Kupat: Perlambang Kebersihan Hati Karena Cahaya Ilahi

 
Kupat: Perlambang Kebersihan Hati Karena Cahaya Ilahi
Sumber Gambar: Kompas.com

Laduni.ID, Jakarta - Saat Hari Raya Idul Fitri dan Lebaran Ketupat tiba, salah satu menu wajib yang dihidangkan adalah kupat. Kupat merupakan makanan tradisional yang terbuat dari beras yang dimasukkan ke bungkus yang dibuat dari janur (daun kelapa) yang masih muda yang telah dibentuk menjadi belah ketupat. Kemudian beras tersebut direbus hingga masak. Jadilah ketupat, atau dalam bahasa lokal disebut Kupat.

Pada saat hari besar umat Islam inilah orang akan saling bermaaf-maafan. Saling mengakui kesalahan masing-masing dan minta halal atas perbuatan kita dari semua orang. Tradisi ini disebut halal bil halal. Biasanya sebelum itu orang akan membagi-bagikan kupat yang disertai masakan spesial hari fitri. Seperti opor ayam, sambel goreng atau yang lainnya, yang biasa disebut punjungan.

Kupat berasal dari keratabasa: ngaKU lePAT, atau terjemahannya: mengaku bersalah. Sebab, anak Adam adalah tempat salah dan khilaf. Sudah sepatutnya saling minta maaf dan saling memaafkan sehingga benar-benar kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang berakhlak mulia dan dibersihkan dari segala dosa.

Kupat menggambarkan filosofi yang luar biasa. Kupat dibungkus oleh “janur”, merupakan keratabasa dari SeJAtining NUR. Merupakan nama lain dari Nur Ilahi/Cahaya Tuhan. Bentuk dari bungkusnya adalah belah ketupat, yang merupakan simbol dari bentuk hati manusia. Belah ketupat dalam khazanah Jawa Kuno merupakan simbol ketidaksempurnaan. Simbol ini dipakai sebagai perlambang pengakuan bahwa manusia tidak sempurna.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN