Kisah Murid Mengeluh pada Sang Guru

 
Kisah Murid Mengeluh pada Sang Guru

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu hari, terdapat seorang murid yang mengadukan dan mengeluhkan masalah hidup yang dialami kepada muridnya. Murid itu berkata, “Wahai Syekh, mengapa saya selalu ditinggalkan dan dikhianati orang-orang yang aku berbuat baik kepada mereka?”

Syekh diam saja, tidak langsung menanggapi. Sang murid itupun kembali bertanya, “Mengapa orang-orang yang aku cintai dan ikhlas terhadap mereka justru meninggalkanku?”

Lagi-lagi, Syekh tidak menjawab. Murid itupun mengeluh dengan pertanyaan lain, “Mengapa orang-orang yang aku cintai telah wafat sementara musuh-musuhku masih hidup?”

Keluhan itu juga tidak dijawab. Sang murid mulai menangis dan bertanya lagi, “Mengapa aku merasa sendiri dan asing dalam hidup ini?”

Syekh masih diam dan hanya menyimak. Murid bertanya lagi, “Mengapa orang-orang tidak berbaik sangka terhadapku?”

Syekh tak berbicara sedikit pun. Si murid terus bertanya, “Mengapa orang-orang yang aku jujur terhadap mereka justru mendustaiku? Mengapa orang-orang yang aku bersikap lembut terhadap mereka justru bersikap kasar terhadapku?”

Syekh hanya diam. Sang murid mengeluh kembali, “Mengapa tanganku mengulurkan kebaikan sementara tangan orang lain justru mengulurkan keburukan terhadapku? Mengapa mereka membalas cintaku dengan kejahatan?,” tangisnya semakin pecah.

Tapi kali ini, syekh bangkit dan meletakkan tangannya ke dada sang murid dan berkata, “muridku, aku tidak mengerti mengapa engkau bisa dicintai Allah dengan segala ketentuan-Nya. Boleh jadi engkau salah satu orang yang Allah singgung dalam firman-Nya, ‘Mereka lah orang-orang yang berbuat baik’, yaitu yang telah mencapai kedudukan orang-orang yang sabar dan berbuat baik.”

Syekh melanjutkan, “Ketahuilah muridku, sungguh engkau datang kepadaku mengeluhkan betapa cintanya Allah kepadamu.”

Sang murid terdiam dan menatap tanah seraya mengucurkan air mata kebahagiaan dan berkata, “Aku mendapat musibah dan engkau menguatkan hatiku.”

Hikmah

Pelajaran yang bisa diambil dari keluhan murid kepada sang guru itu adalah, betapa kesabaran seorang sangat lah bernilai di sisi Allah SWT. Seberapa keras dunia menilai seorang, bahkan mencaci dan menggunjing tiada habisnya, belum tentu bernilai buruk di sisi Allah SWT. Bahkan, bila seorang yang dicaci, dikhianati dan disakiti itu ikhlas dan sabar, maka Allah SWT lah yang akan mengganjarnya.

Hal ini sesuai dengan apa yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an yang berbunyi, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10).

Akhirnya, kisah ini menjadi pelajaran untuk kita semua bahwa apa yang kita alami di dunia, kesakitan dan penderitaan bahkan keterasingan akibat perbuatan orang lain, bila disikapi secara ikhlas dan sabar, niscaya akan menjadi bukti kasih sayang Allah SWT pada kita. Semoga.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob