Bersedekah Jangan Tunggu Banyak

 
Bersedekah Jangan Tunggu Banyak
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Malam pun menyepi, sudah saatnya cahaya mentari untuk kembali menyinari seluruh muka bumi, "Yah, jangan lupa ya belikan aku tas untuk ngaji!" Ahmad si kecil, mungil mengingatkan janji sang ayah. Mereka adalah sebuah keluarga mungil yang terdiri dari sang ayah, ibu dan Ahmad. Ahmad yang tatkala itu berumur empat tahun sudah fasih dalam berbicara, ia pun sudah menghafal beberapa juz dari Al-Qur'an, namun keluarga itu diberi kecukupan yang tidak begitu banyak.

"Insyaa Allah, ya, Nak, doakan ayah supaya dilancarkan rezekinya hari ini," ucap sang ayah dengan nada lembut. "Ya Allah, mudahkan semua urusan ayahku, aamiin," ujar Ahmad kepada sang ayah.

Lalu ayah pun Sholat dhuha dua raka'at, lantas pergi, ia ingat tentang sebuah cerita seseorang yang bernama Ahmad bin Miskin tatkala di pondok dahulu, agar selalu bersedekah, berusaha memberi walaupun dalam keadaan sulit.

Sambil berjalan, terbesit di hatinya sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam Muslim r.a:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta, tidaklah Allah SWT menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah SWT melainkan ia akan meninggikannya.”

Dan di hadits lain Rasulullah SAW pun mengingatkan seluruh umat untuk selalu rajin bersedakah sebagaimana di sebutkan didalam kitab Shahih Bukhori dan Muslim bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

ما من يوم يصبح العباد فيه إلا ملكان ينزلان فيقول أحدهما: اللهم أعط منفقا خلفا، ويقول الآخر: اللهم أعط ممسكا تلفا

"Tiada suatu hari pun tatkala pagi telah dirasakan oleh hamba-hamba Allah SWT melainkan terdapat dua malaikat yang turun, salah satu dari malaikat itu mengatakan: ‘Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfaq.’ Sedangkan malaikat yang lainnya mengatakan: ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yang kikir.’”

Lalu ia, mengingat sebuah kisah yang diceritakan gurunya di masa mondok, tentang seseorang yang bernama Imam Ahmad bin Miskin salah satu ulama yang hidup di abad ketiga Hijriah di kota Basrah, ia diuji dengan sebuah kemiskinan yang sangat dan pula telah berkeluarga dan memiliki seorang anak kecil, setiap hari mereka sekeluarga merasakan rasa lapar, lemas dan lesu.

Pada suatu hari, sang ayah yaitu imam Ahmad berkeinginan untuk menjual rumah yang ia miliki satu-satunya, lalu pindah ke sebuah tempat yang lebih sederhana dari itu, lalu ketika ia ingin menjualnya, ia bertemu dengan Abu Nasr salah satu kerabatnya, maka ia pun curhat kepadanya tentang keinginannya untuk menjual rumahnya.

Maka Abu Nasr memberinya dua potong roti yang diisi oleh selai, dan ia berkata kepada Imam Ahmad, "Berikan ini untuk keluargamu." Ia sangat senang lalu bergegas untuk kembali ke rumah, di pertengahan jalan menuju rumah, imam Ahmad bertemu dengan seorang ibu sedang menggendong sang anak yang sedang kelaparan pula, tatkala ia melewati ibu tersebut, matanya selalu melihat ke dua keping roti yang ia bawa untuk keluarganya, lalu ia berhenti dan sang ibu berkata:

 ﻳﺎ ﺳﻴﺪﻱ، ﻫﺬﺍ ﻃﻔﻞ ﻳﺘﻴﻢ ﺟﺎﺋﻊ، ﻭﻻ‌ ﺻﺒﺮ ﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻮﻉ ، ﻓﺄﻃﻌﻤﻪ ﺷﻴﺌًﺎ ﻳﺮﺣﻤﻚ ﺍﻟﻠﻪ

"Wahai tuan! Bersamaku ada seorang anak kecil yatim yang sedang kelaparan, namun ia tidak bisa bersabar atas rasa lapar yang ia rasakan, maka berikanlah makanan kepadanya, semoga Allah SWT Merahmatimu."

Ketika sang ibu berkata itu kepada imam Ahmad, sang anak memandangiku dengan sebuah pandangan yang tidak kan pernah terlupakan, lalu imam Ahmad berkhayal tentang surga yang Allah SWT Turunkan baginya, jikalau ia mengenyangkan sang anak beserta ibunya.

Lalu tatkala itu, ia langsung memberikan seluruh yang ada ditangannya, lalu sang imam berkata kepada sang ibu:

 ﺧﺬﻱ ﻭﺃﻃﻌﻤﻲ ﺍﺑﻨﻚ ! ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﺃﻣﻠﻚ ﺑﻴﻀﺎﺀ ﻭﻻ‌ ﺻﻔﺮﺍﺀ ، ﻭﺇﻥ ﻓﻲ ﺩﺍﺭﻱ ﻟﻤَﻦ ﻫﻮ ﺃﺣﻮﺝ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ

"Ambillah dua potong roti ini, berikan kepada anakmu! Waalahi, harapanmu tak kan sia-sia, sesungguhnya dirumahku pun ada yang sangat membutuhkan makanan ini."

Air mata pun tertetes dari bola mata sang ibu tatkala mendengar perkataan sang imam, dan ia melihat wajah sang anak yang berseri-seri tak ada bandingannya, setelah itu ia sangat bingung, tak tahu apa yang harus ia lakukan, kecuali ununtuk menjual rumahnya, itu yang hanya ada difikirannya.

Ketika dia kebingungan mencari makanan yang bisa dimakan oleh keluarganya, lalu Abu Nasr itu mengagetkannya, dari wajahnya terlihat sangat bahagia, seakan-akan ingin memberikan sebuah kabar gembira kepadanya inilah yang dirasakan oleh Imam Ahmad.

Lalu Abu Nasr berkata, "Wahai Aba Muhammad, kenapa engkau duduk merenung disini?” Tanyanya kepada imam Ahmad, "ada apa kerabatku? Apa yang terjadi?" Jawabannya dipenuhi dengan rasa keingintahuan yang sangat, lalu Abu Nasr menjawab dengan penuh semangat: "di rumahmu, wahai imam, di rumahmu terdapat harta dadakan yang sangat melimpah!" Ujarnya kepada sang imam.

Lalu sang imam terkagum-kagum serta takjub lalu mengucapkan dengan spontan "Subhanallah, dari mana itu semua wahai Abu Nasr," ujarnya lantas menanyakan tentang harta tersebut. Lalu ia mengangkat suara dalam-dalam dan mulai bercerita semua kejadian yang terjadi di rumahnya, "seseorang dari Kota Khurosan mencari-cari keturunan dari ayahmu, atau salah satu dari keluarganya, dan ia membawa begitu banyak harta yang berlimpah."

"Lalu?" tukas imam Ahmad sangat penasaran terhadap cerita tentang orang Khurosan tersebut, lalu Abu nasr melanjutkannya, "ia adalah seorang pedagang dari kota Basrah, lalu ayahmu tatkala itu pernah menitipkan hartanya kepada ia tiga puluh tahun yang lalu, namun nasibnya tidak beruntung dengan muncul sebuah kebangkrutan dalam bisnisnya, kemudian ia pindah ke kota Khurosan, di sana ia menjadi saudagar kaya raya, bisnisnya maju dan semua dagangan laku di pasaran, setelah itu ia kembali ke kota Basrah dan ingin mengembalikan harta yang ia pakai ununtuk usahanya," ujarnya.

Imam Ahmad lantas bersyukur kepada Allah SWT Atas semua karunia yang tak pernah terbayangkan, lalu ia mencari seorang ibu yang miskin dan anaknya, untuk mencukupi semua kebutuhannya. Kemudian ia berdagang dan membuka usaha dengan harta tersebut, setiap hari ia menginfakkan hartanya dan harta tersebut terus bertambah, akan tetapi tatkala itu ia merasa bangga dengan dirinya dan ada rasa riya ketika  bersedekah.

Suatu ketika ia bermimpi pada suatu malam, seakan-akan hari kiamat telah datang, hari hisab telah di mulai, sebagian dari manusia ada yang membawa begitu banyak dosa di atas punggungnya, sebagian lagi tidak, di mimpi itu gilirannya ununtuk dihisab, ternyata keburukan dia lebih berat dari pada kebaikan yang ia lakukan, karena semua kebaikan yang ia lakukan ketika di dunia seperti sedekah itu karena riya dan ingin dipuji oleh orang lain.

Habis semua kebaikan yang ia lakukan, "hancurlah diriku" besitnya dalam hati, ketika itu ia mendengar suara yang berbunyi:

  ﺃﻟﻢ ﻳﺒﻖ ﻟﻪ ﺷﻲﺀ؟

"Bukankah masih tersisa suatu amal darinya." Lalu ada yang berkata: "iya, tersisa baginya satu amal yaitu; dua buah roti yang ia berikan ke seorang ibu dan anaknya yang sangat kelaparan."

Lalu imam Ahmad tersebut yakin bahwasanya dirinya akan celaka, namun ternyata dua buah roti yang ia berikan itu memberatkan timbangan kebaikannya, lalu ditaruh pula tetesan air mata dari sang ibu tersebut karena terharu maka timbangannya menjadi lebih berat hingga terdengar sebuah suara yang berbunyi:

 ﻗﺪ ﻧﺠﺎ

 "Ia telah selamat."

Inilah sebuah cerita yang menakjubkan, memang betul apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dalam sabdanya dalam Shahih Bukhori yang diriwayatkan oleh 'Adi bin Hatim r.a.:

اتقوا النار ولو بشق تمرة

"Takutlah kalian akan api neraka, walaupun dengan sebuah kurma."

Di kitab Mukasyafatul Qulub yang dikarang oleh imam Ghozali R.a. terdapat sebuah hadits yang berbunyi:

 (سبق درهم مائة ألف درهم)فقال رجل : كيف ذاك يا رسول الله؟ فقال صلى الله عليه و آله وسلم رجل له مال كثير أخذ من عرضه أي جانبه مائة ألف درهم وتصدق بها ورجل ليس له إلا درهمان فأخذ أحدهما فتصدق به.

"Kata Rasulullah SAW (Satu buah dirham mengalahkan seratus ribu dirham) seseorang bertanya: bagaimana bisa ya Rasulullah? Lalu Rasulullah SAW Berkata: seseorang yang memiliki harta banyak, lalu ia bersedekah seratus ribu dirham, dan yang lainnya hanya memiliki dua buah dirham, maka ia bersedekah dengan satu dirham."

Wallahu a'lam

Referensi:

- Shahih Bukhori dan Muslim

- Fathul Bari

- Wahyul Qalam

- Mukasyafatul Qulub

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Mukalla, 22 Syawal 1442 H/ 3 Juni 2021 M

Oleh: Muhammad Mufti Nawawi – Mahasiswa Tingkat 1, Fak. Syari'ah, Imam Shafie University, Mukalla, Hadhramaut, Yaman.


Editor: Daniel Simatupang