Subhanallah, Inilah Orang yang Pertama Masuk Surga

 
Subhanallah, Inilah Orang yang Pertama Masuk Surga

LADUNI.ID, Jakarta - Sebelum para Nabi dan umat-umat lain masuk surga, Rasulullah lah orang yang pertama kali memasuki surga. Karena beliau adalah junjungan para makhluk di dunia maupun di akhirat. Beliau pula yang menjadi imam para Nabi dan Rasul, yang paling melindungi binatang dari penganiayaan, yang menyayangi anak-anak yatim dan janda, serta yang mengubah peradaban Jahiliyyah menjadi beradaban Islam. Maka pantas kalau beliau menjadi orang perama yang membuka pintu surga.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Aku datang ke pintu surga, aku hendak membuka”. Maka penjaga bertanya: “Siapakah engkau?”. Maka aku menjawab: “Aku adalah Muhammad”. Si penjaga kemudian berkata: “Demi engkau, aku diperintahkan untuk tidak membuka (pintu surga) kepada seorang pun sebelum engkau”.[1] Anas r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku adalah paling banyak pengikutnya di antara para Nabi pada hari kiamat, dan aku adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga”.[2]

Ibnu Hajar meriwayatkan dari Anas r.a. Rasulullah SAW bersabda: “Aku adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surga…”.[3]

Ketika Rasulullah SAW hendak membuka pintu surga, tiba-tiba beliau dikejar oleh seorang wanita yang akan masuk surga. Wanita ini sampai berani mengejar Rasulullah masuk surga karena kemuliaan dan keagungan amal yang dilakukannya sewaktu di dunia, sehingga ada kepastian bahwa dirinya masuk surga.

Seperti yang diceritakan oleh Rasulullah SAW: “Aku lah permulaan orang yang dibukakan pintu surga, hanya saja ada seorang perempuan yang mengejarku, lalu aku bertanya: ‘Ada apa kamu?, dan siapakah kamu?’. Dia menjawab: ‘Aku adalah wanita yang memilihara anak yatim’”.[4]

Hadits ini merupakan ilustrasi mengenai betapa mulianya amal berbuat baik kepada anak yatim. Oleh karena itu, hadits di atas tidak bisa dimaknai secara harfiyah (tekstual) atau apa adanya. Sebab bagaimana pun juga kemuliaan dan derajat wanita itu di hadapan Allah jelas masih kalah mulia dengan derajat para Ulul ‘Azmi, atau para Nabi lainnya yang memiliki derajat yang sangat tinggi dan mulia di hadapan SWT.


[1] Al-Jami’u Ash-Shaghir, hal. 4.

[2] Al-Jami’u Ash-Shaghir, hal. 96.

[3] Al-Jami’u Ash-Shaghir, hal. 96.

[4] H.R. Abu Ta’la. Irsyadul Ibad, hal. 83.


Sumber: Haqiqi Alif. 100 Berita dari Kubur. Jombang: Lintas Media, tanpa tahun.