Keteladanan Rasulullah sebagai Ayah Sayyidah Fatimah

 
Keteladanan Rasulullah sebagai Ayah Sayyidah Fatimah
Sumber Gambar: Shutterstock, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Siapa yang tidak mengenal nama ini? Beliau adalah putri kesayangan Rasulullah SAW dan Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah r.ha.

Sayyidah Fatimah adalah salah seorang saksi hidup kerasnya perjuangan Rasulullah SAW dalam menyeru kaum Musyrikin untuk mengimani Allah SWT, sebagai Dzat Yang Maha Esa. 

Sedari kecil Sayyidah Fatimah telah paham tugas berat ayahnya dalam menyebarkan agam Islam, dan termasuk menerima konsekuensinya berupa cemooh, hinaan dan pemboikotan dari kaum Musyrikin.

Ujian Allah SWT kepada Sayyidah Fatimah kecil bertambah ketika ibundanya tercinta, Sayyidah Khadijah wafat, yang disusul kemudian dengan wafatnya Abu Thalib, sang paman. Situasi ini membangkitkan kesadaran Sayyidah Fatimah tentang tugas pentingnya untuk selalu berada di sisi Rasullullah SAW dan mendampingi beliau dalam berdakwah.

Sayyidah Fatimah sangat mencintai ayahnya. Sebaliknya, Rasulullah SAW juga menyayanginya. Sedemikian dalamnya cinta Rasulullah SAW kepada putrinya, Sayyidah Fatimah.

Dalam sejumlah Hadis digambarkan tentang cinta dan kasih sayang itu, di antaranya adalah berikut ini:

إِنَّمَا فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي يُؤْذِينِي مَا آذَاهَا وَيُنْصِبُنِي مَا أَنْصَبَهَا

"Bahwasanya Fatimah adalah bagian dari diriku, aku akan merasa menderita dengan derita yang ia rasakan dan aku merasa sakit dengan sakit yang ia rasakan." (HR. Imam At-Tirmidzi)

Dalam riwayat lain juga disebutkan: 

فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّيْ، فَمَنْ أَغْضَبَهَا أَغْضَبَنِيْ

"Barang siapa telah memarahinya berarti telah memarahiku." (HR. Bukhari)

Meskipun cinta Rasulullah SAW kepada putrinya begitu besar, tetapi hal itu tidak menyebabkan lantas mendahulukannya daripada kepentingan umatnya. Rasulullah SAW tetap mendahulukan umatnya yang kekurangan daripada kepada Sayyidah Fatimah.

Dalam suatu kisah, diriwayatkan bahwa ketika Sayyidah Fatimah dan suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta seorang tawanan yang akan dijadikan pembantu. Hal ini dilatarbelakangi atas saran Sayyidina Ali Bin Abi Thalib yang tak tega melihat istrinya kelelahan mengerjakan sendiri tugas-tugas di dalam rumah tangga.

Mendengar permintaan mereka, Rasulullah SAW lalu bersabda: 

“Demi Allah, aku tidak akan memberikan kepada kalian berdua, sedangkan aku membiarkan Ahlus Sufah dalam keadaan lapar. Aku tidak mendapatkan apa-apa untuk aku berikan kepada mereka, tapi aku akan menjual para tawanan tersebut dan hasilnya aku akan berikan kepada mereka.”

Tetapi, kemudian Rasulullah SAW datang ke rumah Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib untuk mengabarkan kepada mereka, bahwa amalan membaca tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 10 kali setiap selesai shalat fardhu, dan masing-masing 33 kali sebelum tidur ditutup dengan takbir sekali lagi, yang demikian itu adalah lebih baik daripada sekadar pembantu.

Disebutkan bahwa amalan tersebut kemudian selalu dilakukan oleh Sayyidina Ali Bin abi Thalib r.a., bahkan ketika di malam Perang Shiffin. 

Dalam riwayat lain disebutkan dari Tsauban r.a:

"Rasulullah SAW masuk ke dalam rumah Sayyidah Fatimah, sedangkan aku ketika itu bersama beliau. Lalu, Siti Fatimah mengambil Kalung Emas dari lehernya seraya berkata, ‘Ini adalah kalung yang dihadiahkan oleh Abu Hasan kepadaku.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Fatimah, apakah engkau senang jika orang-orang berkata, ‘Inilah Fatimah binti Muhammad,’ sedangkan di tangannya terdapat kalung dari neraka?’"

Kemudian Rasulullah SAW "memarahi" Sayyidah Fatimah, lalu keluar rumahnya tanpa duduk terlebih dulu. Mengetahui kemarahan Rasulullah, Sayyidah Fatimah lalu menjual kalungnya dan hasilnya dibelikan seorang budak perempuan yang kemudian beliau bebaskan. Berita itu akhirnya di dengar oleh Rasulullah SAW. 

Mendengar berita itu, kemudian Rasulullah SAW bersabda:

"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fatimah dari api neraka."

Di Hadis lain diriwayatkan, bahwa ketika kaum dari Bani Al-Makhzumiyah memohonkan ampunan Rasulullah melalui Usamah bin Zaid bin Haritsah bagi seorang perempuan dari golongan mereka yang mencuri, Rasulullah SAW dengan tegas lalu bersabda:

“Demi Allah, seandainya Fatimah Binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku potong tangannya.”

***

Masya Allah…

Begitu indahnya keteladanan yang diberikan oleh Rasullullah SAW dalam mendidik putrinya, Sayyidah Fatimah. Cinta dan kasih sayang yang begitu besar dari seorang ayah kepada putrinya terasa berbalut sempurna dengan ketegasannya sebagai pemimpin dan rasa tanggung jawabnya yang lebih besar kepada Allah SWT. 

Demikianlah, sejarah akhirnya menyaksikan Sayyidah Fatimah tumbuh menjadi seorang Muslimah mulia dan dengan akhlak yang mulia sebagaimana yang diteladankan ayahnya, Rasulullah SAW. 

Semoga kita bisa meneladani Rasulullah SAW dalam mendidik buah hati kita, dan menyiapkan mereka menjadi generasi penerus yang sholeh, berbudi luhur dan penuh tanggung jawab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 24 Desember 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Wardi Milano

Editor: Hakim