Kisah Orang Fasik yang Dinaungi Awan

 
Kisah Orang Fasik yang Dinaungi Awan
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Dahulu kala hiduplah seorang fasik dari Bani Israil yang sangat senang melakukan perbuatan dosa. Namun pada suatu ketika muncul lah penyesalan dalam dirinya, dia menyesali semua waktu dalam hidupnya hanya digunakan untuk bermaksiat dan berbuat dosa. Lalu dia mulai menata hati untuk bertaubat kepada Allah.

Dalam perjalanan taubatnya, ia mendengar ada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil. Karena kezuhudannya Allah senantiasa memerintahkan awan untuk menaungi kemanapun ia pergi. Ketika berdoa Allah juga mengabulkan semua doa-doanya.

Orang fasik tadi lantas menemui si ahli ibadah yang selalu disebut-sebut namanya oleh masyarakat kota dan memintanya untuk didoakan supaya Allah mengampuni semua dosanya. Orang fasik itu lantas mencari tempat yang biasa si ahli ibadah itu singgahi hanya untuk beristirahat.

Ketika berhasil menemukan tempat peristirahatannya si ahli ibadah, orang fasik ini lantas berjalan mendekatinya yang sedang bersandar pada sebuah dinding dan dinaungi awan. Namun, harapan orang fasik yang ingin bertaubat itu seketika hancur melihat si ahli ibadah, yang dengan sombong dan angkuhnya beranjak dan menjauh dari dirinya. Bahkan ketika didekati oleh orang fasik, si ahli ibadah dengan kasar mengusir dan mencela orang fasik itu.

Orang fasik itu lalu pulang dengan hati yang hancur, ia menangis disepanjang jalan, tangisannya mengalir deras membasahi pipi dan bajunya. Di saat yang bersamaan juga, awan yang menaungi si ahli ibadah tadi menghilang, dan orang fasik yang hendak bertaubat tadi mendapat naungan dari sebuah awan yang entah datang dari mana. Awan itu malah menaungi seseorang yang penuh dosa tapi menyesali semua perbuatan dosanya.

Allah SWT lalu berfirman kepada Nabi di zaman itu, “Sesungguhnya Allah lebih menyayangi dan mengasihi hamba-Nya melebihi diri mereka sendiri.”

Sesungguhnya, cobaan yang paling sulit dari manusia adalah ketika seorang hamba taat kepada Sang Pencipta. Karena, seorang yang taat tak akan pernah luput dari perilaku buruk, dan seorang yang fasik pun tak akan pernah luput dari perbuatan baik.

Seseorang yang merasa bahwa dirinya layak untuk masuk surga, walau hanya berkisar satu jengkal, Allah dapat dengan mudah memasukkannya ke neraka karena kesombongannya. Begitu juga dengan seorang fasik yang merasa dirinya pantas untuk masuk neraka, bahkan jarak diantara keduanya hanya satu jengkal, maka Allah bisa memasukkannya ke dalam surga karena perbuatan baiknya.

Maka pantaslah dalam kitab hikam disebutkan:

“Maksiat (dosa) yang menimbulkan rasa penyesalan atau rendah diri dan membutuhkan rahmat Allah lebih baik daripada perbuatan taat yang disertai rasa sombong, ujub dan besar diri.” (Syekh Atha'illah, Kitab Al-Hikam)

Disadur dari unggahan Facebook Gus Dewa


Editor: Daniel Simatupang