Bang Ipul, Sang Pelayan Jakarta dan Nahdliyin Ibukota

 
Bang Ipul, Sang Pelayan Jakarta dan Nahdliyin Ibukota

LADUNI.ID, Jakarta - Saat itu persiapan menuju peringatan Hari Santri Tahun 2016 yang sedianya akan dilaksanakan di Lapangan Banteng hampir seluruhnya selesai. Sampai pada H - 5 tiba-tiba PBNU mengadakan rapat dan Ketua Umum PBNU memutuskan untuk memindahkan acara ke Lapangan Monumen Nasional atau Monas, tepat di jantung Ibukota.

Yang berubah tentu bukan hanya tempat, namun peserta acara atau peserta apel Hari Santri juga berubah. Dari semestinya harus menghadirkan 10.000 orang, naik menjadi 50.000 orang dalam hitungan beberapa hari saja. Sebagai santri, tidak ada satupun kalimat keberatan yang disampaikan panitia, baik dari panitia lokal maupun panitia nasional di PBNU. Bingung iya, namun ragu tidak sedikit pun tersimpan di hati.

Baca juga: Biografi Dr. H. Saefullah., M.Pd

Kemudian bagaimana menyampaikan perihal perubahan ini kepada Sekretaris Daerah Provinsi DKI yang juga Ketua PWNU DKI Jakarta, Saefullah atau yang akrab dipanggil Bang Ipul selaku orang yang sedari awal siap untuk direpoti pada momen itu? ini menurut banyak pihak menjadi salah satu bagian dari hal yang bikin bingung tadi.

Mau tidak mau, sebagai kordinator lapangan, saya memberanikan diri menyampaikan kepada beliau perihal perubahan tempat dan penambahan peserta ini. Kali ini lagi-lagi ragu tidak, tapi takut dan khawatir jika beliau marah iya. Sambil menyampaikan, saya selipkan juga hasil improvisasi lapangan saya, bahwa semua pihak menginginkan beliau yang menjadi komandan upacara. Kenyataannya, sungguh luar biasa, jauh dari perkiraan saya, beliau patuh dan manut menerima instruksi berupa pemindahan tempat ini dengan penuh keyakinan.

Baca juga: Kisah Keteladanan Mbah Ali Saat Diserang Orang Tak Dikenal

Esoknya dengan sigap beliau mengumpulkan seluruh jajaran dan staf terkait di Pemprov DKI, kemudian meminta panitia menyampaikan langsung perihal acara dan kebutuhan yang bisa dibantu oleh pemprov DKI Jakarta pada acara tersebut. Sungguh, kebanggaan  kami sebagai pengurus NU di PWNU DKI Jakarta memuncak saat itu, besar sekali perhatian dan khidmat beliau kepada NU khususnya pada peringatan Hari Santri yang menjadi kebanggaan warga Nahdliyyin. Kebanggaan kami, adalah karena Ketua PWNU yang menjabat sekda DKI ini, berupaya sekeras tenaga menjadi pelayan Jakarta khususnya warga nahdliyyin ibukota.

Tibalah saat Apel Hari Santri, dengan penuh kebanggaan beliau menyiapkan pasukan dengan suara khas'nya yang lantang dan sikap tegap sempurna di bawah terik matahari. Ini momentum yang membuat siapapun yang melihat menangis terharu bangga, seolah hati menyampaikan kata yang tak mampu terucap, kami punya pimpinan di NU Jakarta, yang birokrat, namun tidak sedikitpun menghilangkan sifat santri dalam dirinya, pengabdian terhadap nahdlatul ulama dan khidmat kepada para Kyai.

 


*) Oleh Husny Mubarok Amir, Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta