Tentang Alasan Menikah dan Ujiannya

 
Tentang Alasan Menikah dan Ujiannya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kisah ini diriwayatkan dari ulama besar di masa salaf, Sufyan bin Uyainah (107-198 H). Sebagaimana terdapat di dalam Kitab Hilyatul Auliya' wa Thabaqotul Ashfiya' karya Abu Nu'aim Al-Isfahani, disebutkan sebagaimana berikut ini:

ﺟَﺎءَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﺃَﺷْﻜُﻮ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﻓُﻼَﻧَﺔٍ - ﻳَﻌْﻨِﻲ اﻣْﺮَﺃَﺗَﻪُ - ﺃَﻧَﺎ ﺃَﺫَﻝُّ اﻷَْﺷْﻴَﺎءِ ﻋِﻨْﺪَﻫَﺎ ﻭَﺃَﺣْﻘَﺮُﻫَﺎ ﻓَﻘَﺎﻝَﺳُﻔْﻴَﺎﻥُ ﻟَﻌَﻠَّﻚَ ﺭَﻏِﺒْﺖَ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻟِﺘَﺰْﺩَاﺩَ ﻋِﺰًّا ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَﻌَﻢْ

"Ada lelaki datang kepada Sufyan dan berkata, 'Aku ingin mengadu padamu tentang istriku. Aku sangat rendah baginya dan tidak berharga.' Sufyan lalu bertanya, 'Apa kamu menikahinya dengan harapan mendapat keagungan?' Lelaki itu menjawab, 'Ya, betul'."

ﻗَﺎﻝَ: ﻣَﻦْ ﺫَﻫَﺐَ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻌِﺰِّ اﺑﺘﻠﻲ ﺑِﺎﻟﺬُّﻝِّ، ﻭَﻣَﻦْ ﺫَﻫَﺐَ ﺇِﻟَﻰ اﻟْﻤَﺎﻝِ اﺑْﺘُﻠِﻲَ ﺑِﺎﻟْﻔَﻘْﺮِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺫَﻫَﺐَ ﺇِﻟَﻰ اﻟﺪِّﻳﻦِ ﻳَﺠْﻤَﻊُ اﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ اﻟْﻌِﺰَّ ﻭَاﻟْﻤَﺎﻝَ ﻣَﻊَ اﻟﺪِّﻳﻦِ

"Sufyan berkata, 'Barang siapa ingin keagungan (dalam pernikahan) maka ia diuji dengan kehinaan. Barang siapa yang memilih ingin kaya maka diuji dengan kemiskinan. Barang siapa menikah karena agamanya, maka Allah himpun baginya kemuliaan, harta dan agama."

ﺛُﻢَّ ﺃَﻧْﺸَﺄَ ﻳُﺤَﺪِّﺛُﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻛُﻨَّﺎ ﺇِﺧْﻮَﺓً ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔً، ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ، ﻭَﻋِﻤْﺮَاﻥُ، ﻭَﺇِﺑْﺮَاﻫِﻴﻢُ، ﻭَﺃَﻧَﺎ. ﻓَﻤُﺤَﻤَّﺪٌ ﺃَﻛْﺒَﺮُﻧَﺎ، ﻭَﻋِﻤْﺮَاﻥُ ﺃَﺻْﻐَﺮُﻧَﺎ، ﻭَﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻭْﺳَﻄَﻬُﻢْ

"Sufyan kemudian bercerita, 'Kami bersaudara ada empat; Muhammad, Imron, Ibrahim dan saya. Muhammad adalah yang paling tua. Imron yang paling muda. Dan saya tengah-tengah'."

ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﺭَاﺩَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺰَﻭَّﺝَ ﺭَﻏِﺐَ ﻓِﻲ اﻟْﺤَﺴَﺐِ، ﻓَﺘَﺰَﻭَّﺝَ ﻣَﻦْ ﻫِﻲَ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﻣِﻨْﻪُ ﺣَﺴَﺒًﺎ، ﻓَﺎﺑْﺘَﻼَﻩُ اﻟﻠﻪُ ﺑِﺎﻟﺬُّﻝِّ، ﻭَﻋِﻤْﺮَاﻥُ ﺭَﻏِﺐَ ﻓِﻲ اﻟْﻤَﺎﻝِ ﻓَﺘَﺰَﻭَّﺝَ ﻣَﻦْ ﻫِﻲَ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﻣِﻨْﻪُ ﻣَﺎﻻً ﻓَﺎﺑْﺘَﻼَﻩُ اﻟﻠﻪُ ﺑِﺎﻟْﻔَﻘْﺮِ: ﺃَﺧَﺬُﻭا ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄُﻮﻩُ ﺷَﻴْﺌًﺎ

"Muhammad menikah dengan tujuan kedudukan. Lalu ia menikah dengan wanita yang lebih besar kedudukannya. Ternyata Allah mengujinya dengan kehinaan. Imron menika ingin mendapat kekayaan. Maka ia menikahi wanita yang lebih kaya. Ternyata Allah mengujinya dengan kemiskinan. Mereka mengambil hartanya dan tidak memberikan suatu apapun kepadanya."

ﻓَﻘَﺪِﻡَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﻌْﻤَﺮُ ﺑْﻦُ ﺭَاﺷِﺪٍ ﻓَﺸَﺎﻭَﺭْﺗُﻪُ، ﻭَﻗَﺼَﺼْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗِﺼَّﺔَ ﺇِﺧْﻮَﺗِﻲ، ﻓَﺬَﻛَّﺮَﻧِﻲ ﺣَﺪِﻳﺚَ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺟَﻌْﺪَﺓَ ﻭَﺣَﺪِﻳﺚَ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ

"Lalu kami didatangi oleh Ma'mar bin Rasyid. Saya ajak diskusi, saya sampaikan kisah saudara-saudara saya. Ma'mar mengingatkan saya dengan Hadis yang diriwayatkan Yahya bin Ja'dah dan Hadis yang diriwayatkan Aisyah."

ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺣَﺪِﻳﺚُ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﺟَﻌْﺪَﺓَ: ﻗَﺎﻝَ اﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﺗُﻨْﻜَﺢُ اﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺭْﺑَﻊٍ: ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳﻨِﻬَﺎ، ﻭَﺣَﺴَﺒِﻬَﺎ، ﻭَﻣَﺎﻟِﻬَﺎ، ﻭَﺟَﻤَﺎﻟِﻬَﺎ، ﻓَﻌَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺬَاﺕِ اﻟﺪِّﻳﻦِ ﺗَﺮِﺑَﺖْ ﻳَﺪَاﻙَ

"Hadis riwayat Yahya bin Ja'dah menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Wanita itu dinikahi karena empat hal, agamanya, kedudukannya (keturunan), hartanya dan kecantikannya. Dapatkanlah olehmu wanita karena baik agamanya, maka kau tidak akan menyesal'."

ﻭَﺣَﺪِﻳﺚُ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺃَﻥَّ اﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ،ﺃَﻋْﻈَﻢُ اﻟﻨِّﺴَﺎءِ ﺑَﺮَﻛَﺔً ﺃَﻳْﺴَﺮُﻫُﻦَّ ﻣُﺆْﻧَﺔً

"Hadis riwayat Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Wanita yang paling besar keberkahannya adalah yang paling mudah biaya nafkahnya'."

ﻓَﺎﺧْﺘَﺮْﺕُ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻲ اﻟﺪِّﻳﻦَ، ﻭَﺗَﺨْﻔِﻴﻒَ اﻟﻈَّﻬْﺮِ اﻗْﺘِﺪَاءً ﺑِﺴُﻨَّﺔِ ﺭَﺳُﻮﻝِ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻓَﺠَﻤَﻊَ اﻟﻠﻪُ ﻟِﻲَ اﻟْﻌِﺰَّ ﻭَاﻟْﻤَﺎﻝَ ﻣَﻊَ اﻟﺪِّﻳﻦِ

"Lalu aku memilih karena agama dan nafkah yang tidak memberatkan pundakku dalam pernikahanku, untuk mengikuti sunah Rasulullah SAW. Kemudian Allah menganugerahkan kepadaku memiliki kemuliaan, harta dan agama."

Kisah ini menjadi renungan kita bersama untuk mempertimbangkan pilihan terbaik dalam sebuah pernikahan. Rasulullah SAW tentu menganjurkan pilihan terbaik bagi umatnya, karena itu apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW tidak lain adalah untuk kebaikan kita. Maka, jika ingin mendapat kebaikan dalam sebuah pernikahan, tidak lain juga harus mengikuti petunjuk dari beliau itu. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 24 Juni 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim