Biografi Uwais Al Qarani

 
Biografi Uwais Al Qarani

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Wafat
1.2.1      Fenomena ketika Uwais Al Qarni Wafat

 2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Masa Menuntut Ilmu

3          Kepribadian Beliau

4          Teladan
4.1       Pemuda Penghuni Langit Gendong Ibunya Naik Haji dari Yaman
4.2       Uwais Al Qarani Meski Miskin tetap Bersedekah

5          Kisah-kisah   
5.1       Kerinduan Kepada Rasulullah Dari Penduduk Langit

6          Referensi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir

Uwais Al Qarani lahir di di desa terpencil dekat Nejed, Yaman. Bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya. Tidak ada yang mendokumentasikan hari kelahirannya. 

1.2         Wafat

1.2.1       Fenomena ketika Uwais Al Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat beliau akan di mandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang ingin berebutan ingin memandikannya. Dan ketika di bawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa ke pekuburannya, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al Qarni adalah seorang yang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak beliau dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau Wahai Uwais Al Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai pengembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatnya, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.”

Berita meninggalnya Uwais Al Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar kemana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang beliau. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit..

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Masa Menuntut Ilmu

Ayah dan ibunya taat beribadah, tidak mampu menyekolahkannya, alhasil beliau mendapatkan ilmu pelajaran seadanya dari orangtuanya yang dicintai dan ditaatinya.

3         Kepribadian Beliau

Uwais Al Qarani termasuk tokoh ahli zuhud dan panutan utama dalam kezuhudan juga sebaik-baik tabiin hal ini sesuai hadis muslim dari Umar bin Khattab ra berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: 

"Sesungguhnya sebaik-baiknya tabiin adalah seorang lelaki bernama Uwais, beliau memiliki seorang ibu dan ia berbakti kepadanya, ia juga memiliki tanda putih, suruhlah ia memintakan ampun kepada kalian."

4         Teladan

4.1       Pemuda Penghuni Langit Gendong Ibunya Naik Haji dari Yaman

Beliau adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua yang lumpuh.  Uwais Al Qarani senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit beliau kabulkan.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji,” pinta sang ibu.

Mendengar ucapan sang ibu,  Uwais Al Qarani termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Lantas bagaimana hal itu dilakukan  Uwais Al Qarani yang sangat miskin dan tidak memiliki kendaraan?

 Uwais Al Qarani terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu, kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkin pergi haji naik lembu.  Uwais Al Qarani membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila... Uwais gila..” kata orang-orang yang melihat tingkah laku  Uwais Al Qarani. Ya, banyak orang yang menganggap aneh apa yang dilakukannya tersebut.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan beliau menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan  Uwais Al Qarani. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu  Uwais Al Qarani telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot  Uwais Al Qarani yang makin kuat. Beliau menjadi bertenaga untuk mengangkat barang. Tahukah sekarang orang-orang, apa maksud  Uwais Al Qarani menggendong lembu setiap hari? Ternyata beliau sedang latihan untuk menggendong ibunya.

 Uwais Al Qarani menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Subhanallah, alangkah besar cinta  Uwais Al Qarani pada ibunya itu. Beliau rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

 Uwais Al Qarani berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.

“Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata  Uwais Al Qarani.

“Bagaimana dengan dosamu?” tanya sang Ibu keheranan.

 Uwais Al Qarani menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.”

Itulah keinginan  Uwais Al Qarani yang tulus dan penuh cinta. Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuknya.  Uwais Al Qarani seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya.

4.1       Uwais Al Qarani Meski Miskin tetap Bersedekah

 Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,  Uwais Al Qarani bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada kelebihan, beliau pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

5        Kisah-kisah

5.1       Kerinduan Kepada Rasulullah dari Penduduk Langit

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang  terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais Al Qarani, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, beliau segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais Al Qarani selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais Al Qarani setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang beliau sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya beliau tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih beliau beratkan adalah sang ibu yang jika beliau pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais Al Qarani. Beliau segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau Rasulullah SAW, sekalipun beliau belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi.

Uwais Al Qarani merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah beliau dapat bertemu Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah beliau mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditinggalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais Al Qarani mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi bertemu Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais Al Qarani, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira beliau berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama beliau pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais Al Qarani menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli  penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi Muhammad SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera beliau menuju ke rumah Nabi Muhammad SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais Al Qarani. Segera sajaUwais Al Qarani menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau Rasulullah SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah.

Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar beliau cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Beliau akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Uwais Al Qarani hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi Muhammad SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Beliau adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga beliau tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan beliau (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, beliau mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau Rasulullah SAW, memandang kepada  sayyidina Ali bin Abi Thalib dan sayyidina r.a dan Umar bin Khattab r.a. dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

6        Referensi

https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/para-imam/sayidina-uwais-al-qorni

"Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin"

Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya