Prosesi Penganugerahan Gelar Bangsawan dari Keraton Solo untuk Kiai Said Berjalan Baik

 
Prosesi Penganugerahan Gelar Bangsawan dari Keraton Solo untuk Kiai Said Berjalan Baik
Sumber Gambar: Akun Instagram @saidaqilsiroj53

LADUNI.ID, Jakarta - Prosesi adat keraton penganugerahan gelar bangsawan kepada Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA berjalan dengan baik. Hal ini sebagaimana dilansir akun instagram @saidaqilsiroj53 yang diunggah pada Rabu (24/3/2021) kemarin.

“Alhamdulillah, prosesi adat keraton penganugerahan gelar bangsawan Keraton Surakarta Hadiningrat kepada Kiai Said telah terlaksana dengan baik dan khidmat,” tulis akun tersebut sebagaimana dikutip Laduni.ID, Kamis (25/3/2021).

Dalam postingan itu juga diterangkan bahwa Keraton Solo menyematkan Gelar KPA (Kanjeng Pangeran Arya) kepada Kiai Said atas dedikasi beliau di bidang keummatan dan jasa beliau dalam turut serta melestarikan budaya nusantara, khususnya kedekatan dan jasa beliau untuk Keraton Surakarta Hadiningrat.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya di Laduni.ID, Kiai Said Aqil menerima gelar bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat yang serahkan langsung oleh Sinoehoen Kangjeng Soesoehonenan Pakoe Boewono Senapati Ing Ngalanga Ngabdurrachman Sayidin Panatagama XIII, di Keraton Surakarta.

Gelar bangsawan yang diterima Kiai Said Aqil Siradj yang dituangkan dalam Nawala Kakancingan dengan Angka: PB XIII.A1.023.2020 tersebut tidak semua tokoh bisa mendapatkannya. Nawala Kakancingan yang diterima Kiai Said Aqil itu berbahasa Jawa dengan gelar Kanjeng Pangeran Arya Prof Dr KH Said Aqil Siradj Budyodiningrat, MA.

Dalam Nawala Kakancingan yang terdapat foto Kiai Said Aqil Siradj tersebut, telah dibumbui tanda tangan Sinoehoen Pakoe Boewono XIII dan setempel kerajaan berwarna merah. Nawala Kakancingan tersebut dikeluarkan pada tanggal 19 Maret 2020 atau 24 Rajeb - Wawu 1953.

Gelar Kanjeng Pangeran Arya adalah gelar kebangsawanan Jawa yang diberikan kepada keturunan ningrat yang berjasa banyak bagi kerajaan. Bahkan, pada waktu dahulu, semua kerajaan pewaris Mataram menggunakan gelaran ini. Meski pada waktu zaman Kerajaan Mataram, gelar tersebut masih disebut sebagai Kanjeng Pangeran Haryo atau KPH. Sementara dalam bahasa Jawa, “harya/haryo” dibaca “Arya/Aryo”.

KH Said Aqil Siradj yang lahir di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 3 Juli 1953 tersebut juga merupakan salah satu lokomotif utama penggerak dakwah Islam Nusantara sebagai corong dakwah Islam khas Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah ke kancah Internasional.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob