Ayat yang Membuat Sahabat Abdurahman bin Auf Menangis

 
Ayat yang Membuat Sahabat Abdurahman bin Auf Menangis
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Gus Dewa

Laduni.ID, Jakarta – Manusia oleh Allah diwajibkan untuk beribadah, selain sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur, beribadah juga akan memungkinkan seseorang mendapatkan surga-Nya dan terhindar dari neraka.

Namun, di akhir zaman ini banyak sekali manusia yang beribadah karena ingin mendapatkan balasan dari Allah. Balasan instan yang diberikan di dunia, bukan di akhirat. Misalnya saja ketika seseorang ditanya mengapa ia shalat dhuha, maka orang tersebut akan menjawab supaya rezekinya menjadi lancar dan mendapatkan kenaikan gaji dari atasan kerja.

Orang itu memperlakukan shalat dhuha seperti shalat wajib, sedangkan dirinya selalu kesiangan saat mengerjakan shalat subuh.

Adapula orang yang rajin melakukan amalan seperti wirid, zikir, shalat dengan alasan suapay mendapat kesuksesan, sedangkan dirinya tak pernah berhenti untuk menggunjing orang lain, mengumbar kejelekan orang lain, dan menebar fitnah.

Bahkan ada orang yang gemar bersedekah karena mengharap balasan berupa uang yang berkali-kali lipat dari Allah, tidak meletakkan nilai ibadah pada sedekah.

Ternyata, apa yang terjadi di akhir zaman ini sudah dirasakan oleh sahabat Nabi SAW. Dahulu ada seorang tabi’in yang sering menjalin komunikasi dengan para sahabat, lalu suatu ketika tabi’in tersebut ditanya oleh seseorang, “apakah surat dalam Al-Qur’an yang sering membuat shabat menangis?”

“Surat Hud,” jawab tabi’in.

“Ayat berapakah dari surat Hud yang membuat sahabat menangis?”

Tabi’in lalu membacakan ayat yang ditanyakan:

مَن كَانَ یُرِیدُ ٱلۡحَیَوٰةَ ٱلدُّنۡیَا وَزِینَتَهَا نُوَفِّ إِلَیۡهِمۡ أَعۡمَـٰلَهُمۡ فِیهَا وَهُمۡ فِیهَا لَا یُبۡخَسُونَ (15) أُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ لَیۡسَ لَهُمۡ فِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِیهَا وَبَـٰطِلࣱ مَّا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ (16)

Artinya: “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. (15) Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. (16)” (QS. Hud: 15-16)

Ayat di atas dapat dienungkan bersama, sudahkah semua ibadah kita dilandaskan rasa cinta terhadap Allah atau malah alasan kita beribadah hanya mengharap balasan dari Allah? sehingga ukuran kesuksesan dunia adalah dengan memperbanyak ibadah.

Ayat ini pulalah yang menjadikan sahabat Abdurahman bin Auf, salah satu sahabat yang kaya raya sering menangis ketika mendapatkan kenikmatan duniawi. Abdurahman bin Auf khawatir bila kenikmatan dunia yang ia peroleh saat ini merupakan kenikmatan akhirat yang disegerakan oleh Allah. sehingga ketika di akhirat ia tidak mendapatkan nikmat-nikmat itu.

Maka, mari luruskan kembali niat-niat kita yang salah, bukan mengukur bertambahnya rezeki melalui shalat dhuha, lancarnya usaha bukan karena shalat tahajud kita, dan mengukur kekayaan yang kita terima saat ini adalah hasil dari sedekah. Tapi beribadahlah murni karena Allah SWT.

Disadur dari unggahan FB Gus Dewa Menjawab

Sumber foto: FB Gus Dewa Menjawab

Ket Foto: Dokumentasi dalam acara tanya jawab bersama para Habaib, kyai dan masyarakat. Doakan kami semoga selalu istiqamah dalam kebaikan. Amiin.