Adab Bertamu Menurut Gus Baha

 
Adab Bertamu Menurut Gus Baha
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Bertamu adalah hal yang lumrah terjadi di masyarakat Indonesia, dengan bertamu seseorang akan saling mempererat tali persaudaraan. Ketika seseorang bertamu ke kediaman orang lain, secara otomatis ia akan lebih mengenal anggota keluarga di dalamnya.

Namun, pernahkah kita sadari bahwa bertamu memiliki etika yang harus dijunjung. Ada adab yang perlu didahulukan ketika bertamu. Gus Baha menerangkan dalam sebuah pengajiannya ketika bertamu ke tempat seseorang, orang itu harus paham adab dalam bertamu, jangan sampai kedatangan kita malah menyakiti tuan rumah.

Gus Baha mengisahkan Nabi SAW, misalnya Nabi selesai mengajar lalu pulang ke rumah, ketika sedang makan dan baru dua suapan (misalnya), lalu tiba-tiba ada yang salam, "assalamualaikum!" ternyata hal tersebut menyakiti Nabi. Pasalnya waktu untuk keluarga terbuang dengan kedatangan tamu. Berbeda halnya ketika Nabi selesai makan, dan menggunakan waktunya uuntuk keluarga, ketika Nabi keluar rumah berarti Nabi meluangkan waktu untuk public, inna dzalikum kaana yukdziinnii. Tapi, Nabi mau bicara terus terang itu sungkan dan merasa tidak enak.

Makanya, di dalam Al Qur'an itu ukurannya bukan salam, tapi kenyamanan. Di Al Qur’an disebutkan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur: 27)

Ukurannya nyaman dahulu, baru setelah itu Watuslimuu, salam. Seseorang tidak boleh bertamu ke orang lain – bukan Nabi, bukan Ulama – bahkan orang biasa juga, kecuali jika tuan rumah merasa nyaman.

Seseorang yang bertamu ke rumah orang lain, hendaknya memberi jeda kepada tuan rumah untuk menyelesaikan urusan yang belum terselesaikan. Bukan berarti ketika sudah salam, seakan sudah legal untuk masuk. Tidak bisa! Al Qur’an itu, menomorsatukan hattaa tasta'nisu, dimulai dari nyaman dulu. Isti'nas itu nyaman, jadi jangan masuk ke rumah orang lain sebelum suasananya dianggap sudah nyaman. Baru setelah itu Watuslimuu.

Gus Baha juga berpesan agar adab tersebut dijaga, supaya kita menjadi manusia yang beretika. Untuk seluruh kegiatan Gus Baha, beliau selalu menyempatkan untuk memenuhi hak-hak anak-anaknya, setellah itu baru beliau melakukan kegiatan lain seperti mengaji, mengajar, dll.


Editor: Daniel Simatupang