Khutbah Jumat: Kewajiban Menjaga Keamanan Negara

 
Khutbah Jumat: Kewajiban Menjaga Keamanan Negara

LADUNI.ID, Jakarta - Betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada negara kita. Diantara nikmat yang paling agung tersebut berupa keamanan dan kenikmatan hidup bermasyarakat dalam lingkungan negara kesatuan Republik Indonesia. Bangsa kita yang terdari dari berbagai suku dan beberapa agama, bisa hidup rukun, aman dan damai serta saling menghormati antar sesama. Keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam suatu negara merupakan modal dasar tercapainya pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.

Kondisi aman dan damai seperti ini harus tetap kita pertahankan dan terus kita tingkatkan. Jangan sampai kita terpecah belah. Sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ

“Ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan itu. Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang menyimpang) sehingga kalian tergelincir dari jalan yang lurus.”

Kita harus waspada terhadap orang-orang yang tidak senang terhadap kondisi aman dan damai. Banyak upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang dengan sengaja menanamkan kebencian, menyebarkan kegaduhan dan kepanikan dengan cara menyebarkan cuplikan video pembunuhan, pembantaian dengan tujuan menimbulkan kebencian dalam hati, kecurigaan dan kedengkian.  Mereka yang tidak ingin Indonesia maju merusak generasi bangsa dengan narkoba, minuman keras, tayangan-tayangan dan tontonan yang merusak moral, pornografi, menyebarkan fitnah keji, menyebarkan teror dan hasutan kebencian.

Inilah yang kita saksikan dan kita dengar dari media-media berita tentang kekacauan di negeri ini.

Tayangan dan tontonan yang merusak moral anak-anak hingga dewasa terus disebarkan melalui media televisi, internet, ponsel-ponsel pribadi, atau sarana apa saja yang akrab dengan generasi muda kita. Dampaknya, hilang rasa malu dikalangan generasi sekarang.

Ada juga yang menyebarkan kebencian dan hasutan dengan menggunakan dalil-dalil agama. Agama dijadikan dalil pembenaran atas pendapatnya yang sempit dan untuk menciptakan kekacauan dan keributan antar saudara.

Sesungguhnya negeri kita ini menjadi sasaran banyak fitnah dan upaya-upaya tersebut ada yang berasal dari orang-orang yang mengklaim paling mengerti Islam.

Kita semua harus senantiasa siap siaga untuk menepis semua kebatilan, jangan hanya diam ketika melihatnya, karena yang demikian juga merupakan kesalahan atau kejelekan yang membahayakan. Kita tidak bisa beralasan, ini adalah urusan pemerintah dan kepolisian. Kita haris memiliki andil dan peranan, karena keamanan adalah tanggung jawab kita bersama. Tidak hanya kepolisan dan pemerintah saja.

Hal itu sebagaimana firman Allah SWT:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Ayat ini menunjukkan bahwa kita punya kewajiban menjaga lingkungan kita agar terhindar dari fitnah yang akan menimpa semua orang. Berarti kita tidak boleh hanya menyerahkan pengamanan kepada pihak lain, namun diri kita juga harus ikut berperan.

Hal itu juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)

Perintah untuk mencegah kemungkaran dan terhindarnya fitnah adalah ditujukan kepada masing-masing individu bukan hanya di serahkan kepada kepolisian maupun pihak lain.

Fitnah yang terjadi saat ini, bisa jadi sesuai dan cocok dengan apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW. Pada sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim, diriwayatkan bahwa:

لَمَّا ذَكَرَ حُذَيْفَةَ بْنَ اليَمَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa jahiliah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada kabut.” Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan kabut itu?” Beliau menjawab, “Adanya sebuah kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya.” Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru menuju pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)

Kita semua akan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT tentang fitnah dan kerusakan yang terjadi di negeri kita tercinta ini, disebabkan karena kita meremehkannya atau lalai darinya. Jangan kita saling melempar tanggung jawab tersebut, kita semua bertanggung jawab dengan kadar kemampuan masing-masing dan kita akan ditanya kelak di sisi Allah SWT.

Dalam al-Qur’an diperintah agar kita saling membantu untuk mencapai kebaikan dan ketaqwaan, bukan sendiri-sendiri. Allah SWT berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2).

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu menjada keamana bangsa dan negara kita tercinta ini.

Oleh: Dr. H. Moch. Bukhori Muslim, Lc., MA
(Sekjen LD PBNU)