Daftar isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Guru-guru
3. Penerus
3.1 Anak-anak
3.2 Murid-murid
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
5. Karier
6. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
KH. Muhammad Yunus bin Muhammad lahir di Bukit Duri, Jakarta pada 31 November 1914 M, merupakan seorang putra dari pasangan H. Muhammad dan Hj. Ammah.
1.2 Riwayat Keluarga
KH. Muhammad Yunus menikah dengan seorang wanita shalihah bernama Hj. Siti binti Ma’un. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai 10 orang anak.
1.3 Wafat
Menjelang wafatnya, KH. Mu’allim Yunus sedang sakit keras, mengatakan kepada keluarganya bahwa beliau ingin bertemu dengan Habib Abdurahman As-Segaf, atau yang biasa disapa Al-Walid. Sebelum keluarganya menyampaikan pesan itu, rupanya hubungan batin di antara keduanya telah membawa langkah kaki Al-Walid untuk segera menemuinya, seakan-akan Al-Walid telah mendengar pesan dari KH. Mu’allim Yunus.
Sesampainya di kamar KH. Mu’allim Yunus, keduanya berbicang-bincang empat mata. Kemudian tak lama Al-Walid keluar dari kamar dan mengatakan kepada keluarganya agar segera mempersiapkan segala sesuatunya, karena waktunya sudah tidak lama lagi.
Hari Jum’at dini hari, sekitar pukul tiga pagi. Beliau mengatakan kepada H. Yunus agar menyampaikan pesan kepada muridnya KH. Abdullah Syafi’i, supaya bersedia menjadi imam dalam Shalat Jenazah bagi diri beliau. Untuk menyampaikan amanah itu, H. Yunus agak ragu, karena sudah ramai berita yang mengatakan KH. Abdullah Syafi’i akan segera pergi menunaikan ibadah haji.
Maka tanpa menunda-nunda H.Yunus segera mendatangi rumah KH. Abdullah Syafi’i dan menyampaikan pesan Mu’allim Yunus. KH. Abdullah Syafi’i menerima pesan itu sebagai isyarat bahwa wafatnya Mu’allim Yunus memang sudah sangat dekat, oleh karenanya beliaupun tak ragu menunda keberangkatannya.
Dengan tegas KH. Abdullah Syafi’i menjawab, “ya, Insya Allah bisa”. Kabar tentang akan wafatnya KH. Mu’allim Yunus sudah menyebar ke mana-mana sehingga Jum’at paginya itu rumahnya dipenuhi orang banyak.
Hampir semua Ulama besar di Jakarta berkumpul di rumah KH. Mu’allim Yunus, mendampinginya dengan mengaji dan membacakan surat Yasin dan yang lainnya saat itu, Al-Walid tidak tampak di tengah-tengah mereka dan Mu’allim Yunus pun sudah tidak dapat berkata apa-apa.
Ketika waktunya hampir dekat Al-Walid tiba-tiba datang dan memberikan aba-aba untuk seluruh yang hadir agar bersama-sama membacakan Tahlil dengan dipimpin oleh Al-Walid sendiri. Anehnya Mu’allim Yunus, yang sedari tadi tidak dapat berkata apa-apa, seketika ikut bertahlil bersama dengan suara yang cukup jelas terdengar.
Tidak lama, setelah kalimat Tahlil dibaca berulang-ulang secara bersama-sama sekitar lima menit, KH. Mu’allim Yunus pun menghembuskan nafasnya yang terakhir pada hari Selasa sore 30 Dzulqa’idah 1415 H/30 Mei 1995 M, pukul 16.00 WIB, KH. Mu’allim penyejuk hati umat ini kembali keharibaan Illahi. Beliau dimakamkan di samping mihrab Masjid Al-Makmur (Jl. KH. Abdullah Syafi’i), Tebet, Jakarta Selatan. Di kompleks tersebut dimakamkan pula seorang Habib yang sangat dihormati, yakni Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul Qadir As-Segaf (pendiri Tsaqafah Islamiyah Bukit Duri).
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Sejak kecil beliau dididik oleh kedua orang tuanya untuk mencintai agama. Ibunda beliau adalah seorang guru agama bagi hampir seluruh warga betawi di Bukit Duri dan sekitarnya pada saat itu, dengan sapaan akrab guru Nap. Sang ibu adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani. Dari perempuan inilah kemudian lahir banyak Ulama dan Habaib berdarah betawi di Bukit Duri Jakarta.
Termasuk salah satunya adalah keluarga Habib Abdurahman Bin Ahmad bin Abdul Qodir As-Segaf, Karena Habib Abdurahman menikah dengan putri H. Barkah, yang tak lain adalah cucu dari Guru Nap. Sehingga seluruh putra Habib Abdurahman, yang saat ini juga menjadi ulama, pun tak lain keluarga besar Guru nap, ibunda dari KH. Mu’allim Yunus.
Dikisahkan, pada tahun 1917, entah dalam suatu momen apa, seorang Habib dari Singapura mendatangi H. Muhammad dan berpesan agar mendidik KH. Mu’allim Yunus serta menjaganya dengan baik.Kelak beliau akan menjadi Alim Ulama besar di masa mendatang.
Pendidikan dasarnya diperoleh di Madrasah Diniyah Unwanul Falah, Kwitang, Jakarta Pusat, yang didirikan oleh Habib Ali Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang). Beliau masuk ketika berumur 9 tahun dan mengikuti pendidikan di Unwanul Falah selama 6 tahun. Sehingga beliau pun dinyatakan lulus pada tahun 1932 M.
2.1 Guru-guru
Guru-guru beliau di antaranya :
- Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang)
- H. R. Muhammad Amin atau Guru Amin Kalibata
- H. Muhammad Nasih (Kampung Melayu)
- KH. Mu’allim H. Subkhi (Manggarai)
- KH. Mu’allim H. Mahmud (Menteng)
- KH. Abdul Madjid Pekojan atau Guru Madjid Pekojan
- Habib Thoha Al-Habsyi (Kwitang)
- Habib Husain Al-Habsyi (Kwitang)
- KH. Mu’allim Mukhtar (Kemayoran)
- Habib Abdullah bin Syihab
- Habib Ali As-Segaf
3. Penerus
3.1 Anak-anak
- Nur Laila
- Suhaelah
- Fikri
- Luthfi
- Syukri
- Hikmah
- Zakariya
- Masyithah
- Syifa
- Abdullah
3.2 Murid-murid
- H.Yunus
- KH. Abdullah Syafi’i
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
KH. Muhammad Yunus menghadapi semua masalah dengan kesabaran yang luar biasa, baik terhadap murid-muridnya maupun keluarganya. Ketika sepeda beliau dicuri, beliau hanya mengatakan "Ada yang pinjam" tanpa keluhan. Begitu juga saat dua bulan jatah beras kantor diambil orang lain, beliau hanya berkata "berarti itu bukan rezeki kita, Insya Allah nanti ada gantinya," meskipun istrinya marah.
Di dalam keluarga, beliau mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran dan perhatian, sering membagikan makanan dan hadiah kepada kerabatnya. Meski hidup sederhana, beliau tetap berbagi. Ketika tekanan penjajah Belanda memuncak dan banyak ulama pindah, beliau tetap tinggal untuk menjaga masyarakat setempat, menunjukkan perhatian dan dedikasinya yang mendalam.
5. Karier
-
Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan: KH. Muhammad Yunus dipercaya untuk memangku jabatan Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, bahkan kemudian untuk lingkup Jakarta. Posisi strategis ini pada masa itu dipercayakan kepada seorang ulama yang diakui kedalaman ilmunya.
-
Pemimpin Acara Keagamaan dan Kemasyarakatan**: Karena keahlian beliau, hampir seluruh acara keagamaan dan kemasyarakatan di wilayah Bukit Duri diselesaikan lewat keputusan beliau.
Selain menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama, beliau juga memiliki kedudukan yang istimewa di mata para ulama pada masanya dan dikenal karena kealimannya serta keistimewaannya dalam hal spiritual.
6. Referensi
Diambil dari berbagai sumber
Memuat Komentar ...