1 Februari: “No Hijab Day”?

 
1 Februari: “No Hijab Day”?

LADUNI.ID, Jakarta - Belakangan ini isu dan berbagai ajakan untuk melepas dan meninggalkan pemakaian jilbab nampak mencuat. Ditambah lagi sebagian orang menetapkan dan merayakan tanggal 1 Februari sebagai hari lepas jilbab atau anti Jilbab, tanpa hijab.

Gerakan ini dilayangkan dengan berbagai alasan, mulai dari keagamaan, budaya, hak setiap individu dan juga masalah kesehatan. Gerakan ini dibuat berdasarkan: “Kebutuhan vitamin D, terutama yang mendesak”. Hal ini sebagaimana bisa dibaca dalam sebuah artikel berjudul Hijrah Indonesia Gelar Kampanye “No Hijab Day”.

Dari segi hukum sebenarnya sudah jelas disampaikan dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ

Ayat tersebut mengandung unsur perintah untuk mengulurkan jilbab yang dapat menutupi seluruh tubuhnya. Hal ini diperkuat dengan hadis Nabi berbunyi:

أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

Pada hadist Nabi ini, dikecualikan muka dan telapak tangan. Kalau sudah perintah ya wajib dikerjakan, beda dengan anjuran ataupun larangan.

Lalu bagaimana dengan kesehatan? Benarkan memakai jilbab, hijab, niqob dan sejenisnya membuat seseorang menjadi kekurangan vitamin D?

Hal  tersebut tidak bisa dibenarkan sepenuhnya, karena kekurangan vitamin D ini bisa terjadi ke siapapun, baik yang memakai jibab ataupun tidak. Sebagaimana faktanya juga, sebagian besar kekurangan vitamin D terjadi akibat menghindari sinar matahari (apalagi orang Indonesia kan ogah banget tuh kena panas trik matahari, mau berjilbab atau tidak). Juga kurangnya di daerah tersebut sinar matahari, berkulit gelap, pekerjaan yang  mengharuskan selalu berada di dalam ruangan yang menyebabkan kurangnya paparan sinar matahari.

Vitamin D memang menjadi salah satu zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, seperti pembentukan tulang, kinerja sitem saraf, otot dan kekebalan tubuh. Alamiahnya, kita dapat memproduksi vitamin D melalui kulit yang terpaparan sinar matahari dengan durasi 10-15 menit dengan frekuensi minimal 3-4 kali dalam seminggu pada waktu siang ataupun sore hari.

Selain dari paparan sinar matahari, vutamin D juga bisa didapatkan dari berbagai sumber makanan dan juga suplement. Berbagai makanan yang mengandung vitamin D diantaranya: ikan berlemak seperti salmon, makarel tuna, hati sapi, jamur, kuning telur, sereal sarapan, keju, susu, yogurt , jus jeruk, kedelai, beragam bentuk suplement yang bisa didapatkan dan lain-lain. Jalan ini bisa diterapkan berdasarkan pertimbangan karena “kelebihan paparan sinar matahari bisa mengakibatkan kulit terbakar, penuaan dini, kanker kulit, masalah pada mata dan lain-lain.”

Berbagai penyebab terjadinya kekurangan vitamin D adalah:

  1. Kurangnya asupan Vitamin D
  2. Adanya masalah malabsorpsi
  3. Kurangnya paparan sinar matahari
  4. Ganguan pada hati dan ginjal yang tidak bisa mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif dalam tubuh
  5. Penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu dan menghambat pengubahan dan penyerapan vitamin D dalam tubuh.
  6. Menghindari makanan berlemak yang menjadi wadah pelarutan vitamin D.

Sementara orang yang paling rentan mengalami kekuruangan vitamin D adalah:

  1. Busui
  2. Orang tua
  3. Orang berkulit hitam
  4. Pasien dengan riwayat: cronh atau celiac, obesitas, pernah menjalani operasi baypass lambung, penderita osteoporosis,  penyakit ginjal, hati kronis, hiperparatiroidisme, sarkoidosis, TBC, histoplasmosis, atau penyakit granulomatosa lainnya dan lain-lain, dan
  5. Penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme vitamin D.

Dari berbagai paparan tersebut dapat disimpulakan bahwa, terjadinya kekurangan vitamin D bukan hanya semata karena pakaian kita. Namun, bisa disebabkab dari segi kelalaian dan juga kesadaran yang minim. Jika memang kita mencintai kesehatan, tentu kita akan memperhatikan hal tersebut. Bisa dengan: makan-makanan yang kaya akan vitamin D seperti yang dijelaskan di atas, berjemur di belakang rumah, di dalam kamar melalui jendela yang dibuka dan lain-lain. 

Perlu juga diketahui sebagaimana dikatakan Zaki Hassan-Smith bahwa, honorary senior research fellow, University of Birmingham “If we extrapolate the findings of a recent European study, over 30m people in the UK are estimated to have vitamin D deficiency or insufficiency. And our recent study of 116 UK-based healthy volunteers found that only 14% had normal serum vitamin D concentrations.”

Jadi pakaian tidak bisa serta-merta dikatakan menjadi penyebab dan pemicu terjadinya kekurangan vitamin D. So, yuk hidup syar’i secara sehat. Cintai diri kita dengan memenuhi hak-haknya.

Terakhir, bagi yang menyuarakan harus terbuka, jangan pakai hijab jilbab ini itu, maaf, kenapa tidak semuanya aja kamu buka? Kenapa hanya sebagaian? Kalau mau buka ya buka aja semua. Jangan ada yang tertutup biar semua anggota tubuhmu bisa menikmati udara bebas, tanpa menzdalimi bagian lainnya. Terus kalau mau ikut adat ya, dulunya mungkin akan lebih parah lagi kalau hanya mengacu pada sejarah. Harusnya yang diikuti ya budaya paling awal, bukan budaya saat sudah berkembang seperti belakangan ini.(*)

***

Penulis: F. Yuman Hasibuan
Editor: Muhammad Mihrob