Gus Nadir: Menjaga Marwah Kiai Sepuh

 
Gus Nadir: Menjaga Marwah Kiai Sepuh
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Santri sowan kepada Kiai Sepuh itu hal biasa dan wajar saja. Memandang wajah para Masyayikh memang melegakan hati, persis seperti sabda Nabi:

‎إن من الناس مفاتيح لذكر الله إذا رءوا ذكر الله

Faydhul Qadir 2/528

“Sesungguhnya ada sebagian manusia yang dijadikan oleh Allah SWT sebagai kunci (pembuka) untuk berdzikir kepada Allah SWT. Jika wajah mereka dipandang maka seketika akan mengingatkan kepada Allah Swt.”

‎أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ ‏"‏ ‏.‏ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ‏.‏ قَالَ ‏"‏ خِيَارُكُمُ الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Imam Suyuthi saat menafsirkan QS Yunus: 62 juga mengutip berbagai riwayat bahwa Wali Allah itu adalah mereka yang saat kita memandangnya, kita ingat kepada Allah.

‎حَدَّثَنا كَثِيرُ بْنُ شِهابٍ القَزْوِينِيُّ، ثَنا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سابِقٌ، ثَنا يَعْقُوبُ الأشْعَرِيُّ، عَنْ جَعْفَرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبّاسٍ «قالَ رَجُلٌ: ”يا رَسُولَ اللَّهِ مَن أوْلِياءُ اللَّهِ؟ قالَ: الَّذِينَ إذا رُءُوا ذُكِرَ اللَّهُ عَزَّ وجَلَّ“».

Hati yang keras, bisa menjadi lembut saat sowan kepada para Kiai. Sekaliber Imam Malik saja setiap merasakan kegelisahan bergegas menemui ulama yang lebih senior, Muhammad ibn Munkadir, lalu memandang wajahnya. Hal itu bisa memberikan hati yang adem selama beberapa hari, sesuai pengakuan Imam Malik.

Menjelang Muktamar NU banyak yang sowan kepada para Kiai sepuh. Tentu hal ini wajar bahkan sesuatu yang dianjurkan. Memandang wajah para Masyayikh, menyimak nasehatnya bahkan bisa turut mengaminkan doa-doa, tentu sebuah anugerah tersendiri. Jangankan para santri, orang-orang dari lembah hitam pun saat datang mengetuk pintu, akan diterima dengan baik oleh para Masyayikh.

Namun demikian, adab tentu lebih kita utamakan. Janganlah kemudian diframing seolah Kiai sepuh sudah meridhai dan mendukung kandidat tertentu. Nanti kandidat lain diframing sudah direstui oleh Kiai sepuh yang lain. Walhasil, sadar atau tidak sadar, kita telah rebutan klaim, bahkan seolah membenturkan antar Kiai sepuh.

Semua yang datang pasti akan diterima dan didoakan oleh para Masyayikh. Kitalah sebagai santri yang harus tahu diri dan tetap menjaga adab. Mari kita jaga marwah para Kiai sepuh. Tidak perlu diframing mendukung sana-sini. Luruskan niat dan datanglah sebagai santri, bukan sebagai kandidat. Insyaallah, semuanya akan didoakan para Masyayikh.

Dan yang terpenting lagi, dapat memandang wajah para Masyayikh akan mengingatkan kita kembali akan keagungan Allah Swt. Kita yang faqir dan penuh dosa ini sungguh merindukan doa-doa para Masyayikh.

Tabik,

Oleh: Gus Nadirsyah Hosen


Editor: Daniel Simatupang