Biografi Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhy bin Ja’far Ash-Shodiq

 
Biografi Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhy bin Ja’far Ash-Shodiq

Daftar Isi

1         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1      Lahir
1.2      Nasab
1.3      Wafat

2         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1      Masa Menuntut Ilmu
2.2      Guru-Guru Beliau

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

5          Kepribadian Beliau

6          Pendapat Perawi Hadis

7         Referensi

 

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Dilahirkan dan dibesarkan di Madinah, dan kemudian memilih untuk tinggal di kawasan 'Uraidh.

1.2 Nasab
Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhy bin Ja’far Ash-Shodiq merupakan seorang yang tekun beribadah, dermawan dan seorang ulama agung. Di antara saudara-saudaranya termasuk anak yang paling bungsu, paling panjang umurnya dan salah satu yang menonjol. Ayahnya, Ja'far ash-Shadiq meninggal pada ketika dia sedang kecil.

Ali bin Ja`far atau semakin dikenal dengan Ali al-Uraidhi yaitu putra dari Imam Ja'far ash-Shadiq dan saudara dari Imam Musa al-Kadzim. Dia dikenal dengan julukan al-`Uraidhi, karena dia tinggal di suatu kawasan yang bernama `Uraidh (sekitar 4 mil dari Madinah), selain itu dia juga dipanggil dengan julukan Debu Hasan.

Al-Imam Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhy bin Ja’far Ash-Shodiq adalah keturunan dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Dengan urutan silsilah sebaga berikut

  1.     Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  2.     Sayyidah Fatimah Az-Zahra Istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  3.     Al- Imam Husein
  4.     Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5.     Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6.     Al-Imam Ja’far Shodiq
  7.     Al-Imam Ali Uraidhy
  8.     Al-Imam Muhammad An-Naqib

1.3 Wafat
Wafat pada tahun 112 H di kota 'Uraidh dan disemayamkan di kota tersebut. Makamnya sempat tak dikenal, lalu Zain bin Abdullah Bahasan menampakkannya, sehingga terkenal sampai sekarang.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1 Masa Menuntut Ilmu
Keilmuan didapat dari ayah dan sahabat ayahnya, selain itu didapat pula dari saudaranya, Musa al-Kadzim,  juga berupaya bisa dari Hasan bin Zaid bin Ali. Banyak pula yang meriwayatkan hadits dari jalur Ali al-Uraidhi, Di antara kedua putranya (Ahmad dan Muhammad), cucunya (Abdullah bin Hasan bin Ali), putra keponakan (Ismail bin Muhammad bin Ishaq bin Ja'far ash-Shadiq) dan juga al-Imam al-Buzzi.

2.2 Guru-Guru Beliau
Beliau menimba ilmu hadits dan meriwayatkan dari:

  1.  Musa al-Kadzim
  2.  Hasan bin Zaid bin Ali
  3.  Imam Sufyan at Tsauri.
  4.  Husein bin Zaid bin Imam Ali Zainal Abidin.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak-anak Beliau
Kebanyakan sayyid dan habib yang berada di Indonesia dan Asia Tenggara merupakan keturunannya dari jalur Ahmad al-Muhajir. Putra-putranya adalah:

  1.  Hasan
  2.  Ahmad asy-Sya'rani
  3.  Ja'far al-Ashgar
  4.   Muhammad al-Naqib
  5.   Isa ar-Rumi
  6.   Ahmad al-Muhajir

3.2 Murid-murid Beliau
Murid-muridnya banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti:

  1.  Muhammad
  2.  Ahmad
  3.  Abdulloh bin Al Hasan bin Ali
  4.  Isma’il bin Muhammad bin Ishaq bin Ja’far As shodiq
  5.  Al Imam Al Bazi ahli ilmu Alqur’an.

4. Kepribadian Beliau

Imam Ali Al Uraidhi termasuk orang yang menghindari ketenaran. Beliau menyibukkan dirinya hanya dengan ibadah dan sangat menghindari melakukan sesuatu yang bakal membuatnya terkenal. Kendati demikian, masih bisa ditemukan jejak hadits-hadits yang diriwayatkan olehnya. Beberapa ulama hadits bisanya menyebutkan dalam kitabnya dengan, ‘dari Ali bin Ja’far bin Muhammad’.

Imam Ali Al Uraidhi juga dikenal sangat rendah hati. Beliau sangat memuliakan orang-orang yang berilmu. Beliau tidak segan mencium tangan orang yang lebih muda usianya namun dalam pandangannya lebih berilmu. Diceritakan oleh Muhammad bin Hasan bin ‘Ammar, suatu kali ia duduk di samping Imam Ali Al Uraidhi dalam Masjid Madinah. “Memang sudah sejak dua tahun aku selalu di sampingnya, untuk mencatat ilmu yang pernah dia pelajari dari saudaranya,”ujarnya.

Tiba-tiba datang Imam Muhammad Al Jawwad bin Imam Ali Ar Ridha bin Imam Musa Al Kazhim, cucu saudara Imam Ali Al Uraidhi. Melihat pemuda itu datang, Imam Ali langsung berdiri, menyambut dan bahkan ingin mencium tangannya. Tentu saja disanggah oleh Imam Muhammad Al Jawwad.
“Duduklah Tuan, semoga Allah merahmatimu”, kata Imam Muhammad.
“Bagaimana aku bisa duduk, sementara anda sendiri berdiri wahai Tuan”, jawab Imam Ali.

Ketika Imam Ali Al Uraidhi kembali ke majlisnya, murid-muridnya dengan penuh heran bertanya, “Anda adalah paman ayah pemuda itu, kenapa anda melakukan hal demikian (begitu menghormati)?”.
Imam Ali Al Uraidhi menggenggam janggutnya, seraya berkata, “Bila Allah tidak memberikan keahlian kepada orang tua ini, dan memberikan keahlian pada pemuda itu, memposisikannya sesuai posisinya, apakah aku harus mengingkarinya? Aku berlindung kepada Allah dari apa yang kalian katakan!”.             

6. Pendapat Perawi Hadis

  • Berucap Al-Imam Adz-Dzahabi di dalam kitabnya Al-Miizaan, "Ali bin Ja'far Ash-Shadiq meriwayatkan hadits dari ayahnya, juga dari saudaranya (yaitu Musa al-Kadzim), dan juga dari Sufyan ats-Tsauri. Adapun yang meriwayatkan hadits dari dia di antaranya Al-Jahdhami, Al-Buzzi, Al-Ausi, dan mempunyai beberapa lagi. At-Turmudzi juga meriwayatkan hadits dari dia di dalam kitabnya."
  • Adz-Dzahabi menulis dalam kitab lainnya, Al-Kaasyif, "Ali bin Ja'far bin Muhammad meriwayatkan hadits dari ayahnya, dan juga dari saudaranya (yaitu Musa al-Kadzim). Adapun yang meriwayatkan hadits dari dia adalah dua putranya (yaitu Muhammad dan Ahmad) dan juga mempunyai beberapa orang. Dia meninggal pada tahun 112 H..."
  • Adz-Dzahabi juga meriwayatkan suatu hadits dengan mengambil sanad dari dia, dari ayahnya terus sampai kepada Imam Ali bin Abi Thalib, "Sesungguhnya Nabi SAW memegang tangan Hasan dan Husain, sambil berucap, 'Barangsiapa yang mencintaiku dan mencintai kedua orang ini dan ayah dari keduanya, karenanya dia hendak bersamaku di dalam letakku (surga) pada hari kiamat.' "
  • Ibnu Hajar juga berucap di dalam kitabnya At-Taqrib, "Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain adalah salah seorang tokoh akbar pada seratus tahun ke-10 H..."
  • Al-Yaafi'i memujinya di dalam kitab Tarikh-nya. Demikian juga Al-Qadhi menyebutkannya di dalam kitabnya Asy-Syifa', dan juga mensanadkan hadits dari dia, serta meriwayatkan hadits yang panjang tentang sifat-sifat Nabi SAW. Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad-nya juga meriwayatkan hadits dari jalur dia. Demikian juga beberapa orang menyebutkan nama dia, di antaranya As-Sayyid Ibnu 'Unbah, Al-'Amri, dan As-Sayyid As-Samhudi.

7. Referensi

Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi Ba'alawy

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya