Jangan Ngaku NU Jika Tidak Sejalan Dengan Empat Hal Ini!

 
Jangan Ngaku NU Jika Tidak Sejalan Dengan Empat Hal Ini!
Sumber Gambar: muslimmoderat.net

Laduni.ID, Jakarta – Saat ini, Nahdlatul Ulama’ adalah organisasi terbesar di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan fakta di lapangan dan diperkuat dengan hasil riset yang dikeluarkan oleh Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Februari 2019. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa NU memiliki presentasi sebanyak 49,5%.

Artinya, jika saat ini penduduk Indonesia sebanyak 250 juta penduduk, dan jumlah penduduk muslim sebanya 87%, maka NU dengan presentase sebanyak 49,5% memiliki basis massa yang kurang lebih sebanyak 108 juta orang.

Tidak hanya terbesar di Indonesia, bahkan NU merupakan ormas islam terbesar di dunia. Di sisi lain, hal tersebut juga membuat banyak orang yang mengaku NU, mengira bahwa menjadi NU itu sudah cukup dengan Qunut, Tahlil, Maulidan, Ziarah Kubur dan lain sejenisnya.

Padahal, itu hanya sebagian kecil fondasi Ke-NU-an dari segi Amaliyah. Sebab, sejatinya menjadi Nahdlatul Ulama’ itu harus memiliki 4 (empat) fondasi utama.

Yakni fondasi yang sudah diwariskan oleh para ulama’ pendiri NU. Apa saja 4 (empat) fondasi itu?

  1. Amaliyah

Nahdlatul Ulama’ merupakan organisasi islam yang mengusung ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah, yakni ideologi yang menjaga kemurnian islam dengan berpegang pada Sunnah Nabi dan Para Sahabat.

Dengan terdisiplin melalui sanad ilmu yang jelas, dengan ciri-ciri termudah:

a. Bermadzhab pada salah satu Madzhab Fiqih yang 4 (empat) Imam; Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

b. Ber-akidah sesuai dengan akidah islam yang diajarkan Rasulullah SAW. Disiplinannya sesuai dengan Manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi.

c. Ber-tasawuf disiplinnya sebagaimana telah dirumuskan Imam Al-Ghazali dan Imam Junaidi Al-Baghdadi.

Sehingga bisa dikatakan, bukan orang NU apabila amaliyahnya bukan amaliyah Ahlussunnah Wal Jam’ah. Apalagi bila sampai menyerang amaliyah Ahlussunnah Wal Jama’ah, itu jelas bukan NU.

  1. Fikroh (Pemikiran)

Dalam cara pandang atau berfikir, Nahdlatul Ulama’ senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep Tasammuh (toleran), Tawassuth (pertengahan), Tawazun (seimbang) dan Mu’addalah (adil).

NU harus senantiasa teduh, tidak condong pada pemikiran liberal, tidak pula pada radikal. Bersama konsep tersebut, orang NU sejatinya tidak akan mudah kagetan, dan tidak akan terjebak pada jurang pemikiran yang kaku. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bukan NU apabila ada orang yang berfikir liberal, apalagi radikal.

Orang yang melakukan aksi terorisme, menyimpan bom untuk melakukan kerusakan, mudah menyembelih orang (bahkan di video) akibat pemikiran sadisnya, maka itu bukan cara berfikir orang NU.

  1. Harokah (Gerakan)

Menjadi NU tentu harus bergerak sesuai dengan cara NU. Gerakan NU yang baik adalah gerakan yang selaras dan satu koordinasi dengan keorganisasian NU. Siapapun bisa bergerak untuk NU, bisa berjuang bersama struktural, maupun hanya sebagai kultural.

Maka tidak dibenarkan, ada orang mengaku NU namun malah masuk dalam gerakan atau organisasi yang justru bertentangan dengan gerakan NU. Terlebih masuk gerakan yang ingin menghancurkan NU, maka hal demikian adalah celaka besar.

Sebagai contoh, ada orang mengaku NU namun masuk dalam gerakan/organisasi yang berafiliasi dengan saudara muslim kita, Wahabi, maka itu tidak dibenarkan. Sebab Wahabi masuk dalam kategori gerakan radikalis, dan bukan bagian dari Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Wahabi bahkan ingin menghancurkan dan membinasakan faham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Banyak amaliyah NU dituduh bid’ah, musyrik, sesat, dan bahkan diantaranya menyatakan halal untuk dibunuh.

Di timur tengah, gerakan Wahabi menjadi gerakan yang menciderai umat islam dunia. Sehingga, jika mengaku NU, tentu harus bergerak bersama NU, bukan dalam gerakan kelompok lain yang membunuh NU.

  1. Ghiroh (Semangat)

Untuk Nahdliyyin semua “Kuatkan hati kita, tetapkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.” Kita yakini bahwa NU adalah rumah besar kita, rumahnya para ulama’, kiyai, santri, dan bahkan seluruh masyarakat muslim Indonesia yang sebagian besarnya adalah masyarakat NU.

Kita yakini bahwa kita lahir sebagai orang NU, tumbuh besar sebagai orang NU, dan akan mati sebagai orang NU. Jangan ada keraguan dalam hati kita untuk merawat NU dan menetapkannya.

Kuatkan semangat kita, ujian dan cobaan yang kita hadapi saat ini sangatlah berat. Berbagai fitnah dari luar maupun dari dalam sungguh kentara, jangan sekali kita lari, bahkan mengabaikan perjuangan ini.

Ini jihad kita, ini rumah kita. Segala yang baik harus kita pertahankan. Segala yang mesti dibenahi, harus kita benahi, karena ini rumah kita. Nahdlatul Ulama’, berkah dunia sampai ke alam baka.

 

Sumber: Al Habib Lutfi bin Yahya (https://www.facebook.com/photo?fbid=136295871884292&set=gm.3986345508128816)