Cerita Mbah Kakung tentang Kiai yang Orisinil

 
Cerita Mbah Kakung tentang Kiai yang Orisinil

LADUNI.ID, Jakarta - Sudah tradisi apalagi bagi santri, saat libur lebaran Idul Fitri tiba, akan dimanfaatkan untuk silaturahim dan 'ngalap berkah' kepada para Kiai.

Kala itu ada salah satu santri muda Temanggung bercerita, bermula dari salah satu momen 'pisowanan' lebarannya kepada KH Siraj Payaman.

Saat berpamitan hendak meneruskan tour sowannya, santri muda ini ditanya oleh mbah Siraj: "bar seko kene njur arak nandi?" (setelah dari sini lantas mau kemana?).

Dengan percaya diri, santri itu pun segera matur: "Bade nerasakaen lampah, sowan Kiai Dalhar" (mau meneruskan perjalanan, sowan Kiai Dalhar).

Ternyata jawaban itu membuat mbah Siraj mengangkat nada bicaranya menjadi tinggi dan dawuh: "Sesok maneh ojo dibaleni !! Mbah Dalhar kuwi luwih ngalim timbang aku. Nek sowan, rono ndisik gek wae rene" (besok lagi jangan diulang !! Mbah Dalhar itu lebih alim dari pada saya. Kalau sowan, kesana dulu baru kesini).

Singkat cerita, santri muda ini 'ngestoake dawuh' dan menjadwal dalam 'pisowanan' lebaran selanjutnya untuk mendahulukan sowan Watucongol. Setelah benar-benar terlaksana, santri ini merasa lega dan berpamitan.

Namun tiba-tiba dicegat dengan pertanyaan mbah Dalhar: "Bar seko kene njur arak nandi?" (setelah dari sini lantas mau kemana?).

Santri muda sangat percaya diri dan matur: "Bade nerasaken lampah, sowan Kiai Siraj" (mau meneruskan perjalanan, sowan Kiai Siraj).

Ternyata mbah Dalhar nampak duko dan dawuh: "Sesok maneh ojo dibaleni !! Mbah Siraj kuwi luwih sepuh timbang aku. Nek sowan, rono ndisik gek wae rene" (besok lagi jangan diulang !! Mbah Siraj itu lebih sepuh dari pada saya. Kalau sowan, kesana dulu baru kesini).

Kelak santri muda ini faham dan sering memberi wejangan kepada anak-cucunya bahwa kiai yang orisinil adalah kiai yang mau menjaga dan mencitrakan nama baik kiai lain.

رب فانفعنا ببركتهم.. آمين..