Meluruskan Klaim Khalid Basalamah yang Cenderung Gegabah

 
Meluruskan Klaim Khalid Basalamah yang Cenderung Gegabah
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Khalid Basalamah mengkalim bahwa mengusap wajah setelah berdoa tidak ada dalil dan tuntunannya, dia juga mengatakan jika usap wajah setelah berdoa hanyalah tradisi yang terjadi di Indonesia. Lihat videonya di sini.

Hanya ada tiga kemungkinan:

1. Khalid Basalamah minor membaca.

2. Taqlid Khalid Basalamah berbasis fanatisme.

3. Khalid Basalamah menyembunyikan informasi agama.

Riwayat mengusap wajah setelah berdo'a, itu jelas ada. Dan bahkan amirul mukminin dalam bidang hadits (imam Ibnu Hajar menilai hadits-hadits tersebut secara keseluruhan tiba di level Hasan).

Kalaupun riwayat tersebut dinilai dho'if, sudah menjadi kesepakatan para pakar hadits membolehkan memakai hadits dho'if di wilayah fadho'ilul a'mal (Apalagi hadits tentang mengusap wajah setelah berdo'a ini ada yang menilainya Hasan).

Jadi kalim Khalid Basalamah dalam hal ini jelas ngawur dan cenderung menyembunyikan informasi agama.

أقول:

1. Khalid Basalamah mengklaim mengusap wajah setelah sholat tidak ada panduan?

Qultu (Al-raddu 'ala dzalik):

والدليل على ذلك ما ورد عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم أنه كان يمسح وجهه بيديه بعد الدعاء؛ فقد أخرج الترمذي والحاكم عن عمر رضي الله تعالى عنه قال: ”كان رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم إذا مد يديه في الدعاء لم يردهما حتى يمسح بهما وجهه“.

Panduan kita dalam masalah ini (mengusap wajah setelah berdo'a) ialah riwayat yang telah dijabarkan oleh beberapa imam yang merupakan pakar dalam bidang hadits, yaitu (Imam Tirmidzi dan Imam Hakim) membingkiskan berita yang disajikan oleh Sayyidina Umar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:

“Rasulullah SAW apabila mengangkat dan membentangkan kedua tangannya berdo'a, beliau tidak mengembalikannya keposisi semula kecuali apabila setelah mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.”

قال الحافظ ابن حجر في ”بلوغ المرام“ : [أخرجه الترمذي، له شواهد منها حديث ابن عباس عند أبي داود، وغيره، ومجموعها يقضي بأنه حديث حسن]

Imam Ibnu Hajar dalam salah satu karya fenomenalnya, “Bulughul muram” memberikan komentar riwayat tersebut:

Hadits itu ditakhrij oleh Imam Tirmidzi, memiliki beberapa syawahid/pendukung, di antaranya ialah hadits yang bersumber dari Abdullah bin Abbas, terekam dalam sunan Abi Dawud, dan lain-lain. Dan secara keseluruhan, riwayat-riwayat tersebut tiba pada level Hasan.

Uraian selengkapnya bisa ditelaah diartikel ini.

2. Khalid Basalamah mengklaim tidak terdapat panduan membalikkan telapak tangan saat berdo'a/memohon perlindungan dan/atau minta agar diangkat bala' dll?

Qultu (Al-raddu 'ala dzalik):

قال الإمام النووي رحمه الله: ”قَالَ جَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا وَغَيْرُهُمْ: السُّنَّةُ فِي كُلِّ دُعَاءٍ لِرَفْعِ بَلَاءٍ كَالْقَحْطِ وَنَحْوِهِ أَنْ يَرْفَعَ يَدَيْهِ وَيَجْعَلَ ظَهْرَ كَفَّيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، وَإِذَا دَعَا لِسُؤَالِ شَيْءٍ وَتَحْصِيلِهِ جَعَلَ بَطْنَ كَفَّيْهِ إلى السماء“، انتهى من ”شرح النووي على مسلم“.

Imam Nawawi rahimahullah menegaskan:

Gabungan ulama (bukan sedikit) dari kalangan kami (madzhab Syafi'iyah) dan juga para ulama di luar wilayah madzhab Syafi'iyah memberikan pernyataan, bahwa sunnah membalikkan kedua telapak tangan saat berdo'a/memohon agar diangkat bala', dll. Dan tatkala berdo'a agar diberi sesuatu yang diharapkan, kedua telapak tangan dihadapkan keatas.

وقد احتجوا بما رواه مسلم عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَسْقَى فَأَشَارَ بِظَهْرِ كَفَّيْهِ إِلَى السَّمَاءِ.

Mereka berhujjah menggunakan riwayat yang dibawakan oleh Imam Muslim, dari Sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah saat istisqo' mengisyaratkan dengan kedua punggung tapak tangannya ke arah atas.

Ibnu Rajab yang merupakan salah satu imam yang faqih dan disegani di kalangan madzhab Hanbali, juga mengamini hal ini:

وقد اختار ابن رجب الحنبلي العمل بظاهر الحديث الذي رواه مسلم، ونقله عن بعض السلف وهو قول وجيه محتمل لا إنكار على من قاله أو عمل به، وقد دل عليه ظاهر الحديث المذكور، وثبت عن بعض السلف.

Beliau (Ibnu Rajab) memilih untuk menganjurkan dan mengamalkan hal tersebut, beranjak dari makna zhohir hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang dinukil dari sebagian salaf. Dan ini merupakan pandangan yang bagus yang baik diamalkan dan tidak etis diingkari.

Dikutip dari NU Pantura


Editor: Daniel Simatupang