Dari Gus Dur Kita Dapat Belajar Banyak

 
Dari Gus Dur Kita Dapat Belajar Banyak
Sumber Gambar: RMOL Banten

Laduni.ID, Jakarta – Selain sosok berwawasan luas, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga memiliki kepribadian yang sederhana dan bermental baja. Hal tersebut tak lepas dari pola pendidikan yang ibundanya, Nyai Solichah berikan pada anaknya.

Hal tersebut terbukti saat ayahanda Gus Dur, KH Wahid Hasyim wafat, beliau harus menjadi tumpuan ekonomi keluarga, membantu sang ibu berjualan beras dan menawarkannya kepada orang-orang. Gus Dur membeli beras kepada seorang tengkulak di luar kota, yang kemudian ia jual kembali. Sesekali Gus Dur beristirahat di masjid yang ditemui.

Disamping kesibukannya membantu ekonomi keluarga, Gus Dur kecil masih memiliki kewajiban untuk sekolah, sehingga pernah sekali Gus Dur tidak naik kelas lantaran dirinya sibuk berjualan hingga taka da waktu untuk pergi ke sekolah.

Sama seperti umumnya warga Nahdliyin, Nyai Solichah tentu saja memberikan pendidikan pesantren kepada anaknya itu. Nyai Solichah memondokkan Gus Dur kepada salah seorang murid dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, mertua beliau.

Saat itu Nyai Solichah menitipkan Gus Dur kecil kepada KH Khudlori, salah seorang murid dari mertuanya. Mbah Khudlori tentu saja sangat senang mendengar bahwa cucu dari gurunya tersebut hendak ditempa di pesantren yang diasuhnya. Dengan niat tulis mendidik dan membimbing Gus Dur, Mbah Khudlori memberikan yang terbaik kepada Gus Dur.

Gus Dur ditempatkan di sebelah kamar Mbah Khudlori, suapay beliau lebih memantau Gus Dur dalam kesehariannya. Karena saking sungguh-sungguhnya Mbah Khudlori mendidik Gus Dur, beliau sampai hanya memberikan waktu 4 jam untuk Gus Dur istirahat. Setelah itu Gus Dur juga dibentuk untuk memiliki mental melayani, yaitu dengan melayani semua tamu yang hadir ke kediaman Mbah Khudlori.

Selain itu, Gus Dur juga dijadikan sebagai asisten pribadi Mbah Khudlori, sehingga perlahan-lahan mental Gus Dur terbentuk dengan sangat baik. Sejak kecil Gus Dur memang memiliki hobi membaca, bahkan salah satu karya tokoh sosialis, Karl Marx pun telah ia baca sejak usianya SD. Oleh karena itu, Mbah Khudlori juga tidak membiarkan Gus Dur mempelajari berbagai macam kitab kuning sembarangan.

Maka tak kaget jika Gus Dur memiliki personality yang baik dalam relasinya dengan siapapun, sebab sejak kecil ia sudah terbiasa melayani, mental yang terwarisi dari keluarganya dan terbentuk dalam setiap perjalan panjangnya.

Menurut KH Mustafa, Gus Dur memiliki banyak kepribadian yang tak dimiliki oleh siapapun. Diantaranya Gus Dur memiliki mental yang kuat, tidak pernah merasa dirinya benar sendiri, berjiwa besar, bersahaja, ramah, humoris, tidak pandang bulu, sederhana, cendekia, dan dermawan.

Pernah suatu ketika ketika Gus Dur baru saja mendapat honor dari menulis, lalu datang seseorang yang membutuhkan bantuan Gus Dur. Kemudian beliau memberikan amplop yang baru saja ia terima dari tukang pos kepada orang tersebut, tanpa melihat berapa isi amplop yang ia terima.

Dari semua kisah perjalan Gus Dur tentu saja kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut, dan semua yang ada pada diri Gus Dur pun dapat diteladani oleh siapapun. Semoga kita semua dapat meneladani Gus Dur. Amin.

Lahumul Fatihah.

Disadur dari Alif.id, tulisan Faizatun Khasanah saat mewawancarai KH Mustafa di Pesantren Ayatirrahman Desa Parung.

Sumber foto: Alif.id - Dari kiri Gus Dur, H. Hasan Sholihin, dan KH. Muhtadi Thohir (Sumber: Komunitas Pegon Banyuwangi)


Editor: Daniel Simatupang