nama keluarga, semacam marga. Abdul Latief yang menggagasnya. Keluarga ini juga masih keluarga dengan keluarga Mas Mansur, tokoh Muhammadiyah di Surabaya," terang Yunus, di Asrama haji pertama (Langgar Gipo) Surabaya, Jawa Timur, sebagaimana dikutip Laduni.id dari laman portalsurabaya, Minggu (7/6) kemarin.

"Nama sebenarnya adalah Abdul Latief. Kenapa berubah jadi Sagipoddin? Karena lebih lekat dengan lidah orang Jawa. Kemudian, nama itu dipendekkan lagi menjadi Gipo," tutur Moch Yunus.

Menurut ceritanya Gipo melahirkan keturunan bernama Hasan Gipo. Generasi keempat yang menjadi Ketua NU pertama. Sayangnya, malah tak banyak dikenal warga NU.

Hasan Gipo tak banyak ditulis dalam sejarah perjuangan bangsa. Baru setelah internet dan dunia maya menggejala, nama Hasan Gipo mulai mewarnai gawai berita. Itu setelah NU menemukan situs makam Hasan Gipo di kompleks pemakaman Ngampel pada tahun 2015 lalu.

Langgar Gipo berdiri di atas lahan sekitar 100 meter persegi, tepatnya di Jalan Kalimas Udik. Dulu, nama jalan ini bernama Jalan Gipo. Entah apa yang diinginkan Pemerintah Kota Surabaya, yang kemudian mengganti namanya jadi Jalan Kalimas Udik.

Lebih dari itu, sejumlah anggota Laskar Macan Ali Surabaya melakukan renovasi Langgar Gipo yang akan difungsikan sebagai langgar kembali.

David panglima Laskar Macan Ali Surabaya mengatakan, langgar tersebut dalam masa renovasi, setelah renovasi ke-6 ini langgar akan difungsikan kembali sebagai mana mestinya langgar yang telah kosong selama kurang lebihnya 35 tahun.

"Kami melakukan renovasi karena keperdulian kami terhadap bangunan bersejarah di Surabaya ini" ujarnya saat dijumpai disela-sela renovasi Langgar.