Karomah Kiai Bukhori Ismail: Suka Komunikasi dengan Nabi Khidir

 
Karomah Kiai Bukhori Ismail: Suka Komunikasi dengan Nabi Khidir

LADUNI.ID, Jakarta – Ada banyak kisah yang patut kita baca tentang kelebihan para ulama di Nusantara ini. Mulai dari kisah jadzab, karomah, bahkan kisah-kisah yang menurut kita tidak masuk akal namun pernah terjadi.

Salah satunya adalah kisah tentang KH. Bukhori Ismail. Kiai asal Sampang ini merupakan salah satu santri dari Kiai Kholil Bangkalan. Di masa hidupnya, KH. Bukhori Ismail nyantri dan berkhidmah kepada Kiai Kholil.

Pada mulanya, KH. Bukhori berniat untuk berdakwah ke Jawa Tengah, namun sebelum boyong dari Bangkalan Kiai Kholil berkata, “Mon Bukhori lakar tang anak. Engko’ lebih kesokan Bukhori neng e Malang (Seandainya Buckhori benar-benar putraku, maka aku lebih berkenan ia berdakwah di Malang)”.

Berawal dari dawuh sang guru inilah, KH. Bukhori Ismail melangkahkan kakinya menuju Malang, tepatnya di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.

Kiai Bukhori adalah salah satu sosok kiai yang sangat Istiqomah dalam menjalankan Ibadah apapun, terutama sholat berjamaah di Masjid (As-Syafi’iyah). Hingga menjelang akhir hayat, saat sakit pun beliau menyempatkan untuk istiqomah sholat jama’ah dengan bantuan ditandu oleh santri.”

Kiai Bukhori juga memiliki banyak karomah, di antaranya beliau sering melakukan komunikasi dengan Nabiyullah Khidir AS. Hinggga pada suatu hari, saat beliau wafat, lalu kemudian disemayamkan di sebelah selatan Masjid As-Syafi’iyah.

Waktu itu, kebetulan yang berkenan membacakan Talqin Mayyit adalah Shohibul Karomah Al-Habib Muhammad al-Jufri, Habib Mu’ yakni abah dari Habib Abdul Qodir Al-Jufri.

Saat proses pemakaman, ada seorang laki-laki yang bertingkah aneh, bahkan sangat aneh. Sampai-sampai, pada saat menutup maqbaroh Kiai Bukhori, beliau yang paling banyak menimbun tanah, seakan orang lain tidak dibolehkan membantu menutup liang lahat almarhum.

Akhirnya, seusai proses pemakaman selasai, Habib Muhammad al-Jufri menjelaskan siapa sosok laki-laki yang sangat aneh itu tadi. Ternyata, dia adalah Nabiyullah Khidir ‘alaihissalam. Subhanallah…

Kisah ini memberikan bukti bahwa para kiai dan ulama di nusantara benar-benar harus kita teladani selama hidupnya. Semoga dengan kisah ini, akan menambah kecintaan kita terhadap ulama dan kiai kita. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.

Khususon ila ruhil marhum KH. Bukhori Ismail, Alfatihah…(*)

***

Sumber: Muhammad Saiful Rizal
Editor: Muhammad Mihrob