Jangan Termakan oleh Lirik Balonku

 
Jangan Termakan oleh Lirik Balonku

LADUNI.ID, Jakarta - Lirik lagu "Balonku" diciptakan Bapak Soerjono (1914-1992) yang akrab dipanggil "Kak Sur." Kemudian digubah kembali oleh Abdullah Totong Mahmud (1930-2010). Dan versi inilah yang beredar hingga sekarang.

Balonku ada lima
Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning, kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau DOR
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat

Dalam menyikapi lirik lagu ini kita jangan terburu menyimpulkan bahwa "balon" itu simbol agama, "lima" adalah jumlah agama yang dilindungi (sebelum Konghucu resmi sebagai agama yang sah di negeri ini) dan "hijau" adalah simbol Islam.

Karena sejatinya warna itu bukanlah esensi kebaikan atau pun kejahatan. Sebagaimana ciptaan Tuhan yang lain, warna adalah pelengkap keindahan. Di sini pelangi terlihat indah karena ia punya banyak warna.

Hasilnya akan salah kaprah bilamana kita terperangkap pada pemaknaan warna sebagai suatu simbol tertentu, seperti "hijau" itu simbol Islam. Jika dipaksakan demikian maka lirik "meletus balon hijau dor; hatiku sangat kacau ..." itu akan berarti bahwa "Islam itu akan meletus bagai Gunung Galunggung dan menimbulkan kepanikan."

Jadi, seolah Islam itu agama kekerasan, radikal. Karena itu "balonku tinggal empat; kupegang erat-erat." Artinya, agama yang tetap lestari dan tidak radikal hanya empat, selain Islam. Jelas, pemaknaan ini sangat tidak diterima. Bagi mereka yang punya kepentingan politik-kekuasaan, pemaknaan ini dijadikan isu SARA. Akhirnya terjadi ketegangan antar umat beragama.

Maka, biarlah lagu Anak Indonesia itu mengalir apa adanya. Ia hanya bermaksud mengajak mereka mengenal warna. Bahkan, ini adalah bentuk kekayaan khazanah bangsa kita yang sangat beragam.

Dengan begitu, kita tak boleh terpancing isu SARA hanya soal "balonku." Di depan kita masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

* Oleh: Nurulbayan Ambari