Pilih Senang Atau Tenteram?

 
Pilih Senang Atau Tenteram?
Sumber Gambar: Kyai Ahmad Muzammil. Foto (Ist)

Laduni.ID, Jakarta- Pengasuh Pondok Pesantren Rohmatul Umam Kretek, Bantul, Yogyakarta Kyai Ahmad Muzammil pada sebuah kesempatan pernah bertanya kepada jemaah pengajian Maiyah--yang dimotori oleh Emha Ainun Najib (Cak Nun). 

"Jadi gini, anda hidup ingin tentram atau ingin senang? Hidup mencari kesenangan atau ketentraman? Silahkan, saya tanyain. Apa? Ngerti nggak bedanya tentram dan senang? Gimana ini, Cak Nun?" tanya Kyai Muzammil. 

"Nah ini, ada yang jawab ini, dari Muntilan (Magelang) ini, jauh ini. Saya berdiri ya. Jadi ada orang yang hidupnya ingin senang. Ada orang yang hidupnya ingin tentram. Ini kira-kira lebih tinggi mana ini levelnya? Lebih tinggi mana? Anak-anak kecil itu ngerti tentram tidak? Tidak kan? Ngertinya cuma senang. Berarti orang yang cuma mencari kesenangan itu siapa? Anak kecil," sambung Kyai Muzammil. 

Di kesempatan itu, alumni Ma'had Aly Situbondo angkatan pertama itu menjelaskan ihwal dirinya terlambat menghadiri pengajian Maiyah di Magelang. 
"Ini tadi saya kenapa terlambat, ini sedang ketemu pimpinan KPK. Titip salam sama beliau, Cak Nun. Saut Situmorang. Tadi di Jogja baru ketemu. Ini ada fotonya kalau nggak percaya," terang Kyai Muzammil. 

Ia melanjutkan, banyak orang yang tidak bisa membedakan senang dan tenteram. "Sampai pejabat. Pejabat, sudah jadi orang besar, ya, bayarannya banyak, kayak anak kecil. Loh, tiap malam ke karaoke. Trus yang dicari cuma kesenangan-kesenangan. Di mana-mana ingin punya rumah. Iya tidak? Di Jogja punya rumah, di Jakarta punya rumah. Di Surabaya punya rumah. Bahkan di luar negeri punya rumah. Tapi akhirnya karena gajinya gak cukup, nyuri. Itulah orang yang mengejar kesenangan. Kira-kira tentram tidak? Pangkalnya korupsi itu. Jadi orang hidup mencari kesenangan," ulas Kyai Muzammil yang dinisbatkan sebagai penyambung antara Tebuireng dan Cak Nun. 

Menurutnya, pengertian senang dan tenteram itu terletak di hati. "Ngerti tempatnya senang dan tentram? Mana, senang itu di mana (letaknya)? Apa? Senang itu cuma di penglihatan. Iya nggak? Kalau tentram itu (letaknya) di dalam hati. Pengen, senang ingin dianggap (sebagai) orang kaya. Akhirnya bergaya kayak orang kaya. Akhirnya menipu orang. Itu karena menuruti kesenangan. Padahal orang nggak harus kaya kan. Iya tidak?" tanya Kyai Muzammil.  

Ia mengingatkan bahwa sumber ketenteraman hidup itu tidak harus dengan kekayaan. "Meski pas-pasan, kata Cak Nun tadi, yang penting tentram. Apalagi kaya trus tentram. Sudah. Paham ini nggak?" tanya Kyai Muzammil. 

Kini, Kyai Muzammil telah meninggalkan kita semua. Beliau wafat pada Kamis 27 Mei 2021 dinihari. Pria asal Bangkalan Madura itu dimakamkan di pesarean Pesantren Rohmatul Umam, di Tegalsari, Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepergian Kyai Muzammil untuk selamanya, menghadap Sang Khalik mengejutkan banyak orang. Beliau dikenal sebagai aktivis NU yang 15 tahun berkhidmat di Lembaga Ba’tsul Masail (LBM) PWNU Yogyakarta. Almarhum juga sering menemani Cak Nun dalam pengajian Maiyah di banyak tempat. Kyai Muzammil tercatat sebagai inisiator pengajian shalawat di pantai Parangtritis. Beliau dikenal sebagai figur yang ringan tangan membantu memecahkan berbagai persoalan masyarakat sekitarnya dan Yogyakarta. Semoga kita semua dapat meneladani pemikiran dan jejaknya. Aamiin. 

Dilansir dari IG ulama.nusantara. (Editor: Ali Ramadhan)