Tentang Tradisi Lebaran Ketupat

 
Tentang Tradisi Lebaran Ketupat
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID Jakarta - Di bulan Syawal masyarakat Nusantara memiliki tradisi "Lebaran Ketupat". Lebaran ini dirayakan di hari ke-8 setelah melaksanakan puasa sunnah Syawal selama 6 hari yang dimulai sehari setelah Hari Raya Idul Fitri .

Tradisi "Lebaran Ketupan" ini awalnya diadakan di Jawa saja. Dimulai atas inisiatif dari Kanjeng Sunan Bonang, lalu disebarluaskan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Belakangan ini "Lebaran Ketupat" juga dilaksanakan oleh masyarakat di Sumatra, Jawa, Madura, sebagian Bali dan Lombok.

Tradisi ini merupakan sebuah kearifan lokal yang merupakan bagian dari dakwah santun para wali untuk menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat. Menegaskan kembali makna Idul Fitri yang diikuti dengan puasa Syawal selama 6 hari.

Dalam tradisi tersebut diharapkan bahwa kita sebagai seorang manusia diharapkan untuk bisa senantiasa bermuhasabah. Kita harus sadar bahwa di sekitar kita banyak yang membutuhkan pertolongan, sehingga berpijak pada Lebaran Ketupat ini juga menjadi "Luberan" rezeki bagi setiap makhluk yang membutuhkannya.

Disamping itu, tradisi ini memiliki makna juga sebagai pijakan agar kita bisa lebih menjadi manusia yang memiliki jiwa "Leburan", yakni mudah memaafkan orang lain. Tidak mudah sakit hati dan mendendam atas segala kekhilafan yang dilakukan oleh orang di sekitar kita, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Juga, memiliki makna sebagai tempat pijakan menjadi manusia yang move on, berpindah pada hal baik dan menyudahi segala hal yang tidak baik, saling memberi maaf, melupakan segala kejadian yang tidak baik dan juga sikap rekonsiliasi yang bermartabat.

Terakhir, yang sangat penting dari makna tradisi Lebaran Ketupat tersebut adalah membangun sesuatu yang bercitra positif dan membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, bangsa, negara, dan agama. Sebagai pengejawentahan makna sejati dari "Laburan".

Selamat Lebaran Ketupat, semoga membawa manfaat dan menjadikan kita sesuai fitrah sebagai bangsa Nusantara yang cinta damai, menjaga persatuan dan kesatuan NKRI yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 10 Mei 2022. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Shuniyya Ruhama (Pengajar Ponpes Tahfidzul Quran Al Istiqomah-Weleri)

Editor: Hakim